Oposisi Sebut Pemilu Turki Putaran Kedua Sebagai Referendum
Pemilu Turki putaran kedua akan digelar pada 28 Mei 2023.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kelompok oposisi Aliansi Bangsa mengatakan, pemilihan presiden Turki putaran kedua adalah referendum. Mereka menyerukan kepada orang-orang Turki untuk memilih demokrasi.
“Ini bukan lagi pemilu. Ini adalah referendum. Hasil pemungutan suara pertama sudah jelas. Anak muda, montase dan fitnah ada di mana-mana, kita harus melawan keji ini bersama-sama,” kata calon presiden dari kubu oposisi, Kemal Kılıçdaroğlu dalam pesan video pada 20 Mei.
Kılıçdaroğlu akan melawan Presiden Recep Tayyip Erdoğan di pemilu Turki putaran kedua yang akan berlangsung pada 28 Mei mendatang. Kılıçdaroğlu mengkritik Erdoğan karena menggunakan montase dan materi palsu untuk melawannya.
“Bagikan video ini di mana saja! Mereka yang mencintai negaranya harus datang untuk memilih,” kata Kılıçdaroğlu, dilaporkan Hurriyet Daily News, Ahad (21/5/2023).
“Tidak apa-apa jika kalian tidak menyukai saya, tetapi kalian harus membuat keputusan jika kalian mencintai negara kalian. Apakah Anda ingin 10 juta warga Suriah lainnya datang? Jangan lupa, Anda akan memberikan suara Anda untuk diri sendiri, bukan untuk saya,” tambah Kılıçdaroğlu.
Ketua Partai İYİ, Meral Akşener juga menggambarkan bahwa pemilu putaran kedua sebagai referendum. “Ini adalah pemilihan yang memulai undian nihil dan harus berubah menjadi referendum. Jumlah calon pemilih Kılıçdaroğlu lebih banyak dari Erdoğan,” katanya.
Akşener mengatakan, partainya telah mengkonsolidasikan para pendukung, dan berkampanye di tingkat mikro dengan mengunjungi setiap rumah di distrik tertentu. “Semua cabang kami di 81 provinsi, anggota parlemen kami saat ini dan semuanya mulai bekerja untuk putaran kedua. Kami akan terus bekerja untuk pemilihan Kılıçdaroğlu sebagai presiden ke-13,” ujarnya.