Shafiyyah, Sahabat Perempuan Nabi SAW yang Tegur Umat Islam saat Hendak Mundur dari Jihad

Shafiyyah adalah sosok sahabat perempuan Nabi SAW yang cerdas dan pemberani

Pixabay
Ilustrasi Sahabat Perempuan Nabi - Muslimah. Shafiyyah adalah sosok sahabat perempuan Nabi SAW yang cerdas dan pemberani
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jihad bukan hanya kata yang merujuk pada perang, lebih dari itu, jihad bersifat luas dan menyentuh berbagai aspek. Salah satu jihad yang dicontohkan berasal dari bibi Rasulullah SAW, Shafiyyah binti Abdul Muthalib.

Baca Juga


Dalam berbagai literatur Islam, sejak awal perkembangan dakwah Rasulullah SAW dilakukan, Shafiyyah merupkan sosok yang selalu mendukung perjuangan tersebut. Pemilik nama lengkap Shafiyyah binti Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab Al-Quraisyiyah Al-Hasyimiyah ini merupakan saudara kandung Hamzah bin Abdul Muthalib.

Shafiyyah merupakan salah satu kalangan pertama yang memeluk Islam ketika ajaran tersebut disampaikan Rasulullah SAW . Tak hanya itu, dukungan terhadap dakwah Nabi Muhammad juga dibuktikan dengan bentuk kesetiaannya.

Di mana ketika dakwa Rasulullah SAW tertolak di Makkah dan kemudian Allah memerintahkan beliau untuk hijrah ke Madinah, Shafiyyah pun ikut berhijrah dengan mengikutsertakan anaknya. Peran Shafiyyah terhadap perkembangan Islam tidak main-main.

Beliau dikenal sebagai mujahidah yang ikut turun dalam Perang Uhud bersama rombongan kaum Muslimah lainnya. Dalam perang tersebut, beliau ikut mengobati para tentara Islam yang mengalami luka-luka.

Namun sayangnya, sebagaimana diketahui dalam sejarah, kisah kemenangan bagi umat Islam dalam Perang Uhud itu berubah menjadi bencana ketika umat Muslim tak mendengarkan perintah Nabi. Hal ini pun pada akhirnya, mau tidak mau, umat Muslim mengalami kekalahan dalam Perang Uhud.

Mirisnya, dalam mengalami kekalahan tersebut, banyak dari kaum Muslim yang lari terbirit-birit dari medang perang. Namun begitu, hal serupa tak dilakukan Shafiyyah. Kendati Islam kalah, Shafiyyah justru mengambil tombaknya dan berencana menegur para umat Muslim yang hendak meninggalkan Rasulullah di medan perang. Hal itu dilakukan sebagi bentuk teguran.

Keberanian Shafiyyah binti Abdul Muthalib ini memang bukan tindakan satu-satunya yang beliau lakukan. Dalam Perang Khandaq misalnya, beliau memiliki andil besar dalam sejarah Islam.

Dikisahkan bahwa dalam perang tersebut, musuh Islam saling bersekutu untuk menghancurkan kaum Muslimin. Situasi di Madinah kala itu dalam keadaan genting lantaran adanya pengkhianatan dari kaum Yahudi dari klan Bani Quraizhah. Sehingga Madinah kala itu tak hanya terancam dari luar, namun juga dari dalam Madinah itu sendiri.

Akhirnya ketika keluar dari Madinah untuk menghadapi Musuh, Rasulullah SAW memerintahkan kaum Muslimah untuk berada di benteng yang dijaga Hassan bin Tsabit. Dalam posisi itulah, Shafiyyah melihat orang Yahudi di sekitar benteng dan melewati parit pertahanan.

Melihat hal itu, Shafiyyah menaruh curiga dan mengabarkannya pada Hassan bin Tsabit. Beliau khawatir bahwa hadirnya orang Yahudi yang ada di sekitar benteng berperan sebagai mata-mata kepada kaum Yahudi lainnya.

Karena pernyataannya tak digubris Hassan, Shafiyyah mengambil inisiatif sendiri untuk membantu melindungi pertahanan umat Muslim dari serangan musuh. Diambilnya sebatang tiang dari kemah, lalu beliau berjalan menghampiri orang Yahudi tersebut dan memukul kepalanya hingga terjatuh ke tanah.

Tindakan yang diambil Shafiyyah ini sejatinya bukan hanya tindakan pemberani. Namun di balik itu terdapat sikap kecerdasan dan kewaspadaan dari insting bertahan yang beliau miliki.

Baca juga: 6 Fakta Seputar Saddam Hussein yang Jarang Diketahui, Salah Satunya Anti Israel  

Jiwanya merdeka, begitulah kiranya deskripsi singkat tentang dirinya. Tindakan berani nan cerdas yang dimilikinya ini digunakan dalam ajang jihad dalam membela Islam yang tengah terserang kala itu.

Tekadnya untuk melindungi kaum Muslimah dan anak-anak Islam yang berlindung di benteng tersebut adalah tindakan jihad yang ikhlas. Berkat tindakannya tersebut, utusan dari kaum Bani Quraizhah dikabarkan tak berani untuk kembali. 

Dari sikapnya itu, kaum Bani Quraizhah mengira terdapat sejumlah kaum laki-laki yang bertugas menjaga perempuan dan anak-anak Islam dalam benteng. Padahal, kebanyakan kaum laki-laki ikut serta bersama Rasulullah SAW dalam perang serta terjun ke suasana yang serba genting kala itu.   

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler