Bukan Cuma Bikin Batuk dan Mata Gatal, Polusi Udara Bisa Munculkan Sederet Gangguan Ini
Kualitas udara yang buruk dapat berdampak pada kesehatan jantung hingga kulit.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mata gatal, tenggorokan gatal, dan batuk mungkin sudah tidak mengherankan jika dialami dalam lingkungan dengan udara berpolusi. Kualitas udara yang buruk ternyata juga dapat menyebabkan gejala lain yang tidak disangka-sangka, seperti nyeri dada, sakit kepala, dan pusing.
"Kami mendorong orang-orang segera mendatangi tenaga medis, jika mengalami nyeri dada atau sesak," kata seorang dokter pengobatan perawatan kritis di Albany Medical Center di Albany, New York, Amerika Serikat, dr Gregory Wu.
Sakit kepala yang terus-menerus harus segera mendapat perhatian medis, terutama jika seseorang biasanya tidak mudah sakit kepala atau sakit kepala terasa lebih buruk dari biasanya. Sementara itu, nyeri dada, bisa menjadi indikator sesuatu yang lebih serius, seperti serangan jantung.
Masih belum jelas mengapa kualitas udara yang buruk meningkatkan risiko serangan jantung. Menurut American Heart Association, itu karena asap kebakaran mengandung partikel halus yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah, lalu berpotensi menyebabkan serangan jantung.
Sebuah studi yang diterbitkan pada 2020 di Journal of American Heart Association menemukan bahwa paparan asap tebal selama kebakaran hutan meningkatkan risiko serangan jantung di luar rumah sakit hingga 70 persen. Sakit kepala atau pusing mungkin merupakan akibat langsung dari menghirup polusi, seperti karbon monoksida, dari asap.
Orang juga mungkin pingsan atau mengalami mual karena menghirup asap beracun. Menurut ahli paru dari American Lung Association, dr Panagis Galiatsatos, tidur juga bisa terganggu karena paparan asap dari api. Partikel halus itu bisa masuk ke aliran darah, menyebabkan peradangan di dalam dan sekitar otak serta bagian tubuh lainnya, sehingga menyebabkan sulit beristirahat.
"Bahkan, jika kita sehat, mungkin kita merasakan beberapa efek," kata dia.
Orang tua juga harus memperhatikan bagaimana perasaan anak-anak mereka. Anak-anak kecil diketahui mudah marah atau lebih murung karena paparan kualitas udara yang buruk, termasuk dari asap kebakaran.
"Alasan biologisnya belum sepenuhnya dipahami. Tapi jika anak-anak terpapar hal-hal yang beracun, mereka cenderung lebih mudah rewel. Itu hal yang sama terlihat dengan virus pernapasan. Mungkin mereka tidak bisa bernapas juga atau mungkin mereka sesak," ujar dia.
Seorang profesor dermatologi di University of California, San Francisco, Dr Maria Wei, mengatakan bahwa asap kebakaran juga dapat menyebabkan masalah kulit. Seperti apa bentuknya?
Penelitian Wei sebelumnya memperlihatkan paparan asap kebakaran dalam jangka pendek dapat menyebabkan gangguan kulit, seperti psoriasis dan eksim, termasuk pada orang yang sebelumnya tidak memiliki diagnosis itu. Temuan itu dipublikasikan di JAMA Dermatology pada 2021
"Kekambuhan tidak selalu langsung, itu dapat muncul empat atau lima pekan kemudian. Orang-orang juga melaporkan kulit gatal, jerawat, serta ruam di tangan dan wajah mereka akibat kualitas udara yang buruk," kata Wei.
Paparan jangka panjang juga dapat menyebabkan keriput. Wei menjelaskan bahwa sudah diketahui umum bahwa polusi udara dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit.
Materi partikulat dari asap dapat menembus kulit. Wei juga memperkirakan mungkin ada respons kekebalan yang terlalu aktif dari polusi yang masuk, sehingga menyebabkan kekambuhan.
Pembersih udara mungkin efektif dalam mencegah iritasi kulit akibat polusi udara. Lalu, mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang serta pelembap juga bisa menjadi pelindung bagi kulit.
Galiatsatos merekomendasikan agar orang tinggal di dalam ruangan selama mungkin untuk mencegah gejala dari asap atau polusi. Jika perlu keluar, pakailah masker yang pas, seperti respirator N95.