Di Tengah Kebiadaban Israel, Rabbi Kanada ini Pakai Kaos Dukung Palestina Merdeka

Rabbi ini mendukung Palestina merdeka sebagai kepeduliaannya terhadap kemanusiaan.

twitter
Tangkapan layar Rabbi Yahudi dukung Palestina Merdeka
Rep: Rizky Jaramaya Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Palestina semakin menderita. Banyak warganya wafat, baik dewasa maupun anak-anak. Israel semakin membabi buta, menghajar dan menghabisi siapa pun yang dianggapnya mengancam kebijakannya untuk memperluas kawasan.

Di tengah situasi semacam itu, ternyata ada Rabbi Yahudi asal Kanada yang membela dan mendukung Palestina merdeka. Namanya Rabbi David Mivasair. Di usianya yang tak lagi muda, tapi tubuhnya tetap terlihat segar, Mivasair tampi mengenakan kaos hitam berhiaskan gambar bunga dan bertuliskan Jews for Palestinian Liberation.

Tak sendirian, pakaian itu juga dikenakan orang-orang pendukungnya. Mereka adalah penganut Yahudi yang bukan zionis, bukan Yahudi yang mendukung Israel. Bukan Yahudi yang menghalalkan darah warga Palestina jatuh ke tanah.

Mereka adalah Yahudi yang menggandeng tangan warga Palestina yang dizalimi Israel. Mereka adalah yang menyuarakan kebiadaban Israel yang ‘dibiarkan’ dunia.

Akun twitter

Melalui akun twitter @Mivasair, sang rabbi menampilkan foto tersebut sebagai bentuk perlawanannya terhadap kesewenang-wenangan Israel.

Pada 2021, David Mivasair...Lihat halaman berikutnya >>

 

pernah ditahan oleh polisi dan terkena denda 5.000 dolar. Sebabnya dia melakukan vandalisme di konsulat Israel. Dia memercikkan cat merah di tangga konsulat Israel.

 

Mivasair adalah tokoh Yahudi yang vocal. Dia mengorganisir protes hari Jumat dan yang mendukung gerakan boikot , divestasi dan sanksi terhadap Israel.

Akui Membunuh Balita Palestina

Militer Israel pada Rabu (14/6/2023) mengakui bahwa mereka telah menembak dan membunuh seorang balita Palestina di Tepi Barat secara tidak sengaja awal bulan ini. Militer Israel jarang mengakui kesalahan mereka ketika menyerang warga Palestina hingga tewas.

Militer Israel mengatakan akan menegur salah satu petugas yang terlibat dalam pembunuhan tersebut.  Militer menyatakan, mereka belum memutuskan apakah akan melanjutkan penyelidikan kriminal atas kematian balita itu.

Kelompok hak asasi berpendapat bahwa militer Israel tidak melakukan upaya lebih besar untuk menyelidiki dan menghukum tentaranya atas pembunuhan warga Palestina di Tepi Barat. Hal ini menciptakan pola impunitas.

Balita berusia 2 tahun, Mohammed al-Tamimi meninggal dunia karena terluka oleh tembakan Israel di dekat desanya di Nebi Saleh. Insiden ini memicu curahan kesedihan dan kemarahan. Ayahnya yang berusia 44 tahun, Haitham al-Tamimi, menolak langkah Israel untuk menyelidiki pembunuhan itu.

Lihat halaman berikutnya >> 

 

 “Tentu saja kami mengharapkan keadilan, tetapi laporan ini bagi kami terasa seperti kejahatan di atas kejahatan aslinya. Hanya ini yang mereka katakan ketika anak saya dibunuh dengan darah dingin, ketika hidupnya terputus sebelum saya mengetahui pertumbuhannya," ujar Haitam al-Tamimi.

Dalam mengumumkan hasil penyelidikan awal pada Selasa (13/6/2023), militer Israel menggambarkan suasana kebingungan yang cukup besar menyusul dugaan serangan penembakan warga Palestina di dekat pemukiman Yahudi. Militer mengatakan, tentara yang ditempatkan di tempat pengintaian di dekat desa Nebi Saleh mendengar letusan senjata, tetapi tidak tahu dari mana asalnya.  Saat melihat mobil mencurigakan, seorang komandan yang membantu pencarian menembak beberapa kali ke udara.

Suara tembakan terdengar hingga ke pos jaga terdekat. Seorang tentara yang mengira tembakan dilepaskan oleh dua orang yang masuk ke mobil di ujung jalan. Tentara Israel meyakini mobil itu menjadi sumber tembakan dan penumpang di dalamnya adalah militan yang melarikan diri. Tentara itu mengikuti perintah dan melepaskan tembakan ke arah kendaraan tersebut.

 

Di dalam kendaraan itu ada Mohammed yang berusia 2 tahun dan ayahnya al-Tamimi. Al-Tamimi adalah seorang koki di Kota Ramallah, Palestina. Al-Tamimi mengatakan, dia baru saja mengikatkan sabuk pengaman putranya untuk perjalanan mengunjungi pamannya ketika peluru menghantam.  Dia juga ditembak dan dirawat di rumah sakit Palestina karena luka bahu sedang.  Mohammed meninggal karena lukanya di rumah sakit Israel empat hari kemudian.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler