X Dinilai Gagal Redam Islamofobia, Mengapa?
X dinilai gagal memoderasi beragam ujaran kebencian di platformnya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah, terutama antara Hamas dan Israel, X (Twitter) dinilai gagal memoderasi ujaran kebencian di platformnya yang mempromosikan konspirasi antisemit, memuji Hitler, dan merendahkan umat Islam serta Palestina.
Dalam penelitian baru, Center for Countering Digital Hate (CCDH), sebuah organisasi nirlaba yang meneliti kebencian dan ekstremisme online, mengumpulkan sampel 200 X postingan di 101 akun yang menampilkan ujaran kebencian. Setiap postingan dilaporkan di platform tersebut pada tanggal 31 Oktober menggunakan alat pelaporan X dan “secara langsung membahas konflik yang sedang berlangsung, atau tampaknya mendapat informasi dari konflik tersebut”.
Dikutip dari TechCrunch, Rabu (15/11/2023), alat tersebut mengundang pengguna untuk menandai konten dan memberikan informasi, termasuk opsi untuk ujaran kebencian. Pilihan pelaporan tersebut mencakup penghinaan, stereotip rasis atau seksis, dehumanisasi, Penghasutan rasa takut atau diskriminasi, referensi yang penuh kebencian, serta simbol & logo yang penuh kebencian.
Menurut CCDH, 196 dari 200 postingan masih online, sementara satu akun ditangguhkan setelah dilaporkan dengan dua akun menjadi privat atau “dikunci”. Contoh postingan yang ditinjau oleh TechCrunch menunjukkan bahwa X terus memfasilitasi semacam konten yang menggambarkan karikatur antisemit, menyebut orang-orang Palestina sebagai “binatang” dan membuat warganet seolah “menikmati pertunjukan orang-orang Yahudi dan Muslim yang saling membunuh.”
Semua contoh postingan X yang ditinjau oleh TechCrunch tetap online pada saat penulisan. Dari 101 akun yang diwakili di seluruh postingan sampel, 82 adalah akun terverifikasi berbayar dengan centang biru.
Jumlah penayangan pada X postingan bervariasi, namun beberapa di antaranya dilihat lebih dari 100 ribu kali, termasuk postingan yang menyangkal Holocaust, dan satu gif interaktif yang menggambarkan seorang pria yang mengenakan yarmulke (penutup kepala yang biasa dipakai pria Yahudi) sedang dicekik. Unggahan ini telah dilihat hampir satu juta kali. Postingan yang tidak dihapus itu mengumpulkan total lebih dari 24 juta penayangan.
Meskipun sampel dari 200 postingan hanya mewakili sebagian kecil dari konten di X pada waktu tertentu, banyak dari postingan tersebut terkenal karena rasismenya yang mencolok, penganut kekerasan secara terbuka, dan fakta bahwa postingan tersebut tetap online, bahkan hingga saat ini. Perusahaan media sosial seringkali gagal menghapus sejumlah konten yang melanggar aturan mereka, namun umumnya menghapus postingan tersebut dengan sangat cepat ketika peneliti atau jurnalis menyorotinya.