Afirmasi Positif Dukung Keberhasilan Terapi Anak dengan Autisme

Anak dengan autisme bersekolah tujuannya untuk bersosialisasi.

Edwin Dwi Putranto/Republika
Anak-anak melihat tembok bertuliskan Autism dalam rangka peringatan Hari Autis Sedunia (ilustrasi). Dokter ahli tumbuh kembang mengingatkan agar orang tua lebih apresiatif terhadap perkembangan yang dicapai anaknya yang menyandang autisme.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K) mengatakan anak dengan gangguan spektrum autisme perlu mendapatkan dukungan dan afirmasi positif. Dengan begitu, terapi yang sudah dilakukan bisa berhasil.

"Orang-orang terdekat perlu memberikan afirmasi positif dan mengapresiasi keberhasilan anak dengan autisme sekecil apapun agar terapi yang dilakukan berjalan efektif dan mereka bisa merasa diterima di lingkungan terdekatnya" kata Rini pada seminar yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (6/4/2023), dalam rangka memperingati Hari Autisme Sedunia yang jatuh pada 2 April.

Rini mengatakan anak dengan gangguan spektrum autisme, yakni gangguan perkembangan atau perilaku itu mungkin terkesan asing dengan dunia luar dan sulit bersosialisasi. Akan tetapi, mereka tidak berbahaya.

Baca Juga


Sementara itu, Rini mengingatkan setiap perbaikan yang ada dalam diri anak perlu diberi penghargaan. Pada setiap terapi tentu ada perkembangan baru yang bermanfaat bagi tumbuh kembang anak dengan autisme.

Rini juga mengatakan, anak autis bisa bersekolah normal bahkan sampai kuliah, walau mungkin kemampuannya untuk bersosialisasi tidak sebaik anak lainnya. Anak dengan autisme juga tidak boleh dikucilkan karena mereka perlu bersosialisasi dengan dunia luar.

"Ketika masuk sekolah, anak dengan gangguan spektrum autisme itu tujuannya untuk bersosialisasi, bukan untuk meraih kecerdasan intelektual," ujar dokter pesialis anak dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda Jakarta itu.

Dalam dunia medis, menurut Rini, ada sindrom Asperger. Anak dengan spektrum autisme lebih luas ini sehingga biasanya mereka memiliki kecerdasan-kecerdasan tertentu yang spesial.

Rini berpesan orang tua tidak perlu terburu-buru mencari sekolah yang sesuai untuk anak dengan autisme. Sebaiknya, fokus saja pada perkembangan-perkembangan kecil dan penting setiap harinya.

"Orang tua perlu lebih apresiatif pada perkembangan yang dicapai anak setiap harinya, jika memang ingin menentukan sekolah yang cocok, pilihlah sekolah yang mau menerima, dan pertimbangkan untuk memasukkan anak ke sekolah inklusi, atau sekolah yang melayani anak dengan kebutuhan khusus. Pilihlah sekolah inklusi jika memang anak memiliki predikat anak luar biasa dengan disabilitas intelektual," katanya.

Rini juga mengatakan penting bagi orang tua untuk melakukan komunikasi dua arah dengan anaknya. Selain itu, ayah dan ibu perlu melanjutkan terapi secara konsisten di rumah.

"Kalau terapi dengan dokter itu kan sekali datang hanya 50 menit sampai satu jam, sisanya anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang tua dan keluarga terdekat," katanya.

Anak dengan autisme tidak bisa memahami huruf alfabet dengan cepat. Ketika berlatih huruf ABCD, perlu dilakukan berulang kali, dan jangan terburu-buru melanjutkan ke huruf selanjutnya.

"Anak dengan autisme sebenarnya juga mengerti perintah, jadi buatlah mereka melakukan sesuatu sesuai dengan perintah," kata Rini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler