Sedang Detoks Gula? Dokter Jelaskan Mengapa Buah Harus Masuk ke Pola Makan
Seseorang harus membedakan gula alami dalam buah-buahan dan gula rafinasi.
REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Di tengah pandemi COVID-19 yang melanda dunia, banyak orang mencari cara untuk menjaga kesehatan mereka. Salah satu isu yang sering muncul adalah bagaimana mengelola asupan gula dan karbohidrat dalam diet.
Akademisi dari Morehouse School of Medicine (MSM), dr Jennifer Rooke berbagi informasi menarik tentang pentingnya memasukkan buah dalam menu diet sehari-hari. Dr Rooke menceritakan bahwa ada seorang pasien yang berjuang melawan obesitas, diabetes yang tidak terkontrol, dan biaya pengobatan yang tinggi dengan memutuskan untuk mengadopsi pola makan nabati pada Juni 2019.
Dengan tekad dan semangat, pasien meningkatkan asupan buah dan sayuran segar, serta menghentikan konsumsi permen, kue kering, dan kue basah, sambil mengurangi makanan berbasis hewani. Hasilnya cukup mengesankan, berat badannya turun sebanyak 8,6 kg, dan rata-rata gula darahnya (HbA1c) turun dari 11,5 persen menjadi 7,6 persen dalam enam bulan.
Namun, saat pandemi Covid-19 memaksa karantina wilayah pada Maret 2020, kunjungan berkelanjutannya tertunda. Ketika pasien kembali bertemu dengan dokter pada Mei 2021, berat badannya naik kembali dan HbA1c-nya meningkat menjadi 10,4 persen.
“Dia menjelaskan bahwa dokter diabetes dan perawat diabetesnya telah memberi tahu bahwa dia mengonsumsi terlalu banyak ‘gula’ dalam pola makan nabati,” kata dr Rooke, dilansir The Conversation, Senin (6/11/2023).
Pasien ini diberi saran untuk membatasi asupan karbohidrat dengan mengurangi buah dan sayuran bertepung, serta meningkatkan konsumsi ikan dan ayam. Bahkan, permen bebas gula dan kue kering dianjurkan. Ini adalah tindakan yang berlawanan dengan prinsip dasar pola makan nabati yang telah membantu pasien ini sebelumnya.
Dr Rooke adalah seorang spesialis dalam membantu pasien melakukan modifikasi perilaku gaya hidup sehat di Morehouse Healthcare di Atlanta. Dia menjelaskan bahwa banyak pasien dan profesional kesehatan memiliki mitos tentang "gula" dan karbohidrat.
Bidang spesialisasi medisnya adalah membantu pasien membuat perubahan gaya hidup sehat. Pasien yang menerapkan pola makan nabati seringkali mengalami pemulihan dari penyakit kronis, termasuk diabetes dan hipertensi.
Penting bagi kita memahami beda gula alami dan gula rafinasi yang....
Dr Rooke menjelaskan pentingnya memahami perbedaan antara gula alami yang ditemukan dalam buah-buahan dan gula rafinasi yang diproses secara mendalam. Gula alami dalam buah-buahan juga mengandung vitamin, mineral, serat, fitonutrien, dan antioksidan yang penting untuk kesehatan tubuh. Sebaliknya, gula rafinasi hampir tanpa nutrisi selain kalori.
Gula rafinasi dapat menghasilkan zat beracun yang berhubungan dengan tingginya kadar glukosa darah, yang bisa meningkatkan risiko penyakit kronis, termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe-2. Seringkali, muncul mitos yang salah kaprah bahwa gula menyebabkan diabetes, padahal penyebab sebenarnya adalah hilangnya fungsi sel beta pankreas yang memproduksi insulin.
Sel beta pankreas yang rentan terhadap serangan radikal bebas dan AGEs (produk akhir glikasi lanjutan) dapat dilindungi oleh antioksidan dalam buah-buahan. Makan buah utuh telah terbukti dapat menurunkan risiko diabetes tipe-2.
Dr Rooke menekankan bahwa menghilangkan gula rafinasi dari diet adalah tujuan yang baik, tetapi hal itu seharusnya bukan "detoks" sementara, melainkan perubahan gaya hidup yang permanen. Meningkatkan asupan buah dan sayuran padat nutrisi adalah langkah aman untuk mengurangi asupan gula rafinasi. Setelah gula rafinasi dihilangkan dari pola makan, selera seseorang akan lebih sensitif terhadap rasa manis alami yang ditemukan dalam buah-buahan.
Dr Rooke menekankan buah-buahan, dengan nutrisi dan manfaat kesehatan alaminya, seharusnya menjadi bagian integral dari pola makan sehari-hari, terutama bagi mereka yang berjuang melawan diabetes dan penyakit kronis lainnya. Umi Nur Fadhilah