Mengkhawatirkan, Pengidap HIV/AIDS Merebak di Aceh

Semua pihak harus kampanye aktif terkait bahaya HIV/ Aids

ANTARA
Kampanye pencegahan HIV /Aids.
Rep: Fuji Eka Permana Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (Aids) di Aceh mencapai 2.021 kasus di antaranya penderita HIV sebanyak 1.270 kasus dan Aids sebanyak 751 kasus.

Baca Juga


Menurut Dinkes Aceh, faktor utama penularan penyakit HIV/ Aids di Aceh adalah seks bebas, penularan dari ibu hamil ke bayi, pengguna narkoba, penggunaan jarum suntik yang sama dan berulang. Selain itu, dalam dua sampai tiga tahun terakhir ini kasus HIV/ Aids di Aceh terbanyak didominasi oleh lelaki suka laki-laki (LSL) bagian dari LGBT.

"Tentu dalam kapasitas selaku ketua IDI, saya hanya akan berbicara dalam tataran keprihatinan pada peningkatan kasus HIV/ Aids," kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, Dokter Safrizal Rahman saat dihubungi Republika, Selasa (5/9/2023)

Dokter Safrizal mengatakan, semua pihak harus kampanye aktif terkait bahaya HIV/ Aids. Bahkan pengenalan HIV/ Aids dan bahayanya harus sudah dimulai dari pendidikan dasar agar timbul kewaspadaan dan mengerti pada upaya pribadi dalam menghindari tertularnya virus ini. 

Selanjutnya, menurut Dokter Safrizal, kelompok-kelompok masyarakat juga harus bersama-sama melakukan kampanye melawan dan menghindari berkembangnya HIV/ Aids. Bagi Dinkes dan pemerintah Aceh, IDI juga mengharapkan agar memperluas upaya skrining HIV pada pasien-pasien yang masuk ke rumah sakit atau yang akan melakukan berbagai tindakan medis. 

"Karena tindakan medis juga memiliki resiko besar penularan HIV/ Aids ini," ujar Dokter Safrizal.

Mengenai data dalam dua sampai tiga tahun terakhir ini kasus HIV/ Aids di Aceh terbanyak didominasi oleh lelaki suka laki-laki, Dokter Safrizal mengatakan, pada prinsipnya penularan HIV/ Aids adalah melalui cairan tubuh seperti darah, mani, ludah dan lain sebagainya.

"Nah, apapun aktivitas yang bisa menyebabkan berpindahnya cairan tubuh ini tentu akan bisa menularkan virus HIV ke orang lain," jelas Dokter Safrizal.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh, Iman Murahman mengatakan, Banda Aceh memiliki pasien HIV/ Aids terbanyak di Aceh. Hal itu disebabkan karena di pusat ibukota Provinsi Aceh ini terdapat tempat pengobatan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA), RSUD Meuraxa, dan lainnya.

"Faktor utama penularan penyakit HIV dan Aids di Aceh adalah seks bebas. Kemudian dari ibu hamil ke bayi, pengguna narkoba, suntik dengan memakai jarum yang sama dan berulang," kata Iman dilansir dari laman resmi Dinkes Provinsi Aceh.

Iman juga mengungkapkan jika dalam dua sampai tiga tahun terakhir ini kasus terbanyak HIV/ Aids didominasi oleh LSL.

"Untuk di Provinsi Aceh sementara ini kasus terbanyak dalam dua sampai tiga tahun terakhir didominasi oleh lelaki seks lelaki atau LSL," ujar Iman.

Selama ini Dinkes Aceh telah berupaya untuk pencegahan HIV/Aids yang dilakukan dengan pendekatan  kepada populasi kunci. Mulai dari pekerja seks, LSL, waria, pengguna narkoba suntik dengan memberikan edukasi dan melakukan screening.

"Kemudian pencegahan dari ibu ke anak agar tidak ada lagi yang tertular HIV dan bisa hidup normal," ujar Iman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler