Dokter Paru Nilai Sumber Polusi Udara Jakarta Mayoritas dari Sektor Transportasi
Sumber polusi lainnya dari industri, pembakaran hutan, dan aktivitas domestik.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir-akhir ini berita terkait polusi udara di kota Jakarta begitu ramai di masyarakat. Berdasarkan Air Quality Index (AQI) beberapa tahun terakhir dilaporkan kondisi kualitas udara di kota Jakarta dikategorikan tidak sehat atau unhealthy (AQI >150). Demikian juga terjadi di kota-kota lainnya di Indonesia seperti Tangerang Selatan, Terentang dan Mempawah di Kalimantan Barat, Serang Banten, Bandjarbaru Kalimantan Selatan, Palembang dan lain lain.
Dokter spesialis paru, Feni Fitriani Taufik mengungkapkan pada beberapa hari terakhir dilaporkan Jakarta merupakan kota nomor 1 terpolusi di dunia (Versi IQAir). "Tentunya kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan dapat menimbulkan dampak pada kesehatan pada masyarakat," ujarnya dalam konferensi pers Polusi Udara dan Kesehatan Paru, Jumat (18/8/2023).
Sumber polusi udara
Ia menjelaskan, polusi udara adalah campuran partikel kompleks dan gas yang berasal dari antropogenik dan alam yang mengalami modifikasi secara kimia di atmosfer. Polusi udara terbagi atas polusi udara luar ruangan (outdoor air pollution) dan polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution). Polutan udara luar ruangan yang paling banyak ditemukan di daerah perkotaan yaitu particullate matter (PM), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3) dan sulfur dioksida (SO2).
Menurutnya sumber polusi udara dapat berasal dari proses alam (kebakaran hutan, erupsi gunung berapi, badai dan lainnya), sektor transportasi (gas buang kendaraan, debu di jalan raya), sektor industri (pembakaran bahan bakar, proses industri dan lainnya) dan sektor rumah tangga (pembakaran biomas, asap rokok dan lainnya).
"Berdasarkan data yang ada, sebagian besar sumber polusi udara di Indonesia berasal dari sektor transportasi (80 persen) diikuti dengan dari industri, pembakaran hutan dan aktivitas domestik," paparnya.
Selain kontribusi kendaraan bermotor, industri, konstruksi dan kondisi musim kemarau juga ditengarai memperburuk kualitas udara. World Health Organization (WHO) mencatat saat ini 92 persen penduduk dunia menghirup udara dengan kualitas udara yang buruk. WHO mencatat setiap tahun ada 7 juta kematian (2 juta di asia tenggara) berhubungan dengan polusi udara luar ruangan dan dalam ruangan.