Tak Hanya di Indonesia, Gaji di Jepang juga Susah Naik

Kenaikan gaji tidak sepadan dengan kenaikan inflasi.

EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Pejalan kaki berjalan di sepanjang persimpangan Shibuya berebut di Tokyo, Jepang.
Rep: Mgrol148 Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Nilai gaji di Jepang sulit naik dalam beberapa dekade terakhir. Ini membuat pekerja harus berhemat lebih dari sebelumnya seiring dengan kenaikan inflasi. Meski skema upah meningkat tahun ini, setidaknya untuk beberapa pekerja, nilai riil gaji tetap tidak menutupi biaya pengeluaran masyarakat.

Pada bulan Mei, indeks harga konsumen naik 3,2 persen dari tahun sebelumnya, jauh di atas target bank sentral sekitar dua persen. Ini  merupakan kabar yang bagus bagi para pembuat kebijakan yang mencoba mengeluarkan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu dari kelesuan.

Inflasi juga menjaga kredit super murah untuk memacu permintaan dan mendorong harga lebih tinggi. Tetapi, survei pemerintah terhadap perusahaan dengan lima atau lebih karyawan menemukan bahwa upah riil ternyata mengalami penurunan selama 13 bulan berturut-turut.

Meskipun semua perusahaan besar telah menaikkan upah tahun ini, namun nilainya tertutupi oleh inflasi. Padahal, anggota serikat pekerja besar mendapatkan kenaikan empat persen, tertinggi dalam 30 tahun.

Sementara itu, untuk kelompok usaha kecil dan menengah mayoritas tidak ada kenaikan gaji, menurut think tank Tokyo Shoko Research. "Gaji saya tidak naik sama sekali," kata Kyoko Sano, seorang pramuniaga di department store Tokyo dilansir AP, Senin (19/6/2023).

Pekerja Jepang berpenghasilan lebih sedikit daripada pekerja di AS dan Eropa. Grafik yang membandingkan upah selama beberapa tahun terakhir menunjukkan garis untuk Jepang lurus dari kiri ke kanan. Di negara lain, termasuk AS, mereka naik secara bertahap lebih tinggi.

Gaji rata-rata di Jepang adalah sekitar tiga perempat dari rata-rata sekitar 51 ribu dolar AS. Tarif per jam untuk pekerja di banyak pekerjaan layanan jasa Tokyo rata-rata sekitar 1.300 yen atau 9,30 dolar AS atau sekitar Rp 130 ribu per jam, naik dari sebelumnya 1.000 yen atau 7,10 dolar AS atau sekitar Rp 100 ribu per jam.

Jumlah itu jauh lebih rendah di sebagian besar negara. Di Indonesia sendiri, sistem penggajian diatur secara bulanan dengan rata-rata sekitar Rp 3 juta. Menurut data BPS, upah rata-rata masyarakat Indonesia per jam tertinggi yakni di Jakarta dengan nilai Rp 32.685 per jam dan terendah di Nusa Tenggara Barat yakni Rp 11.734 per jam.

Secara teori, ekonomi yang dinamis seharusnya mengarah pada harga dan upah yang lebih tinggi. Tetapi daya beli harus tetap terjaga untuk mempertahankan permintaan konsumen.

Tidak jelas bahwa tekanan inflasi, yang sebagian besar dipicu oleh kenaikan harga berbagai komoditas di dunia, akan memacu semacam siklus pertumbuhan positif atau tidak. Meski ekonomi tumbuh, tekanan inflasi bisa tidak sebanding dengan kesejahteraan pekerja.

Sejauh ini di Jepang, Bank Sentral Jepang tetap berhati-hati, mempertahankan suku bunga utama yang membantu menentukan suku bunga di minus 0,1 persen. Nilai ini bertahan selama satu dekade terakhir.

Seorang peneliti senior di The Tokyo Foundation for Policy Research, Hideo Hayakawa menyampaikan, nilai upah merana sejak...

Baca Juga


Seorang peneliti senior di The Tokyo Foundation for Policy Research, Hideo Hayakawa menyampaikan, nilai upah merana sejak bubble economy Jepang meledak pada 1990-an dan ekonomi mengalami stagnasi. Pengusaha menahan kenaikan upah dan investasi berisiko tetapi sebagian besar menghindari PHK massal.

"Ekonomi secara bertahap mulai bergerak, tapi kami belum tahu apakah semuanya akan berhasil sehingga kenaikan upah dapat berlanjut hingga tahun depan," kata Hayakawa.

Beberapa perusahaan sudah mulai menaikkan gaji, tetapi kenaikan besar-besaran karyawan baru Fast Retailing, yang mengoperasikan rantai pakaian Uniqlo, yang didapat tahun ini relatif jarang. Dalam menaikkan gaji bulanan menjadi 300 ribu yen atau 2.100 dolar AS atau sekitar Rp 31,5 juta sebulan dari 25 ribu yen 1.800 dolar AS.

Perusahaan mengatakan, mereka berharap untuk mempertahankan pekerja berbakat dan mempersempit kesenjangan upah dengan karyawan di AS dan Eropa.

"Kami percaya bahwa kami harus bertransformasi menjadi perusahaan yang sangat produktif yang dapat bersaing dan menang di panggung global," kata Manajer komunikasi korporat global di Fast Retailing, Peichi Tung.

Namun sebaliknya, sejumlah perusahaan berusaha menghindari kenaikan biaya dengan mempekerjakan wanita, pelajar, pensiunan, atau orang asing. Seringkali, mereka dikontrak dengan gaji lebih rendah yang tidak menyertakan tunjangan yang sama seperti yang diberikan kepada karyawan tetap.

Meskipun sistem "pekerjaan seumur hidup" di Jepang sudah mulai dihilangkan, para pekerja masih tidak berpindah-pindah pekerjaan seperti di dunia Barat. Pekerjaan yang stabil dan loyalitas lebih dihargai daripada berebut gaji atau promosi yang lebih tinggi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler