Kepala BRIN Jatuhkan Sanksi Moral kepada Thomas Djamaluddin
Status Thomas di akun Facebook yang memicu APH ingin bunuh semua warga Muhammadiyah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) resmi memecat salah satu penelitinya, yaitu Andi Pangerang Hasanuddin (APH). Hal itu setelah APH dinyatakan bersalah dan dikenai hukuman disiplin tingkat berat berupa pemberhentian sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan keputusan pemecatan menindaklanjuti hasil sidang Majelis Hukuman Disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN). "Menyetujui bahwa APH dinyatakan bersalah dan dikenai hukuman disiplin tingkat berat berupa pemberhentian sebagai PNS," ujar Handoko di Jakarta, Sabtu (27/5/2023).
Saat ini, APH sedang mendekam di Rutan Bareskrim Polri. Dia menjadi tersangka ujaran kebencian dan SARA atas komentarnya di akun Facebook, yang ingin membunuh semua warga Muhammadiyah.
Baca: Breaking News! BRIN Pecat Andi Pangerang Hasanuddin
Handoko menyebut, selain APH, masalah itu juga menjerat Thomas Djamaluddin (TD). Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN tersebut adalah pemicu yang membuat APH membuat status ancaman tersebut. Pun APH membuat status itu kolom komentar akun Facebook Thomas Djamaluddin.
Dia pun menyinggung tentang pelanggaran disiplin yang dilakukan TD. "Menyetujui (juga) penjatuhan sanksi moral bagi TD berupa perintah untuk menyampaikan permohonan maaf secara terbuka dan tertulis," kata Handoko.
Dia berpesan agar semua periset BRIN menjadikan kasus yang menimpa APH dan TD sebagai pembelajaran berharga. Handoko ingin periset menjadikan BRIN sebagai institusi yang menaungi para periset di Tanah Air untuk menginisiasi riset multidisiplin guna mendapatkan solusi permasalahan secara ilmiah.
Baca: BRIN: Di Sidang Etik, AP Hasanuddin Berkali-kali Sampaikan Penyesalan
Sebelumnya, Thomas Djamaluddin memertanyakan upaya hukum yang terus dilakukan Muhammadiyah menyoal kritik soal wujudul hilal (WH). Dia meminta, ihwal memersoalkan kritik yang ada, Muhammadiyah sebaiknya kembali memertimbangkan kejadian-kejadian sebelumnya.
“Muhammadiyah yang saya hormati karena semangat tajdid akan mencatatkan dalam sejarah sebagai organisasi pembungkam kritik? Semoga masih ada akal sehat untuk mempertimbangkannya,” kata Thomas kepada Republika.co.id, Rabu (3/5/2023).
Thomas mengeluhkan kritik terhadap Wujudul Hilal dan ego organisasi Muhammadiyah malah dianggap menyerang. Padahal, dia menjelaskan, kritik yang dibangun pada awalnya bukan atas dasar kebencian, melainkan mendorong dialog bersama ormas keagamaan demi menyatukan ummat saat berlebaran. Hal itu, disebutnya sebagai tataran ijtihad ilmiah.
“Dianggap tendensius, fitnah, dan ujaran kebencian. Kritik itu akan dibungkam dengan pidana. Sesuai kepakaran saya, ijtihad astronomis tentang kriteria bisa mempersatukan madzhab hisab dan rukyat,” kata Thomas.
Mantan kepala LAPAN ini memertanyakan apakah Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan dengan semangat tajdid akan mencatatkan sejarah, khususnya pembungkaman kritik. Dia berharap, ada akal sehat Muhammadiyah untuk memertimbangkan kritik dengan tidak membalasnya di jalur hukum.
Akibat unggahan Thomas di akun media sosialnya, seorang peneliti BRIN AP Hasanuddin membuat komentar yang dinilai meresahkan warga Muhammadiyah. Dalam komentarnya, AP Hasanuddin mengancam akan membunuh warga Muhammadiyah satu per satu. Bahkan, warga Jombang ini menyebut soal 'darah warga Muhammadiyah halal'.
Ketua Fraksi PAN DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan, Thomas adalah salah seorang yang membuat perdebatan penetapan 1 Syawal selalu panas dan keras. Sebagai salah satu tim unifikasi kalender Kementerian Agama, dia dikenal sangat keras membela metode rukyah dan mengecam metode hisab.
"Sebagai ilmuwan, Thomas sangat tidak bijak. Bahkan pada titik tertentu, dia menggiring pada perdebatan yang menjurus pada perpecahan. Di tingkat akar rumput, hal ini sangat mencemaskan dan mengkhawatirkan," ujar Saleh Daulay dalam keterangannya.
Saleh menyebutkan, dalam konteks komentar AP Hasanuddin yang akan menghalalkan darah warga Muhammadiyah, Thomas juga terlibat. Bahkan dalam permohonan maafnya, AP Hasanuddin jelas menyatakan komentar yang dia keluarkan tersulut emosi karena perdebatan di kalangan netizen di unggahan Thomas.