Jepang Catat Rekor Pekerja Wanita Capai 30,4 Juta Orang
Pemerintah Jepang mendorong wanita bekerja sambil tetap membesarkan anak.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO --- Sebuah survei Pemerintah Jepang menunjukkan, jmlah pekerja perempuan di Jepang mencapai rekor 30,35 juta orang pada 2022, meningkat 1,22 juta orang dari lima tahun sebelumnya.
Dikutip Japan Today pada Ahad (23/7/2023) dari Kyodo, survei Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang itu juga menunjukkan tingkat pekerjaan di kalangan perempuan mencapai rekor tertinggi 53,2 persen. Salah satu sebabnya adalah karena upaya pemerintah untuk membantu para ibu bekerja sambil membesarkan anak.
Sementara jumlah pekerja laki-laki sedikit menurun dari survei sebelumnya pada 2017 menjadi 36,71 juta orang.
Peningkatan pekerja perempuan mendorong populasi pekerja gabungan mencapai rekor 67,06 juta orang, menurut survei tersebut. Jumlah karyawan tidak tetap, seperti pekerja paruh waktu, mencapai 21,11 juta orang, terhitung 36,9 persen dari individu yang dipekerjakan, tidak termasuk eksekutif. Angka itu menandai penurunan sebesar 1,3 poin persentase dari survei sebelumnya.
Perdana Menteri Fumio Kishida telah berjanji untuk mempromosikan kemandirian ekonomi perempuan sebagai pilar inti dari kebijakan "bentuk baru kapitalisme" dengan meningkatkan upaya untuk memajukan kesetaraan gender. Bulan lalu, Pemerintah Jepang menyetujui kebijakan pemberdayaan perempuan yang mencakup upaya meningkatkan rasio anggota perempuan di jajaran pemimpin perusahaan menjadi lebih dari 30 persen pada 2030. Terutama di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Tokyo.
Survei terbaru menanyakan responden untuk pertama kalinya tentang teleworking, mencerminkan perubahan gaya kerja setelah pandemi Covid-19, dengan 19,1 persen atau 12,65 juta pekerja menjawab bahwa mereka telah bekerja dari jarak jauh dalam setahun terakhir. Di antara orang tua dari anak-anak prasekolah, orang tua yang bekerja menyumbang 85,2 persen, naik 5,9 poin persen dan tertinggi sejak data pembanding tersedia pada 2012.
Langkah-langkah pendukung, seperti cuti melahirkan dan pengurangan jam kerja, telah membantu pekerja menyeimbangkan pekerjaan dan mengasuh anak, kata Pemerintah Jepang. Survei yang dilakukan setiap lima tahun ini dilakukan Oktober lalu dan mencakup sekitar 1,08 juta orang berusia 15 tahun ke atas pada 540 ribu rumah tangga di seluruh Jepang.