Perang Hamas-Israel Tingkatkan Perpindahan Aset ke Emas

Emas adalah aset yang sempurna terhadap gejolak internasional

AP
Pejuang Hamas melakukan serangan kejutan ke Israel
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Serangan antara Israel dan Hamas mendorong perpindahan ke aset-aset safe-haven, seperti emas. Investor mencermati peristiwa di Timur Tengah untuk mengukur risiko geopolitik terhadap pasar.

"Ini contoh bagus mengapa masyarakat membutuhkan emas dalam portofolio mereka. Ini lindung nilai yang sempurna terhadap gejolak internasional," kata kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities Peter Cardillo yang memperkirakan dolar juga akan mendapat keuntungan.

Pejuang Hamas menyerang Israel dan serangan balasan pun dilakukan menargetkan Gaza. Negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) mengecam serangan Hamas dan berjanji memberikan dukungan kepada Israel.

Peningkatan risiko geopolitik yang berlangsung sejak Sabtu (7/10/2023) ini akan mendorong pembelian aset-aset seperti emas dan dolar. Kondisi itu pun meningkatkan permintaan terhadap obligasi AS yang telah dijual secara agresif.

“Setiap kali terjadi gejolak internasional, dolar menguat,” kata Cardillo.

Pasar telah bereaksi dalam beberapa pekan terakhir terhadap ekspektasi bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Hasil obligasi melonjak sementara dolar AS terus menguat. Sementara itu, saham-saham mengalami penurunan tajam pada kuartal ketiga, tapi stabil pada minggu lalu.

“Tampaknya Wall Street mempunyai risiko geopolitik baru setelah Israel menyatakan perang dengan Hamas,” kata analis pasar senior di Oanda di New York Edward Moya.

Para analis fokus pada dampak terhadap harga energi ketika mencoba menilai dampak riaknya. Harga minyak melonjak lebih dari empat dolar AS per barel di awal perdagangan Asia pada Senin (9/10/2023).

“Apakah ini merupakan momen pasar yang besar atau tidak, tergantung pada berapa lama hal ini berlangsung dan apakah pihak lain ikut terseret ke dalam konflik tersebut,” kata kepala ekonom di Annex Wealth Management Brian Jacobsen mengenai situasi di Israel.

Serangan Hamas secara terbuka dipuji oleh Iran dan Hizbullah, sekutu Iran di Lebanon. “Produksi minyak Iran telah meningkat, tetapi kemajuan apa pun yang mereka capai di balik layar dengan AS akan sangat dirusak oleh Iran yang merayakan tindakan Hamas,” kata Jacobsen.

“Yang paling penting adalah melihat bagaimana reaksi Arab Saudi,” kata Jacobsen.

AS telah berusaha mencapai kesepakatan yang akan menormalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi. Ketua dan kepala investasi di Cumberland Advisors di Sarasota, Florida, David Kotok mengatakan, situasi ini memprihatinkan karena AS melemah karena disfungsi di Washington.

Partai Republik sedang mencari pengganti Ketua House of Representatives yang digulingkan Kevin McCarthy. Ditambah lagi, perselisihan anggaran akan segera terjadi di Kongres.

“Saya sangat khawatir dengan situasi yang lebih eksplosif yang memerlukan tekad dan kemampuan pertahanan AS yang sedang dirugikan oleh situasi di Washington," kata Kotok.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler