Ini Cara Sekolah Cegah Kasus Perundungan

Sekolah perlu mengintegrasikan pendidikan komunikatif dan kolaboratif dalam kurikulum

Republika/Mardiah
Ilustrasi Bullying. Ini cara sekolah mencegah perundungan pada siswa.
Rep: Wilda Fizriyani  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kasus Perundungan atau bullying masih sering terjadi di Indonesia terutama di lingkungan sekolah. Lingkungan pendidikan yang sudah selayaknya menjadi ruang aman bagi siswa, justru menjadi tempat yang mengerikan.

Baca Juga


Fenomena itu menarik perhatian Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Bayu Hendro Wicaksono. Jika perundungan semakin meningkat, maka akan terjadi ancaman kemunduran pendidikan. 

"Kasus tersebut secara langsung mengafirmasi bahwa saat ini masih ada kelompok yang kurang memahami komunikasi budaya yang tepat," kata Bayu, belum lama ini.

Menurut Bayu, perundungan seringkali hanya terlihat seperti candaan sehari-hari yang diucapkan kepada teman sebaya. Namun tindakan sederhana tersebut dapat menimbulkan dampak serius. 

Korban perundungan bisa mengalami luka psikis atau emosional yang menyakitkan. Dampak ini bisa berlangsung lama karena mempengaruhi ingatan jangka panjang mereka.

Adapun upaya pencegahan perundungan dapat dimulai dengan meningkatkan iklim sekolah serta melibatkan guru-guru sebagai contoh komunikasi positif. Di samping itu, penegakan aturan juga harus tegas tanpa menambah tekanan siswa. 

Kemudian juga terdapat beberapa aspek yang harus menjadi fokus utama sekolah dalam mengurangi kasus perundungan. Pertama, yakni pendidikan komunikatif dan kolaboratif yang dapat diintegrasikan dalam kurikulum. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana berkomunikasi dengan efektif. 

Aspek kedua, yaitu pemikiran kritis juga menjadi pondasi utama dalam membentuk pola pikir yang sehat. Itu artinya siswa diajarkan untuk tidak mudah menerima informasi begitu saja. Mereka juga harus mampu menganalisis informasi dan memahami berbagai perspektif sebelum membuat keputusan.

Dosen Program Studi Bahasa Inggris UMM tersebut. juga menyoroti pentingnya menerapkan konsep sekolah ramah anak yang sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sayangnya, banyak sekolah yang belum menerapkannya dengan masif.

Menurutnya, kurikulum pendidikan kini semakin detail, jumlah mata pelajaran bertambah, dan tekanan nilai belajar meningkat. "Akibatnya, beban siswa pun semakin besar," ucapnya dalam keterangan resmi yang diterima Republika. 

Hal yang pasti, kata Bayu, kunci menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung, bukan hanya dari segi akademik, tetapi juga dari segi kesejahteraan fisik dan mental siswanya. Melalui hal ini, sekolah dapat menjadi tempat yang aman dan produktif. Kemudian mampu mengarah pada perkembangan yang sehat bagi setiap siswa.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler