Warga Israel Minta Netanyahu Mundur
Kinerja buruk Netanyahu meliputi keamanan Israel hingga kasus korupsi
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Desakan dari warga Israel yang menuntut Benyamin Netanyahu untuk mundur dari jabatan Perdana Menteri terus disampaikan sebagian warga Israel, yang menilai ia telah gagal dalam memimpin pemerintahan. Kegagalan dalam persoalan keamanan, hukum hingga kasus korupsi telah memperburuk kinerja Netanyahu di kepemimpinannya kali ini.
Serangan pejuang Hamas ke perbatasan Israel selatan pada 7 Oktober lalu, menjadi akumulasi kekecewaan warga Israel dengan pemerintahan Netanyahu. Keluarga-keluarga Israel yang menjadi tahanan Hamas, yang menggelar protes pada Sabtu (14/10/2023) di Tel Aviv.
Mereka menyuarakan kritik tajam terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menuntut pengunduran dirinya. Netanyahu dinilai gagal mengembalikan keamanan Israel khususnya di wilayah selatan.
Bahkan ketika beberapa warga Israel menjadi tahanan Hamas, Netanyahu tidak mampu membebaskan warga Israel yang menjadi tahanan. Para pengunjuk rasa berkumpul di depan Kementerian Pertahanan Israel.
Mereka mengangkat spanduk-spanduk yang bertuliskan, "Bibi (Netanyahu), tanganmu berlumuran darah", "Kami telah ditinggalkan", "Kembalikan para sandera dengan segera" dan "Tidak ada kepercayaan, mundurlah."
Monica Levy (62 tahun), yang kehilangan Mapal Adam (25 tahun) seorang anggota keluarganya-dikutip mengatakan, Netanyahu sangat tertarik dengan kelangsungan hidupnya, dan "bersedia mengorbankan kami semua."
Ia menuntut Netanyahu dan pemerintahannya untuk "mundur", karena menurutnya mereka telah menelantarkan orang-orang di selatan dan mengabaikan kehidupan warga. "Mereka terobsesi dengan politik picik mereka," kata Levy.
Sumber-sumber Palestina, termasuk saluran Al-Aqsha yang berafiliasi dengan Hamas, mengatakan, Israel lah yang membunuh sejumlah besar tahanan warga Israel. Para tahanan Hamas yang ditahan di Jalur Gaza telah terbunuh atau terluka selama serangan udara Israel yang berlangsung di daerah tersebut.
Hamas berhasil menangkap sejumlah warga Israel yang tidak disebutkan jumlahnya dalam serangannya terhadap permukiman dan bangunan militer di sekitar Gaza pada hari pertama Operasi Banjir Al-Aqsha pada 7 Oktober.
Hamas mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka tidak akan merundingkan pertukaran tawanan di bawah tekanan, menurut pidato yang disiarkan televisi oleh juru bicara militer Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan tersebut.
Sebuah surat kabar Israel telah mengulangi seruannya agar Benjamin Netanyahu mengundurkan diri atas kegagalan keamanan dan intelijen yang mendahului pelanggaran perbatasan Gaza oleh Hamas.
Sehari setelah dewan redaksi Haaretz menyalahkan perdana menteri Israel atas serangan paling mematikan ke wilayah Israel dalam 50 tahun terakhir, surat kabar berhaluan kiri itu memuat sebuah opini yang judulnya berbunyi "Netanyahu: Mundur Sekarang!"
Selain pihak keluarga yang menjadi tahanan, warga Israel lain juga meminta Netanyahu mundur dari jabatannya. Warga Israel, Nehemia Shtrasler, yang juga seorang penulis, menulis dalam opini di surat kabar Haaretz mengkritik Netanyahu selama menjabat.
Shtrasler mengatakan bahwa serangan Hamas adalah "kegagalan terburuk dalam sejarah negara Israel." Dia mengkritik bagaimana batalion tentara Israel dipindahkan dari perbatasan Gaza untuk menjaga para pemukim.
Dan ketika serangan dimulai, warga Israel yang tinggal di dekat Gaza 'tidak mendapat bantuan militer,' dan ditinggalkan dalam serangan Hamas. "Video-video mengejutkan yang diambil oleh Hamas, mengingatkan kita pada peristiwa Holocaust," tulis Shtrasler.
"Untuk kegagalan yang begitu besar, tidak ada pengampunan. Ada satu orang yang harus disalahkan atas bencana mengerikan ini: Benjamin Netanyahu."
Dia mengatakan bahwa Netanyahu terlalu fokus pada upaya perubahan peradilan, di tengah dakwaannya dalam tiga kasus korupsi. Mendorong Netanyahu memaksakan reformasi peradilan yang kontroversial, dengan menghapus kekuasaan MA demi membatalkan keputusan pemerintah yang tidak diterima.
Selain warga Israel, mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak juga mengkritik Netanyahu. Ia mengatakan bahwa jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berada di negara yang normal, ia akan mengundurkan diri setelah serangan mendadak gerakan ini pada 7 Oktober lalu.
Ehud Barak menyebut pejuang Hamas tidak dapat dihilangkan karena telah berakar kuat di hati dan pikiran warga Palestina. "Kami tidak bisa sepenuhnya melenyapkan Hamas. Hamas adalah sebuah gerakan ideologis yang ada dalam mimpi rakyat [Palestina], dalam hati dan pikiran mereka," kata Barak dalam sebuah wawancara dengan Ynet News.