Babak Belur, Benarkah Yamaha dan Honda Korban Regulasi Baru MotoGP?

Yamah dan Honda masing-masing baru sekali naik podium musim ini.

REUTERS/Marcelo Del Pozo
Marc Marquez dari Repsol Honda Team dan CryptoDATA RNF MotoGP Team Miguel Oliveira saat mengalami kecelakaan dalam balapan MotoGP di Grand Prix Sepeda Motor Portugal di trek balap Algarve International, Portimao, Portugal, Ahad, (26/3/2023).
Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari satu dekade setelah mengakhiri karirnya, Casey Stoner terus mengikuti MotoGP dengan cermat. Ia memiliki pendapat tentang lanskap kejuaraan saat ini. Baginya, regulasi tersebut perlu mengalami perubahan teknis yang signifikan. Sosok asal Australia itu melihat Honda dan Yamaha korban utama dari perkembangan teknis kejuaraan.

Baca Juga


Hal itu dikatakan dalam acara Goodwood Festival of Speed 2023 di Inggris beberapa waktu lalu. Menurutnya regulasi Kejuaraan Dunia Balap Motor Grand Prix telah diganti demi menguntungkan pabrikan dari Eropa dalam pengembangan teknis, terutama sisi aerodinamika. Dia pun mengecam aturan teknis tersebut. 

Jika ditarik ke belakang, Stoner mengingat beberapa tahun yang lalu sebenarnya telah diputuskan untuk melarang semua alat bantu aerodinamika. Tetapi kemudian rencana ini tiba-tiba dibatalkan lagi. Dia mengklaim itulah alasan mengapa Suzuki kemudian memutuskan untuk meninggalkan MotoGP.

"Saya tidak berpikir Honda dan Yamaha harus disalahkan atas situasi saat ini. Sebaliknya, menurut saya peraturan sudah diubah untuk membantu pabrikan Eropa dengan aerodinamika mereka," kata Stoner dilansir Speedweek yang mengaku khawatir Honda atau Yamaha juga akan pergi dengan alasan yang sama.

Juara MotoGP dua kali itu mengatakan, aturan MotoGP yang dimiliki sekarang bukanlah apa yang mereka janjikan diawal. Jika menjadi pemegang kebijakan, Stoner mengaku akan menghapus beberapa aturan seperti menghilangkan Winglet, perangkat ketinggian berkendara, Anti-wheelie, dan kontrol traksi dipotong ke tingkat keamanan dan tidak lebih. 

"Motor sekarang menjadi seperti mobil Formula 1 dengan dua roda," kata dia.

Sementara itu promotor MotoGP Dorna mengaku pihaknya sedang menjajaki mekanisme regulasi, khususnya melalui pembaruan kerangka konsesi, untuk membantu Honda dan Yamaha yang tertinggal di tahun 2023. Hal ini kemudian menimbulkan pro dan kontra, dengan banyak penggemar tidak mendukung perubahan aturan kejuaraan untuk menguntungkan pabrikan.

Sejumlah pihak berargumen bahwa Honda dan Yamaha harus memiliki pengetahuan dan sumber daya untuk menyelesaikan situasi saat ini dengan menyempurnakan proses kerja mereka sendiri. Tetapi manajer pebalap MotoGP yang sudah lama mengabdi, Simone Battistella menilai ini adalah sesuatu yang harus diberlakukan oleh federasi (FIM) untuk alasan keamanan.

Ia mengerti Dorna bekerja untuk mengizinkan konsesi khususnya Yamaha dan Honda, agar mereka mengembangkan motornya. Dan dari sudut pandangnya, ini oke sebagai sebuah ide, untuk memastikan bahwa levelnya setara. "Poin saya bukan tentang adil atau tidak adil. Ini bukan tentang sisi komersial, untuk memiliki balapan yang lebih setara, sehingga pertunjukannya lebih baik ini hanya tentang keselamatan," kata Battistella. 

"Kami tidak bisa menunggu lebih banyak kerusakan terjadi. Kami belum pernah menjalani satu balapan pun musim ini dengan pembalap (fit) yang lengkap. Sekalipun tidak pernah," ujarnya menambahkan. 

Musim ini, Ducati, KTM, dan Aprilia sedang berdiri di atas Yamaha dan Honda. Sebuah pemandangan yang tak lazim. Ducati sudah 18 kali naik podium, KTM dua dan Aprilia dua. Adapun Yamaha dan Honda sama-sama baru sekali naik podium. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler