Islam Juga Kaya Ilmuwan Pakar Huruf-Huruf Mesir Kuno, Mengapa Sampai Tertarik?
Para cendekiawan Muslim banyak pelajari huruf-huruf Mesir kuno
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penelitian terhadap peradaban Mesir kuno juga dilakukan para sarjana Muslim Abad Pertengahan.
Banyak cendekiawan Muslim yang paham benar mengenai Mesir kuno ataupun huruf-huruf hieroglif yang digunakan pada masa tersebut.
Salah satu nama yang masyhur dalam kajian ini adalah Ibn Wahishiya yang bernama lengkap Ahmad ibn Abubekr ibn Wahishih.
Salah satu karyanya tercetak dalam sebuah manuskrip Arab yang dalam bahasa Inggris berjudul Ancient Alphabets and Hieroglyphic Characters Explained with an Account of the Egyptian Priests, Their Classes, Initiation, and Sacrifices.
Buah karya Wahishiya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris itu diterbitkan di London pada 1806 oleh seorang orientalis terkemuka, Joseph Hammer. Penerbitan ini dilakukan 16 tahun lebih dulu dibandingkan penerbitan karya ilmuwan Prancis, Jean-Francois Champollion.
Ini berisi surat Champollion yang mengumumkan keberhasilannya dalam memecahkan huruf-huruf hieroglif. Ia masih seorang remaja belia pada saat karya Ibn Wahishiya diterbitkan di London.
Okasha El Daly, seorang ilmuwan yang juga Honorary Reseach Fellow, Institute of Archeology, University College, London, mengungkapkan, paling tidak, saat Muslim menguasai Mesir pada abad ke-7, banyak Muslim tergerak untuk mempelajari apa yang ada di wilayah baru itu.
Mereka digerakkan ayat-ayat Alquran untuk mempelajari peradaban yang ada, termasuk peradaban Mesir masa lalu. Mereka bergegas mendatangi sejumlah monumen, makam, kuil, dan menggali serta mengumpulkan beragam ilmu pengetahuan.
Saat menemukan sejumlah bangunan kuno yang tak lagi terpakai, terkadang mereka membangun tempat ibadah.
Masjid Abu Al-Hajjaj di Luxor merupakan sebuah contoh nyata umat Islam yang menciptakan sebuah tempat ibadah suci di atas bekas bangunan kuno Mesir.
Baca juga: Saat Anda Terbangun Malam Hari dan Ingin Tidur Lagi, Baca Doa Ini
Mereka yang memasuki masjid tersebut, baik untuk sholat maupun sekadar berkunjung, pasti akan melihat pengaruh arsitektur Mesir kuno di dalamnya. Bahkan, sekeliling dinding masjid masih terdapat tulisan hieroglif yang mungkin tak banyak orang yang tahu.
Menurut El Daly, ada sebuah alasan mengapa cendekiawan Muslim dan Arab tertarik soal Mesir kuno, khususnya hieroglif. Sebab, Mesir telah lama dikenal sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan. Dengan menyingkap manuskrip Mesir kuno, itu berarti menyingkap pengetahuan.
Salah satu sosok paling penting dalam proses penguraian huruf hieroglif adalah sufi terkenal bernama Dhu Al-Nun Al-Misri. Ia tinggal di sebuah bangunan bekas kuil dan ia paham benar dengan bahasa yang tertulis di dinding bangunan tersebut, di antaranya hieroglif.
Banyaknya prasasti bertuliskan hieroglif ataupun situs-situs kuno yang ada di Mesir menjadi sebuah keuntungan bagi Muslim untuk melakukan kajian tentang tempat-tempat tersebut atau menuliskannya sebagai sebuah kajian ilmu pengetahuan.
El-Daly mengungkapkan, ada gambar-gambar awal atau bahkan paling awal mengenai sebuah situs arkeologi yang dibuat oleh cendekiawan Muslim. Gambar ini menunjukkan sebuah piramida Al-Lahoon yang ada di Mesir Tengah.
Ada pula gambar mercusuar kuno di Alexandria yang sangat terkenal dan dibuat oleh Abu Hamid Al-Gharnati.
Terkadang, seorang cendekiawan Muslim begitu terkesan dengan monumen Mesir kuno yang kemudian ia kaji seluruh aspeknya dalam sebuah karya tulis.
Sebut saja, karya besar yang dihasilkan oleh Abu Ja'far Al-Idrisi yang mengembuskan napas terakhir pada 1251 Masehi. Ia menulis buku dalam sejumlah volume mengenai piramida Giza dan beberapa buku yang menguraikan sejarah Mesir kuno.
Selain itu, ada pula Abu Al-Qaseem Al-'Iraqi. Cendekiawan ini hidup pada abad ke-14. Ia berasal dari Irak dan kemudian hidup di Mesir.
Hal terpenting dari buku-buku para cendekiawan tersebut adalah banyaknya simbol-simbol Mesir dan hieroglif di dalamnya.
Buku-buku mereka juga memuat simbol yang paling penting dari masa Mesir kuno yang disebut Oroboros atau ular yang memakan ekornya sendiri. Simbol itu memiliki makna tentang keabadian atau regenerasi. Simbol itu digunakan di bidang kimia, di dunia Islam, dan Latin.
Baca juga: 10 Fakta Adam dan Keluarganya Setelah Berada di Bumi yang Juga Disebutkan dalam Alquran
Ada pula yang menyebutkan bahwa cendekiawan paling awal yang diyakini menuliskan sebuah ensiklopedia tentang manuskrip-manuskrip kuno, termasuk dari Mesir kuno, adalah Jabir ibn Hayan yang hidup pada abad ke-8. Sayangnya, buku tersebut sudah tidak dapat dilacak lagi.
Menurut Al-Idrisi, buku lain yang ditulis seorang cendekiawan dari Mesir yang bernama Ayub Ibn Maslamah tentang manuskrip Mesir kuno juga tak ditemukan jejaknya. Namun, diyakini, cendekiawan-cendekiawan Muslim telah melahirkan karya yang bermanfaat.
El-Daly mengungkapkan, tak begitu banyak sumber yang menyebutkan kontribusi cendekiawan Muslim dalam mengurai rahasia hieroglif Mesir. Namun, harus diakui, langkah awal mereka merintis jalan dalam mengkaji hieroglif dan budaya Mesir kuno.