'Anak Saya Tadinya di Urutan Terakhir, Tapi Tiba-Tiba Terlempar dari SMAN 1 Bogor'

Kecewa dengan hasil PPDB, sejumlah orangtua calon siswa mendatangi SMAN 1 Bogor.

Shabrina Zakaria/Republika
Orangtua mendatangi SMAN 1 Bogor karena kecewa dengan hasil PPDB yang membuat anaknya gagal diterima.
Rep: Shabrina Zakaria Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pengumuman Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi tingkat SMA sudah diumumkan sejak kemarin, Senin (10/7/2023). Sejumlah orangtua yang kecewa dengan hasil pengumuman PPDB, mendatangi salah satu SMA negeri favorit di Kota Bogor, yakni SMAN 1 Bogor di Jalan Ir. H. Juanda, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Baca Juga


Salah seorang orangtua murid bernama Nuriani, merasa kecewa dengan hasil pengumuman PPDB tahun ini. Sebab, anaknya tidak diterima menjadi peserta didik SMAN 1 Bogor, padahal jarak rumahnya hanya 219 meter dari sekolah.

“Saya ngadu. Saya kalah sama (siswa) yang jarak (rumah ke sekolah) 218 meter. Jaraknya cuma 1 meter,” kata Nuriani ketika ditemui Republika di SMAN 1 Bogor, Selasa (11/7/2023).

Saat mendatangi sekolah, Nuriani bertemu langsung dengan Kepala SMAN 1 Bogor. Ia pun menyampaikan bahwa ia ingin bertahan agar anaknya mendapat kesempatan untuk bersekolah di SMAN 1 Bogor.

Ia menjelaskan, sebelumnya anaknya berada di urutan 161 dan berpotensi diterima sebagai peserta didik SMAN 1 Bogor. Di mana SMAN 1 Bogor menerima kuota 161 peserta didik dari 373 orang pendaftar. Namun, posisi anak Nuriani tiba-tiba digantikan oleh pendaftar lain yang diduga menggunakan oknum untuk memalsukan alamat.

“Anak saya belum daftar ke sekolah lain, masih bertahan di sini. Karena kan takutnya ada oknum pemalsuan (alamat), siapa tahu anak saya (urutannya) bisa naik lagi,” ucapnya.

Keluhan warga lainnya di halaman selanjutnya...

Masih Menunggu

Orangtua lain, Jajat, merasakan hal yang sama. Jajat tinggal sekitar 300 meter dari SMAN 1 Bogor sejak puluhan tahun lalu. Dari hasil pengamatannya, di sekitar rumah Jajat hanya ada sekitar 10 anak usia sekolah yang akan masuk SMA. Jika merujuk pada sistem zonasi, menurut dia seharusnya seluruh anak tersebut diterima. Namun yang diterima hanya enam orang di antaranya.

“Kita adukan sesuai data yang ada pada saya. Terus kemudian hasilnya begitu, pihak sekolah itu tidak bisa apa apa. Hanya bisa, ‘silahkan saja ke Provinsi Jawa Barat’,” kata Jajat usai berusaha menemui Panitia PPDB SMAN 1 Bogor.

Hingga saat ini, Jajat berharap anaknya masih bisa diterima di SMAN 1 Bogor. Sebab dari informasi yang diterimanya, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, akan menyampaikan hasil investigasi PPDB sebagai rekomendasi ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah II Jawa Barat.

“Saya sih selaku masyarakat kecil, kalau misalkan tidak diterima, (akan mendaftar ke sekolah) swasta. Apalagi? Kalau pakai jalur-jalur lain kasihan anak saya. Orang lain sudah sekolah, sedangkan proses berjalan terus yang nggak tahu kapan berakhirnya,” kata Jajat.

Pasrah

Sama halnya dengan Lumintu, ia juga mempertanyakan mengapa putranya tidak diterima di SMAN 1 Bogor. Padahal, putranya dulu bersekolah di SMPN 1 Bogor yang diterima dari sistem zonasi, di mana SMPN 1 Bogor berada satu halaman dengan SMAN 1 Bogor.

Pemilik warung makan ini tinggal sekitar 400 meter dari sekolah. Ia mendaftarkan putranya menggunakan data sesuai dengan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang sama, sehingga ia optimistis anaknya akan diterima di SMAN 1 Bogor.

Lumintu heran lantaran di sekitar tempat tinggalnya, jumlah anak seusia putranya dapat dihitung jari. Namun, putranya tidak lolos PPDB SMAN 1 Bogor karena diduga posisinya tergeser pendaftar lain.

“Hasilnya urutannya terbenam sama mereka mereka yang alamatnya dekat. Tapi yah nggak tahu orang mana itu. Mereka yang titiknya dekat itu pada kesaring semua di SMAN 1,” kata Lumintu.

Saat ini, Lumintu kebingungan akan menyekolahkan putranya di mana. Bahkan ia sempat bertemu dan meminta tolong kepada Wali Kota Bogor sebelum pengumuman PPDB, ketika Wali Kota tengah melakukan sidak alamat palsu di kawasan tersebut.

“Ya belum tahu, karena mau sekolah kemana lagi? Tutup. Kemarin ke Regina Pacis tutup, ke situ tutup, ke sini tutup,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler