Prancis Siap Membantu Pascagempa, Maroko Masih Belum Membutuhkan 

Saat ini, Maroko hanya menerima tawaran bantuan Spanyol, Inggris, Qatar, dan UEA.

EPA-EFE/YOAN VALAT
Petugas penyelamat melakukan operasi penyelamatan menyusul gempa bumi di Ouirgane, selatan Marrakech, Maroko, (10/9/2023).
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Gempa bumi berkekuatan 6,8 magnitude melanda Maroko menyisakan kerusakan dan korban dalam jumlah besar. Baik korban meninggal maupun terluka. Selain itu, masih ada korban yang terjebak di reruntuhan bangunan. 

Baca Juga


Banyak tawaran bantuan yang sudah disampaikan banyak negara tetapi soal bantuan ini, tampaknya Maroko bersikap selektif. 

Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, seperti diberitakan Aljazirah, menyatakan terserah Maroko untuk menentukan apakah mencari bantuan dari Prancis atau tidak dalam membantu menangani gempa mematikan dalam 60 tahun terakhir ini. 

Saat ditanya mengapa Maroko belum menyampaikan permintaan resmi ke Paris untuk memberikan bantuan Colonna menegaskan,’’Kami siap membantu Maroko. Ini kedaulatan Maroko untuk memutuskan dan ini terserah mereka untuk memutuskan.’’

Ia menegaskan sikap Prancis mengenai bantuan gempa untuk Maroko kepada televisi BFM, Senin (11/9/2023). Pada hari yang sama, Colonna mengumumkan Paris menyediakan 5 juta euro atau 5,4 juta dolar AS untuk orgnanisasi nonpemerintah yang beroperasi di Maroko. 

Meski demikian, Rabat bersikap selektif dengan tawaran bantuan asing. Hingga saat ini, Maroko hanya menerima tawaran bantuan dari Spanyol, Inggris, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA). Ini diumumkan Pemerintah Maroko di Rabat, Ahad (10/9/2023).  

‘’Pemerintah telah merespons, dalam tahap ini, menerima tawaran dari Spanyol, Inggris, Qatar, dan UEA untuk mengirimkan tim pencari dan penyelamat,’’ kata Kementerian Dalam Negeri Maroko. Tim asing akan berkoordinasi dengan pemerintah dalam menjalankan misinya. 

Kementerian menegaskan, hanya empat negara yang diterima dengan pertimbangan koordinasi yang kurang baik dengan banyaknya tawaran yang diterima justru akan kontraproduktif dalam upaya penyelamatan korban gempa. 

‘’Tawaran bantuan lainnya, kemungkinan akan kami terima di waktu selanjutnya jika kebutuhannya memang berkembang,’’ demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Maroko. 

Terdapat setidaknya empat warga Prancis di antara ribuan korban gempa Maroko. Pada Ahad (10/9/2023), kepala sebuah lembaga amal menyatakan, otoritas Maroko mencegah masuk tim mereka untuk memberikan bantuan darurat kepada para korban gempa. 

Arnaud Fraisse, kepala Secouristes Sans Frontieres (Rescuers Without Borders) mengungkapkan kepada France Inter para pekerja kemanusiaan mereka berharap bisa terbang ke Maroko untuk misi penyelamatan pada Ahad. 

‘’Sayangnya, kami masih tidak memiliki izin untuk melakukan perjalanan itu dari Pemerintah Maroko,’’ kata Fraisse. Sejumlah petinggi Prancis telah mencoba meredam sengketa antara kedua negara. 

Salah satu isu yang mengganjal adalah mengenai status Sahara Barat, Prancis diharapkan agar mengakui wilayah itu milik Maroko. Hubungan juga di tengah cobaan saat Presiden Prancis Emmanuel Macron berupaya menjalin kedekatan dengan Aljazair. 

Saat gempa terjadi pada Jumat (8/9/2023) malam, Raja Maroko Mohammed VI dilaporkan berada di Prancis. Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin kepada France 2 TV menyatakan, Maroko negeri bersahabat, dapat mengatasi sendiri upaya penyelamatan. 

Menurut Kementerian untuk Eropa dan Luar Negeri, lebih dari 51 ribu warga Prancis tinggal di Maroko. Merujuk data The Observatory for Immigration and Demographics, terdapat 1,5 juta diaspora Maroko di Prancis termasuk 670 yang berkewarganegaraan ganda, Prancis dan Maroko. 

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler