Jalan Kaki Minimal 8.000 Langkah Turunkan Risiko Kematian Hingga 14 Persen
Meski sederhana, olahraga jalan kaki bisa membawa manfaat kesehatan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berjalan kaki merupakan latihan fisik yang menyehatkan dan bisa dilakukan oleh berbagai kalangan. Meski sederhana, olahraga jalan kaki bisa membawa manfaat kesehatan meski hanya dilakukan satu hingga dua kali per pekan.
Manfaat berjalan kaki bagi kesehatan disorot dalam studi terbaru pada JAMA Network Open. Studi ini menemukan bahwa jalan kaki 8.000 langkah atau lebih, sebanyak satu hingga dua hari per pekan bisa menurunkan risiko kematian secara signifikan.
Bila dibandingkan dengan orang yang tak aktif, orang yang berjalan kaki 8.000 langkah sebanyak satu hingga dua hari per pekan memiliki risiko kematian 14,9 persen lebih rendah. Risiko kematian ini mencakup risiko kematian akibat semua penyebab dan risiko kematian akibat masalah kardiovaskular.
Penurunan risiko kematian ini tampak semakin besar bila frekuensi berjalan kaki 8.000 langkah ditingkatkan. Menurut studi, orang yang berjalan kaki 8.000 langkah sebanyak tiga hingga tujuh hari per pekan memiliki risiko kematian 16,5 persen lebih rendah.
Temuan ini merupakan kabar baik bagi para weekend warrior atau orang-orang yang hanya bisa berolahraga di akhir pekan. Alasannya, meski mereka hanya bisa fokus berolahraga sebanyak dua hari dalam sepekan, mereka tetap bisa mendapatkan manfaat dengan olahraga berjalan kaki.
Bagi sebagian orang, berjalan kaki 8.000 langkah bukanlah hal yang mudah dilakukan. Sebagai perbandingan, rata-rata orang di Amerika Serikat hanya berjalan sekitar 4.800 langkah per hari.
Jalan kaki 8.000 langkah setara dengan berjalan kaki sejauh 6,5 km dengan kecepatan berjalan kaki sekitar 4,83 km per jam. Dengan kata lain, seseorang yang ingin berjalan kaki 8.000 langkah perlu meluangkan waktu sekitar 1 jam 20 menit dalam sehari.
"(Olahraga jalan kaki) meski hanya dua hari (per pekan) tetap bermanfaat," lanjut profesor dari Health and Human Physiological Sciences Department di Skidmore College, dr Paul Arciero, seperti dilansir Medical News Today.
Perlu diingat bahwa gaya hidup sedentari atau tidak aktif bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan. Menurut beragam studi, gaya hidup sedentari kerap dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat semua penyebab dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.
"Lebih lanjut, gaya hidup sedentari secara drastis meningkatkan risiko penyakit kardiometabolik seperti obesitas sentral, hipertensi, diabetes tipe 2, strok, penyakit jantung, masalah peradangan tertentu, dan kanker," ujar dr Arciero.