Cina Sebut Ada 'Tangan tak Terlihat' Manfaatkan Konflik Ukraina

Cina mengajukan proposal perdamaian konflik Rusia-Ukraina

AP Photo/Bernat Armangue
Prajurit Ukraina menembak ke arah posisi Rusia di garis depan dekat Kherson, Ukraina selatan, Rabu, 23 November 2022.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang mengatakan terdapat 'tangan tak terlihat' yang mendorong perpanjangan dan eskalasi konflik di Ukraina. Pihak terselubung itu disebut memanfaatkan perang di sana untuk melayani kepentingan agenda geopolitik tertentu.

Baca Juga


“Tangan tak terlihat menggunakan krisis Ukraina untuk melayani agenda politik tertentu,” kata Qin di sela-sela pertemuan parlemen tahunan di Beijing, Selasa (7/3/2023).

Dia menyerukan dialog untuk mengakhiri konflik Ukraina dimulai sesegera mungkin. “Konfli, sanksi, dan tekanan tidak akan menyelesaikan masalah. Proses pembicaraan damai harus dimulai sesegera mungkin, dan masalah keamanan yang sah dari semua pihak harus dihormati,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Qin pun menegaskan bahwa Cina tidak memasok persenjataan untuk para pihak yang berkonflik di Ukraina. Hal itu disampaikan saat Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa akan ada konsekuensi jika Beijing menyuplai persenjataan untuk Moskow.

“(Cina) bukan pihak dalam krisis dan tidak memberikan senjata kepada kedua pihak yang berkonflik. Jadi atas dasar apa pembicaraan menyalahkan, sanksi, dan ancaman terhadap Cina ini? Ini benar-benar tidak dapat diterima,” kata Qin.

Pada peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari lalu, Cina merilis dokumen bertajuk merilis dokumen bertajuk China’s Position on the Political Settlement of the Ukraine Crisis. Dokumen itu berisi 12 poin usulan Cina untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.

Ke-12 poin tersebut yakni, menghormati kedaulatan semua negara, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, menghentikan permusuhan, melanjutkan pembicaraan damai, menyelesaikan krisis kemanusiaan, melindungi warga sipil dan tahanan perang, menjaga keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir, mengurangi risiko strategis seperti penggunaan senjata nuklir dan senjata kimia, memfasilitasi ekspor gandum, menghentikan sanksi sepihak, menjaga stabilitas industri dan rantai pasok, serta mempromosikan rekonstruksi pasca-konflik.

Sesaat setelah dokumen itu dirilis, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, dia hendak menemui Presiden Cina Xi Jinping. “Saya berencana untuk bertemu Xi Jinping dan percaya ini akan bermanfaat bagi negara kita dan keamanan dunia,” katanya dalam konferensi pers di Kiev ketika memperingati satu tahun perang dengan Rusia.

Zelensky mengungkapkan, dia terbuka untuk mempertimbangkan bagian dari rencana gencatan senjata 12 poin yang diusulkan Cina untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Kendati demikian, Zelensky tak menyebut tentang kapan kemungkinan pertemuannya dengan Xi Jinping terjadi. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler