Ekonom: Perekonomian Domestik akan Terus Menguat pada Paruh Kedua 2023

Kinerja ekspor terkontraksi sebesar 2,75 persen (yoy).

Bea Cukai
Bea Cukai Jogja layani ekspor 19 kontainer dari PT Komitrando Emporio.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Emil Muhamad memprediksi perekonomian domestik akan terus menguat pada sisa paruh kedua 2023. Potensi tersebut tercermin pada kinerja konsumsi domestik pada kuartal II-2023 yang mencatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 5,23 persen (year-on-year/yoy) dan belanja pemerintah sebesar 10,62 persen yoy.

“Di tengah perlambatan ekonomi dunia, aktivitas perekonomian domestik Indonesia berjalan dengan cukup kuat, terutama ditopang oleh belanja pemerintah,” kata ekonom PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) itu dalam keterangan di Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Meski terjadi perlambatan ekspor akibat harga komoditas utama batu bara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), namun Emil berpendapat penurunan tersebut mampu ditutupi oleh kontribusi sektor manufaktur.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor terkontraksi sebesar 2,75 persen yoy pada kuartal II. Sementara sektor manufaktur atau industri pengolahan tumbuh 4,88 persen yoy. Sektor itu berkontribusi 0,98 persen dari total pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 yang mencapai 5,17 persen dan merupakan kontributor terbesar.

“Kontribusi sektor manufaktur memiliki arti penting dalam peningkatan produktivitas perekonomian domestik,” ujar Emil.

Sementara itu, bila dilihat dari lapangan usaha, sumber pertumbuhan yang terbesar berasal dari transportasi dan pergudangan yang tumbuh sebesar 15,28 persen. Penyediaan akomodasi dan makan minum juga tumbuh 9,89 persen seiring dengan pulihnya sektor pariwisata domestik.

Emil memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan terjaga dengan baik ke depan. Hal itu tercermin dari beberapa indikator, seperti Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan kredit perbankan yang masih tumbuh positif.

Namun, Emil juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah dalam pergerakan ekonomi. Hal itu menimbang kondisi perlambatan ekonomi dunia yang diperkirakan masih akan berlangsung.

“Belanja APBN yang lebih cepat akan memberi multiplier effect yang optimal bagi aktivitas perekonomian, apalagi anggaran kita mengalami surplus hingga paruh pertama tahun ini,” jelas Emil.

Dengan mempertimbangkan ruang fiskal yang memungkinkan pemerintah untuk belanja lebih ekspansif, Emil memperkirakan target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen sepanjang tahun ini memiliki kesempatan untuk tercapai.


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler