Waspadai Produk Pembersih, Bisa Bikin Kebal Antibiotik, Kok Bisa?

Residu dari disinfektan mungkin menyebabkan bakteri mematikan menjadi kebal.

Business Wire
Penggunaannya secara luas dapat memicu resistensi antibiotik dengan menekan bakteri untuk berevolusi sehingga membuat mereka kurang rentan terhadap obat-obatan tersebut. (ilustrasi)
Rep: Desy Susilawati Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar mikroba mati ketika terkena produk pembersih umum, tapi menurut penelitian, residu dari disinfektan tersebut mungkin menyebabkan bakteri mematikan menjadi kebal terhadap antibiotik. 

Baca Juga


Biosida, yang meliputi disinfektan dan antiseptik, merupakan bahan kimia yang banyak digunakan di rumah tangga, rumah sakit, dan manufaktur untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit seperti bakteri. Namun, terdapat kekhawatiran yang meningkat bahwa penggunaannya secara luas dapat memicu resistensi antibiotik dengan menekan bakteri untuk berevolusi sehingga membuat mereka kurang rentan terhadap obat-obatan tersebut. 

Dalam studi baru yang diterbitkan Senin (9/10) di jurnal Nature Microbiology, para ilmuwan berfokus pada satu spesies bakteri yang resistan terhadap berbagai obat yang disebut Acinetobacter baumannii, yang membuat ribuan pasien sakit di rumah sakit AS setiap tahunnya. Para peneliti mengungkapkan bahwa rendahnya tingkat beberapa biosida yang umum, misalnya, biosida yang tertinggal di permukaan dan sulit dihilangkan dari lingkungan.

Hal ini dapat mendorong kuman untuk mendapatkan toleransi terhadap antibiotik. Secara khusus, A. baumannii tumbuh kebal terhadap antibiotik yang menargetkan bagian dalam sel bakteri, mencegahnya membuat DNA atau protein baru.

"Temuan kami menunjukkan bahwa biosida pada konsentrasi rendah dapat membahayakan potensi antibiotik dan mengarah pada pengembangan resistensi antibiotik,” ujar Liping Li, penulis utama studi dan peneliti di Macquarie University di Sydney, seperti dilansir Live Science, Rabu (11/10/2023). 

Mereka mengusulkan agar penyelidikan dan survei lebih lanjut mengenai efek samping sisa biosida dalam skenario dunia nyata diperlukan untuk menjamin bahwa kita menggunakan bahan kimia berharga ini dengan bijak dan aman. 

A. baumannii biasanya hidup di tanah dan air. Penyakit ini merupakan patogen oportunistik, artinya penyakit ini biasanya tidak membahayakan orang sehat. Namun, dapat memanfaatkan kesempatan untuk menyerang orang yang sistem kekebalannya lemah atau memasuki tubuh pasien yang dirawat di rumah sakit melalui luka terbuka. A. baumannii dapat menyebabkan penyakit serius, termasuk pneumonia, infeksi aliran darah, dan meningitis infeksi sistem saraf dan berbagai strain telah mengembangkan resistensi terhadap berbagai antibiotik.

Penulis studi baru ini memperkenalkan mutasi ke dalam genom A. baumannii untuk menentukan gen mana yang akan membantu bakteri bertahan hidup ketika diobati dengan 10 biosida. Dengan memaparkan bakteri mutan pada pembersih yang berbeda, mereka mengidentifikasi beberapa gen yang dapat bertahan hidup; beberapa mengkode protein di dinding yang mengelilingi sel bakteri, dan lainnya mengkode protein di dalam sel, termasuk protein yang terlibat dalam metabolisme atau respirasi, proses dimana sel membuat bahan bakar.

Menurut percobaan tim, salah satu cara utama biosida ini membunuh bakteri adalah dengan mengganggu aktivitas listrik di membran sel mereka; ini menghambat kemampuan sel untuk membuat bahan bakar. Namun jika konsentrasi biosida tidak cukup tinggi, hal ini tidak akan membunuh bakteri, malah justru membuatnya lebih kuat, demikian temuan mereka.

Memang benar, pada tujuh dari 10 biosida yang diuji, tingkat produk yang rendah sudah cukup untuk mengganggu aktivitas membran, tapi tidak membunuh bakteri. Terlebih lagi, paparan tingkat rendah ini membuat antibiotik yang menargetkan bagian dalam sel tidak dapat menyusup ke dalam bakteri dengan mudah. Dua bahan yang paling berbahaya adalah biosida, klorheksidin dan benzalkonium. 

Antibiotik yang menargetkan selubung sel tidak terpengaruh dan masih dapat membunuh mikroba. Para penulis berhipotesis bahwa hal ini terjadi karena antibiotik yang ditujukan untuk orang dalam cenderung tidak diimpor, kemungkinan besar karena proses ini memerlukan energi dari sel, yang akan membuat antibiotik tersebut kurang ampuh melawan A. baumannii. 

Penelitian ini dilakukan hanya di laboratorium, bukan di dunia nyata seperti rumah sakit. Namun, penulis mencatat bahwa hal ini menunjukkan mungkin sudah waktunya untuk berbicara tentang pengelolaan biosida. Pengelolaan antibiotik adalah upaya penting untuk menghentikan penyalahgunaan antibiotik dan dengan demikian membatasi tekanan yang biasanya mendorong bakteri menuju resistensi. Para penulis berpendapat bahwa pengelolaan biosida mungkin juga diperlukan.

"Perhatian utama dari pengelolaan biosida adalah mencari cara untuk mengurangi jumlah sisa biosida di lingkungan setelah pembersihan, untuk mencegah bakteri terpapar pada konsentrasi pembersih yang terlalu rendah dan dengan demikian menghentikan bakteri tersebut menjadi resisten," ujar penulis.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler