Percepatan Transisi Energi Hijau di Indonesia Dinilai Butuh Kolaborasi

Untuk melakukannya diperlukan kolaborasi dari banyak pihak.

Independent
Energi hijau
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Percepatan transisi energi hijau di Indonesia menjadi hal yang harus segera dilakukan. Untuk melakukannya diperlukan kolaborasi dari banyak pihak, termasuk di dalamnya peran investor asing untuk mengoptimalisasi potensi energi hijau seperti salah satunya panas bumi.

Baca Juga


"Indonesia mendorong upaya berkelanjutan dan kolaboratif untuk mempercepat transisi energi hijau dan terdapat tiga prioritas utama, yakni berinvestasi dan mengembangkan ekonomi hijau, memanfaatkan potensi ekonomi biru yang sangat besar, serta mempercepat transformasi digital," kata Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala Nugraha, saat berbicara pada ASEAN Indo-Pacific Forum di Jakarta, Rabu (06/09/2023)

Pahala mengatakan Indonesia memiliki kekayaan berlimpah dengan peluang investasi yang menjanjikan. Salah satunya adalah energi terbaharukan (EBT), seperti infrastruktur panas bumi, tenaga surya dan angin, dan tenaga ramah lingkungan. 

"Indonesia mempunyai potensi membangun 22 gigawatt tenaga panas bumi, 75 gigawatt tenaga tinggi, 6,6 gigawatt tenaga surya dan angin, serta 60,16 gigawatt tenaga ramah lingkungan," katanya.

CEO PLN Darmawan Prasodjo dalam Diskusi Panel 1-AIPF 2023 mengungkapkan bahwa kolaborasi dalam transisi energi merupakan kunci penting menyeimbangkan trilema energi, yaitu keamanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan. 

"Sebagai contoh, saat saya melelang tenaga surya pada tahun 2015, harganya 26 sen per kilowatt jam. Saat saya melelang angin pada tahun 2018, harganya 12 sen per jam per kilowatt jam. Saat ini, harga tenaga surya lima sen, angin hanya 5,5 sen. Jadi, apabila kita berbicara tentang energi bersih maka kita akan mendapatkan biaya yang murah, aman, dan bisa berkelanjutan," kata Darmawan 

Terkait dengan komitmen PLN dalam percepatan transisi energi bersih, PLN menujukkan komitmennya dalam upaya pengurangan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU).

Tak hanya itu, Darmawan menambahkan bahwa PLN akan mengembangkan energi gas, hydro, dan panas bumi untuk listrik di Indonesia.

"Saat ini, kami sedang mengurangi pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) dan sedang mengembangkan pembangkit listrik yang berasal dari gas, air, maupun panas bumi," tambahnya

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler