Muncul Project S TikTok, Jokowi Tugaskan Menkominfo Tangani Medsos E-commerce

Mayoritas produk yang dijual di e-commerce adalah produk China.

Rusman/Biro Pers Sekretariat Pre
Presiden Jokowi saat melantik menkominfo dan lima wakil menteri lainnya di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/7/2023).
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan tanggapannya soal munculnya medsos yang sekaligus menjadi e-commerce dan dikhawatirkan mematikan UMKM, seperti project S TikTok Shop. Jokowi mengatakan akan menginstruksikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) yang baru dilantik, Budi Arie, untuk menangani hal ini.

"Iya nanti itu tugasnya menteri yang baru. Nanti akan saya perintahkan apa-apa akan lebih detil. Nanti kalau sudah," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/7/2023).

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki geram dengan model penjualan langsung produk Cina oleh TikTok. Teten mengatakan fenomena serupa sudah lebih dahulu terjadi di Inggris yang mana 67 persen algoritma TikTok mengubah dan memengaruhi pengguna untuk membeli produk Cina.  

"Konsumen yang tadinya tidak mau belanja jadi belanja. Diarahkan ke produk yang mereka bawa dari Cina dan sangat murah sekali. Ini yang harus kita antisipasi," ujar Teten di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Rabu (11/7/2023).

Teten menyebut TikTok tak sekadar media sosial, namun juga menjadi e-commerce dan retail online. Hal ini akan memukul sektor UMKM dalam negeri yang kian tergerus dengan serbuan produk Cina. 

"Meski UMKM kita sudah 21 juta yang terhubung ke ekosistem digital, tapi yang dijual di online mayoritas produk dari Cina," ucap Teten. 

Teten meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) segera bertindak cepat demi melindungi UMKM. Teten mengatakan Kemendag harus melakukan antisipasi dengan kebijakan yang berpihak pada UMKM. 

"Kalau ini tidak segera diantisipasi lewat kebijakan yang tepat di Kemendag, menurut saya nanti market digital kita akan didominasi produk-produk Cina. Kita bukan anti produk Cina dan luar negeri, kita pasar terbuka tapi kita juga perlu lindungi UMKM kita supaya tidak kalah saing," kata Teten.

Sementara itu, aplikasi video pendek TikTok yang dimiliki oleh ByteDance China, mengumumkan investasi miliaran dolar di Asia Tenggara selama beberapa tahun ke depan, sebagai komitmen pada kawasan tersebut di tengah masalah keamanan datanya yang menjadi perhatian global.

Asia Tenggara, wilayah dengan populasi kolektif 630 juta, yang setengahnya berusia di bawah 30 tahun, adalah salah satu pasar terbesar TikTok dalam hal jumlah pengguna. Setiap bulannya, lebih dari 325 juta pengunjung menggunakan aplikasi tersebut.

Tetapi platform tersebut belum memanfaatkan besarnya jumlah pengguna yang menjadi sumber pendapatan e-commerce utama di wilayah ini karena harus bersaing ketat dengan Shopee, Lazada, Alibaba, dan GoTo milik Tokopedia.

"Kami akan menginvestasikan miliaran dolar di Indonesia dan Asia Tenggara selama beberapa tahun ke depan," kata CEO TikTok, Shou Zi Chew, dalam sebuah forum yang diselenggarakannya di Jakarta untuk menyoroti dampak sosial dan ekonomi dari aplikasi itu di wilayah tersebut.

TikTok tidak merinci rencana alokasi investasi mereka, tetapi mengatakan akan berinvestasi dalam pelatihan dan iklan, serta mendukung vendor kecil yang ingin bergabung dengan platform e-commerce TikTok Shop.

Chew mengatakan konten di platformnya menjadi lebih beragam karena menambahkan lebih banyak pengguna dan memperluas iklan ke e-commerce, serta memungkinkan konsumen untuk membeli barang melalui tautan di TikTok selama live streaming.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler