Warga Kota Ukraina yang Dikuasai Rusia Dievakuasi
Ukraina menuduh Moskow mengevakuasi paksa warga.
REPUBLIKA.CO.ID, BERDYANSK -- Warga di kota-kota dan di desa sekitar Kota Berdyansk di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia dievakuasi ke pusat penampungan sementara. Saat pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia di kota itu semakin intensif.
Anak-anak ditemani setidaknya satu orang tua atau wali dievakuasi dari selatan Zaporizhzhia yang diduduki Rusia. Tempat pembangkit listrik tenaga nuklir berada.
Gubernur yang ditempatkan Rusia di Zaporizhzhia, Yevgeny Balitsky mengatakan ia menyerukan relokasi sementara warga terutama keluarga dengan anak kecil ke tempat yang lebih aman karena meningkatnya tembakan Ukraina ke 18 pemukiman dekat garis depan.
Pernyataan Balitsky belum dapat verifikasi secara mandiri. Ukraina membantah menembaki warganya sendiri. Kiev menuduh Moskow yang menembaki warga sipil, tuduhan yang Rusia bantah.
Militer Ukraina yang berjanji mematuhi perintah Presiden Volodymr Zelenskyy untuk mengusir semua pasukan Rusia dari wilayah Ukraina menuduh Moskow mengevakuasi paksa warga. Rusia juga membantah tuduhan tersebut.
Wartawan yang mengunjungi penampungan sementara di Berdyansk beberapa berbicara dengan warga dan pejabat yang ditempatkan Rusia.
Moskow menduduki Berdyansk pada 27 Februari, tiga hari setelah menggelar invasi yang mereka sebut "operasi militer khusus" di Ukraina. Kiev dan Barat menyebut operasi itu bermaksud menduduki wilayah negara berdaulat.
Tiga orang warga di tempat penampungan sementara mengatakan mereka memilih sendiri untuk melakukan evakuasi atas alasan keamanan. Dua orang mengungkapkan cukup puas dengan kondisi mereka. Satu orang berharap dapat pulang ke rumahnya suatu hari nanti.
Lyudmila yang memilih melakukan evakuasi dari rumahnya di Kota Kamianka-Dniprovska mengatakan terkadang situasi di sana "sulit." Peluru kerap kali mendarat di dekat rumahnya.
"Kami biasanya keluar dan menonton (penembakan), terutama pada malam hari, anda bisa melihat kilatan saat mereka (menembak) ketika mendarat (semuanya menjadi) merah, ketika peluru jatuh di dekat anda dan ketika mendarat seluruh langit berwarna merah," katanya.
"Orang-orang terbiasa dengan cepat, anak-anak segera terbiasa, mereka berhenti takut," tambahnya.
Hal ini Lyudmila sampaikan saat ia mengeluarkan pakaian-pakaiannya dari tas dan menggantung beberapa di antaranya di rumah sementaranya. Sebuah rumah yang didekorasi dengan kertas dinding dengan televisi yang ditempel di dinding. Perempuan 22 tahun itu cukup puas dengan kondisinya sekarang tapi berharap dapat pulang suatu hari nanti.
"Kami ingin menunggu saja, bila semuanya baik-baik saja, kami jelas akan kembali pulang, semuanya di sana memiliki rumah, taman: keluarga dan kerabat kami masih berada di sana, nenek dan ibu saya, saudara laki-laki dan perempuan saya masih di sana," katanya.
Menurutnya orang-orang yang masih di kota tempatnya tinggi "sudah mengatur koper" bersiap untuk pergi bila situasi menjadi lebih berbahaya. Ia mengaku perang antara dua belah pihak dapat menggagalkan harapannya dapat hidup dengan normal lagi.
"Bila (serangan balik Ukraina) ke arah sana, maka kota kami akan menderita dan mungkin tidak ada tempat untuk pulang," kata Lyudmila.
Ia berharap kedua belah dapat mencapai kesepakatan dan berdamai.