Fokus Keselamatan Penumpang LRT, Erick: Ini Pembelajaran Kita Semua
Pembangunan LRT Jabodebek dan KCJB menjadi pembelajaran bagi Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pembangunan LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) merupakan sebuah proses pembelajaran bagi Indonesia. Hal ini pun ditekankan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau LRT Jabodebek.
"Presiden (Joko Widodo) menekankan yang namanya pembangunan MRT, LRT, kereta cepat itu kan pertama, jadi kalau yang pertama itu ada proses pembelajaran, tanpa yang Presiden bilang saling menyalahkan," ujar Erick usai shalat Jumat di Masjid Ar-Rayyan, Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (4/7/2023).
Erick menyampaikan, LRT Jabodebek secara keseluruhan sangat baik. Hal ini terasa dari getaran perjalanannya yang lembut dan tidak menimbulkan kebisingan. Meski begitu, Erick menyebut memang tetap perlu perbaikan seperti antara pintu kereta dengan pintu akses yang belum tersambung sepenuhnya.
"Karena ini perlu sinkronisasi sistem, sementara ini Siemens yang membangun. Itu pun masih Pak Menhub (Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi) mengevaluasi memakai konsultan Inggris, ya ini proses. Isu-isu yang ada saya rasa itu isu pembelajaran yang harus disampaikan ketika kita rapat internal, di mana pembelajarannya itu bukan berarti melempar hal ini ke sebelumnya," ucap Erick.
Erick menyampaikan pembangunan infrastruktur, baik itu LRT, bandara, hingga jalan tol, harus dilihat secara menyeluruh dari akses, operasional, hingga layanan. Hal ini bertujuan demi memastikan keamanan dan kenyamanan bagi para penumpang.
"Jangan sampai, saya sudah berulang ngomongnya, jangan sampai kita bicara kereta cepat, tapi keluar dari stasiunnya memakan waktu sejam, belum lagi tolnya. Itu makanya ada kesepakatan dengan Pak Menhub, saya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, aksesnya ada dua yaitu di Stasiun Tegalluar dan tentu di Stasiun Padalarang," ucap Erick.
Pemerintah juga mendorong akses masyarakat ke stasiun. Hal ini akan memberikan kenyamanan bagi masyarakat untuk menggunakan kereta cepat. Erick menyampaikan, hal-hal ini yang menjadi poin utama dari yang disampaikan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko.
Menurut Erick, pernyataan Tiko bukan berarti menyalahkan kebijakan di era sebelumnya. Dia menekankan, hal itu bentuk evaluasi internal yang kerap dilakukan di dalam BUMN. Bahkan, Erick mengaku terkadang cukup keras saat rapat evaluasi bersama tim dan juga para direksi BUMN.
"Jadi saya rasa ini hal yang lumrah, cuma saya pikir karena ini pakai Youtube, jadi seakan-akan statement publik. Padahal, sama seperti saya ketika kumpulkan direksi, saya kadang-kadang bicara keras, tetapi konteksnya tidak ada maksud mendiskreditkan siapa pun. Ini pembelajaran kita semua, terutama kami-kami yang baru menjabat tiga tahun ini," ucap Erick.
Erick menyampaikan, perbaikan LRT Jabodebek bukan menyasar pada keseluruhan, melainkan hanya pada sejumlah aspek. Jokowi, ucap Erick, pun menyampaikan untuk bersama-sama memperbaiki dan menyiapkan LRT Jabodebek agar benar-benar siap secara menyeluruh sebelum dioperasikan.
"Presiden (Joko Widodo) sudah bikin statement juga bahwa ayo sama-sama kita perbaiki dan intinya biasa kalau yang pertama begitu, dan ini bukan sesuatu yang signifikan, ketika kita naik 80 km per jam ada belokan turun jadi 30 km, ya saya rasa pas juga lah, kalau belok tetap 80 km, serem juga. Nah, hal-hal ini transisi, tapi saya yakini pembangunan infrastruktur yang kita bangun hari ini, 20 tahun lagi akan sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia," kata Erick.