Prancis Pernah Minta Perlindungan Ottoman dari Romawi, Ini Sejarahnya

Prancis mengalami kekalahan yang memalukan dalam Pertempuran Pavia.

wikipedia
Pasukan Ottoman di Andalusia. Prancis Pernah Minta Perlindungan Ottoman dari Romawi, Ini Sejarahnya
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ini berawal dari Pertempuran Pavia, yang terjadi antara Prancis dan Spanyol pada tahun 1525, untuk menguasai semenanjung Italia. Perang tersebut meletus antara 1494 dan 1559.

Baca Juga


Pertempuran itu menjadi kesempatan bagi Kesultanan Turki Utsmani (Ottoman) untuk menjejakkan kekuasaannya di Prancis setelah Perang Dunia II. Terlebih dengan kalahnya Raja Prancis Francois I dalam pertempuran tersebut yang membuat dirinya ditawan.

Dalam kondisi demikian, Prancis tidak menemukan alternatif selain bersekutu dengan Sultan Suleiman yang Agung untuk melindungi Prancis dari kekuatan tetangga Spanyol dan Italia.

Dalam sejarahnya, dikutip dari Arabic Post, pemilihan Charles I dari Spanyol sebagai Kaisar Romawi Suci atas Raja Francois I dari Prancis, setelah kematian Kaisar Maximilian I pada tahun 1519, merupakan penyebab langsung dari Pertempuran Pavia.

Pemilihan ini menimbulkan ancaman bagi Prancis, karena Prancis dikelilingi oleh tanah Habsburg di utara, timur dan selatan oleh tanah Habsburg. Namun, pada 1521 Inggris tidak berhasil menengahi konflik tersebut dan Prancis mulai mempersiapkan diri untuk perang.

Tentara Prancis awalnya melancarkan dua serangan terhadap Habsburg di wilayah kerajaan, tetapi mereka gagal mencapai tujuan. Pada 1523, Inggris menginvasi Prancis, saat Duke Charles de Bourbon memutuskan mengkhianati Raja Prancis dan bersekutu dengan tentara kekaisaran.

Pada 1524, setelah Fransiskus tidak berhasil menginvasi Italia, keluarga Bourbon menginvasi Provence dan mengambil gelar Comte Provence. Inilah alasan lain yang mendorong Francis I untuk menginvasi Italia lagi. Pada 1525, raja Prancis melancarkan kampanye militer untuk menginvasi Italia, khususnya Italia utara, dan memang mereka berhasil mencapai Milan.

 

 

Kampanye militer itu dipimpin oleh Raja Francis I. Tentara Prancis berhasil mengepung kota Pavia pada Oktober 1524 dengan 26 ribu tentara. Termasuk di dalamnya 6.000 tentara Prancis dan 17 ribu orang asing yang mencakup 8.000 tentara bayaran Swiss dan 9.000 tentara dari Pasukan Jerman-Italia. Adapun Kavaleri Prancis terdiri dari 2.000 polisi dan 1.200 tombak.

Untuk mematahkan pengepungan di kota Pavia, Kaisar Romawi Charles V mengirim 22 ribu tentara di bawah komando Charles de Lanoi dan Duke Bourbon Prancis yang membangkang. Tentara kekaisaran terdiri dari 12 ribu infanteri Habsburg, 5.000 tentara Spanyol, dan 3.000 tentara Italia.

Tanpa peringatan, tentara Prancis malah terkepung di kota Pavia setelah mengepung kota tersebut hingga Pertempuran Pavia pun pecah. Pertempuran berlangsung selama empat jam, di mana tentara Prancis terbagi dan dikalahkan dengan telak.

Prancis menderita kerugian besar. Banyak bangsawan yang terbunuh dan Raja François I ditangkap oleh tentara Habsburg.

Setelah kekalahan yang memalukan dalam Pertempuran Pavia, Prancis memutuskan beralih ke Kesultanan Ottoman untuk mencari bantuan. Permintaan bantuan ini dilakukan setelah raja Prancis ditawan dan Prancis menderita dari Kekaisaran Spanyol.

Francois I pun dibebaskan. Setelah pembebasan Francois I dari penahanan pada tahun 1526, pemulihan hubungan resmi antara kedua negara (Prancis dan Utsmani) dimulai. Francois I meminta Suleiman yang Agung untuk menyerang Kekaisaran Romawi dari sisi Hungaria, dan mendudukinya dari timur sehingga raja Prancis dapat memanfaatkan hal tersebut untuk memperkuat posisinya di barat.

Pada 1535, Francois I mengirim utusannya ke Sultan Suleiman yang Agung untuk membuat perjanjian aliansi antara kedua negara untuk mengakhiri ambisi Charles V dan melemahkan kekuasaannya. Perjanjian ini kemudian ditandatangani pada tahun 1536 M.

 

François I dari Prancis menganggap Kesultanan Utsmani sebagai satu-satunya kekuatan yang melindungi negara-negara Eropa dari ekspansi agresif Charles V. Memang, pada musim panas 1543 M, Kesultanan Utsmani membantu Prancis dalam membebaskan kota Nice di Prancis, dengan meminta bantuan Sultan Suleiman yang Agung agar mengarungi armadanya ke Prancis untuk membebaskan kota Prancis.

Setelah bantuan itu, Prancis menawarkan menjadi tuan rumah pangkalan militer Ottoman di pelabuhan Toulon, asalkan pelabuhan Prancis ini berubah menjadi pangkalan angkatan laut armada Ottoman untuk mengusir angkatan laut Spanyol dan Italia.

Tujuannya agar Prancis memastikan armada Kekaisaran Romawi Suci tidak menyerangnya di hadapan pangkalan militer Utsmaniyah di tanah mereka, sebagai imbalan untuk membantu Prancis Utsmani dalam membebaskan kota Tunis.

Kota Prancis Toulon berubah menjadi pangkalan angkatan laut Ottoman untuk melindungi Prancis, dan Raja Prancis. Katedral Toulon pun diubah menjadi masjid bagi tentara garnisun Muslim Ottoman, yang diperkirakan berjumlah 30 ribu.

 

Selama enam bulan, dari akhir 1543 hingga awal 1544, kota Prancis berubah menjadi pangkalan perang untuk peluncuran kampanye militer Ottoman. Prancis menyediakan sekitar 10 juta garnisun Ottoman selama periode itu. Mata uang yang beredar di kota Toulon selama periode itu menjadi mata uang Ottoman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler