Presiden Dorong Swasembada Tapi Gula Konsumsi Masih Bergantung Impor
Lebih dari 20 persen kebutuhan gula konsumsi masih bergantung pada impor.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi gula nasional untuk konsumsi per tahun ditargetkan mencapai 2,74 juta ton. Sedangkan, di tahun lalu kebutuhan gula konsumsi mencapai 3,2 juta ton. Artinya, lebih dari 20 persen kebutuhan gula konsumsi masih bergantung pada impor.
Hal ini juga diakui oleh Deputi II Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah Machmud. Ia mengatakan, untuk mengisi gap kekurangan kebutuhan gula konsumsi, Indonesia masih harus bergantung pada impor. "Untuk memenuhi gula konsumsi kita masih harus mendatangkan dari luar negeri sekitar 20 persen," ujar Musdhalifah, Senin (26/6/2023).
Presiden Joko Widodo pun mendorong Indonesia bisa swasembada gula dengan menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional pada 16 Juni kemarin. Lewat beleid ini pemerintah akan meningkatkan produktivitas tebu sebesar 93 ton per hektar dan melakukan penambahan area lahan tebu seluas 700 ribu hektare.
Merujuk data Kementerian Pertanian, target produksi gula tahun 2023 adalah sebesar 2,74 juta ton. Apabila dirasionalkan produksi gula rata-rata selama lima tahun, pencapaian target produksi sebesar 95 persen dari angka taksasi, sehingga estimasi produksi gula sebesar 2,6 juta ton.
Pada tahun 2022, produksi GKP sebesar 2,45 juta ton yang diperoleh dari luas areal 488.982 hektare. Produksi ini meningkat sekitar 2,34 persen dibandingkan dengan produksi GKP tahun 2021, begitu juga jumlah tebu digiling meningkat 12,67 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya peningkatan luas areal dan produktivitas tebu. Namun, untuk rendemen, tahun 2022 lebih rendah dibandingkan tahun 2021.
Pada tahun 2023 ini jumlah pabrik gula yang aktif adalah sebanyak 59 pabrik gula dari 24 perusahaan gula yang ada di indonesia. Musim giling tahun 2023 rata-rata secara umum akan mulai dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2023.