225.000 Pesan Berisi Desakan Gencatan Senjata Gaza Palestina Dikirim ke Parlemen

Palestina akan terus mempertahankan kawasannya.

Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pegiat HAM dari Amnesty International Indonesia membentangkan poster dan mengibarkan bendera Palestina.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengumumkan para peserta resolusi telah mengirim pesan ke Kongres AS. Sebanyak 225 ribu pesan ini berisikan desakan untuk gencatan senjata di Gaza sekarang.

Baca Juga


“Lebih dari 225.000 email telah dikirimkan ke anggota DPR dan Senat AS,” kata CAIR dalam sebuah pernyataan dikutip di Anadolu Agency, Jumat (27/10/2023).

Resolusi tersebut dimaksudkan untuk mengirimkan pesan peringatan tindakan kepada Kongres. Di sisi lain, mereka juga mendesak anggota parlemen mendukung gencatan senjata di Gaza, di tengah pengeboman dan blokade Israel.

CAIR menyebut setiap pihak harus segera mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang terjadi di Gaza, sekaligus mengadvokasi gencatan senjata segera.

"Tanpa suara kita, Kongres mungkin hanya mendengar pendapat mereka yang mendukung tindakan militer yang tidak terkendali, serta berupaya merasionalisasi korban sipil di antara penduduk Palestina,” ujar Direktur Urusan Pemerintahan CAIR Robert McCaw, dalam pernyataan tersebut.

Dengan bersuara dan terlibat secara aktif dengan pejabat terpilih, hal ini sudah termasuk upaya untuk mencapai resolusi yang adil dan damai.

Para senator, termasuk senator Partai Demokrat Alex Padilla dan Chuck Schumer, serta senator Partai Republik Ted Cruz dan John Cornyn, disebut akan menerima pesan tersebut.

Adapun anggota Dewan Perwakilan Rakyat AS yang menerima pesan tersebut adalah Sean Casten dari Partai Demokrat, Ro Khanna dan Gerry Connolly, serta Keith Self dan Young Kim dari Partai Republik.

Desakan untuk menyegerakan gencatan senjata telah digaungkan di berbagai belahan dunia. Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki juga mendesak agar Israel menyetujui gencatan senjata penuh, untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

"Perang yang dilancarkan Israel kali ini berbeda. Perang kali ini adalah perang balas dendam,” kata Maliki di Kantor Perwakilan Palestina di Den Haag.

”Pertama-tama kita perlu mengakhiri agresi sepihak ini, lalu kita perlu menyerukan gencatan senjata. Gencatan senjata sangat penting untuk distribusi bantuan kemanusiaan,” lanjut dia.

 

Indonesia...lihat halaman berikutnya >>>

 

Indonesia juga menyampaikan desakan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB untuk segera bertindak, menghentikan eskalasi konflik Israel-Palestina di Gaza dan mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi.

Setiap detik yang terbuang tanpa adanya aksi nyata dari DK disebut berdampak mengerikan bagi warga Palestina di Gaza. Indonesia juga mengutuk keras berlanjutnya agresi Israel terhadap warga sipil di Gaza.

“Saya ingin mengingatkan bahwa DK memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga perdamaian dan keamanan, tidak membiarkan perang berkepanjangan atau membantu salah satu pihak melanjutkan perang,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam High-Level Open Debate DK PBB mengenai situasi di Timur Tengah.

DK disebut tidak boleh tinggal diam menyaksikan bencana dan kejahatan kemanusiaan yang sedang terjadi di Palestina.

Serangan terhadap rumah sakit dan tempat ibadah, blokade listrik, air, bahan bakar, serta pengusiran warga Gaza dilakukan oleh Israel atas nama hukuman kolektif. Di saat yang sama, warga sipil disandera dan menghadapi ancaman nyawa.

“Saya ingin bertanya bagaimana DK akan melakukan tanggung jawabnya? Kapan DK akan menghentikan perang di Gaza, mewujudkan gencatan senjata, membuka akses terhadap bantuan kemanusiaan, menyerukan pembebasan warga sipil, dan menghentikan pendudukan ilegal oleh Israel?” lanjut Menlu.

Setiap detik yang terbuang karena perbedaan politik dan kegagalan mencapai konsensus merupakan kekalahan bagi kemanusiaan dan memperparah instabilitas.

 

“Berapa banyak lagi nyawa harus dikorbankan sebelum DK mengambil langkah?” tanya dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler