Bolehkah tidak Sholat Jumat Bila Sudah Sholat Idul Fitri? Ini Kata MUI
Umat Muslim diberikan dua opsi dalam hal pelaksanaan ibadah sholat Jumat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apabila Idul Fitri jatuh pada Jumat, bolehkah meninggalkan sholat Jumat? Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ahmad Zubaidi menjelaskan ketika hari raya Id, baik itu Idul Fitri maupun Idul Adha jatuh bertepatan pada Jumat, maka sesuai syariat, umat Muslim diberikan dua opsi dalam hal pelaksanaan ibadah sholat Jumat.
Ia menjelaskan, boleh bagi seorang Muslim tidak melaksanakan sholat Jumat ketika hari tersebut juga adalah Idul Fitri. Hal ini merupakan rukhsah atau keringanan.
Namun demikian, bagi yang memilih untuk melaksanakan sholat Jumat juga diperbolehkan. Dalilnya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
قال: صَلَّى الْعِيْدَ ثُمَّ رَخَصَ فِي الْجُمْعَةِ، فَقَالَ: مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ
Rasulullah menjalankan sholat Id kemudian memberikan keringanan (rukhshah) perihal tidak mengikuti sholat Jumat. Rasulullah kemudian bersabda, ‘Siapa yang ingin sholat Jumat, silakan!’" (HR Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan lainnya)
"Jadi prinsipnya itu opsi, sifatnya rukhsah, bisa tetap melaksanakan karena Rasulullah SAW juga tetap melaksanakan. Atau bagi yang punya kepentingan, boleh tidak melaksanakan nanti dia bisa melaksanakan sholat zhuhur," kata Kiai Zubaidi.
Kiai Zubaidi mengatakan Rasulullah SAW tetap melaksanakan sholat Jumat kendati hari itu bertepatan dengan hari Id. Meski begitu, Rasul memperbolehkan sahabat tidak melaksanakan sholat Jumat.
Imam Asy Sya'rani menjelaskan bahwa keringanan tersebut diperuntukan bagi orang pedalaman yang sulit mencapai lagi masjid untuk melaksanakan sholat Jumat setelah paginya melaksanakan sholat Id.
ومن ذلك قول الشافعي إذا وافق يوم العيد يوم جمعة فلا تسقط صلاة الجمعة بصلاة العيدعن أهل البلد بخلاف أهل القرى إذا حضروا فإنها تسقط عنهم ويجوز لهم ترك الجمعة والإنصراف
Artinya, “Salah satunya adalah pendapat Imam As-Syafi’i, ‘Jika hari Id berbarengan dengan hari Jumat, maka kewajiban sholat Jumat tidak gugur dari penduduk kota dengan sebab pelaksanaan sholat Id. Lain halnya dengan penduduk pedalaman, bila mereka menghadiri sholat Id, maka kewajiban sholat Jumat gugur dari mereka. Mereka boleh meninggalkan Jumat dan bergeser menuju kediaman mereka di pedalaman’” (Imam As-Sya’rani dalam Al-Mizanul Kubra)
Begitu juga dipaparkan oleh Imam Nawawi dalam Raudhatut Thalibin wa ‘Umdatul Muftin:
إذا وافق يوم العيد يوم جمعة وحضر أهل القرى الذين يبلغهم لصلاة العيد وعلموا أنهم لو انصرفوا لفاتتهم الجمعة فلهم أن ينصرفوا ويتركوا الجمعة في هذا اليوم على الصحيح المنصوص في القديم والجديد وعلى الشاذ عليهم الصبر للجمع
Artinya, “Bila hari Id berbarengan dengan hari Jumat–sementara penduduk pedalaman yang sampai kepada mereka untuk sholat id itu mengadiri sholat Id serta mereka mengerti bila bergeser ke pedalaman (kembali) akan luput dari sholat Jumat, maka mereka boleh bergeser sejak pagi dan boleh meninggalkan sholat Jumat pada hari tersebut, menurut pendapat shahih yang tersebut nashnya pada qaul qadim dan jaded. Tetapi menurut qaul syadz yang tidak umum, mereka wajib bersabar menahan diri untuk menghadiri gabungan keduanya (sholat Id dan Jumat).
"Jadi kalau ada kepentingan tentu boleh kita sholat zhuhur saja. Tetapi kalau melaksanakan sholat Jumat, itu lebih baik. Sekarang kan tidak kesulitan mencari masjid, itu mudah sekali," katanya.