Tak Cukup Masuk Inkubator, Begini Penanganan Bayi Prematur Setelah Persalinan

Umumnya bayi prematur langsung dibawa ke ruang intensif begitu lahir.

senseandsustainability.net
Bayi prematur/ilustrasi
Rep: Shelbi Asrianti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar duka meninggalnya bayi laki-laki di Tasikmalaya sehari setelah kelahiran prematur menjadi pelajaran bagi banyak pihak. Penanganan bayi setelah persalinan tidak boleh disepelekan, termasuk untuk bayi prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Baca Juga


Bayi masuk kategori prematur apabila lahir sebelum usia kehamilan 37 pekan dan masuk kategori BBLR jika beratnya kurang dari 2500 gram atau 2,5 kilogram. Bayi laki-laki yang meninggal dunia di Tasikmalaya lahir saat usia kehamilan ibu baru 36 pekan.

Saat lahir, klinik persalinan menyebutkan berat badannya 1,7 kilogram. Namun, saat bayi meninggal dunia dan ditimbang di rumah sakit lain, berat badannya tercatat 1,5 kilogram. Orang tua menyesalkan klinik yang tidak memasukkan bayi ke inkubator, namun malah memandikan dan menjadikan bayi sebagai objek konten media sosial.

Sebenarnya, bagaimana penanganan bayi prematur setelah persalinan? Umumnya, setelah lahir, bayi prematur akan dirawat di ruang intensif khusus bayi baru lahir atau neonatal intensive care unit (NICU), guna mengatasi masalah sistem organ tubuh yang belum matang.

"Selama perawatan di NICU, selain bayi prematur distabilkan keadaan gawat daruratnya, untuk menjaga proses tumbuh kembangnya tetap berjalan, bayi juga dikondisikan sebagaimana ia ketika masih di dalam rahim ibu," kata dokter spesialis anak Toto Wisnu Hendrarto, lewat situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Masalah medis terkait imaturitas sistem organ bayi prematur akan ditangani oleh tim unit neonatal yang terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di bidang neonatal. Perawatan dimulai dengan proses resusitasi, yakni dari 30 detik pertama pascalahir, bayi prematur distabilkan kemampuan bernapasnya dengan alat bantu napas noninvasif dan invasif. 

Setelah proses resusitasi, perawatan bayi prematur akan dilanjutkan di ruang NICU. Terlahir prematur membuat bayi kehilangan kesempatan mendapatkan dukungan nutrisi, oksigen, stimulasi, kekebalan, dan kehangatan dari ibunya lebih lama. Oleh karena itu, beberapa komponen itu harus terjaga dengan baik selama perawatan di NICU. Walaupun ibu harus terpisah dan tidak dapat memberikan dukungan hal tadi, namun ibu tetap dapat memberikan ASI untuk bayi prematurnya. 

Demi menjaga kelangsungan hidup bayi....

 

 

 

 

 

Dalam ulasan terpisah, IDAI menyebut bahwa menjaga kelangsungan hidup bayi prematur tidak hanya sebatas menempatkannya di inkubator. Menurut IDAI, kebanyakan bayi prematur dapat dipulangkan lebih cepat dan dirawat di rumah dengan perawatan metode kangguru/ perawatan bayi lekat/skin to skin contact

Akan tetapi, sebagian bayi prematur memang butuh perawatan inkubator dan sebaiknya tidak dipulangkan dahulu dari rumah sakit. Penggunaan inkubator juga bukan merupakan hal yang mudah, karena ada beberapa keadaan yang harus diperhatikan.

Inkubator butuh sumber energi untuk mengoperasikannya, kebersihannya harus dijaga seketat mungkin, dan pemantauan suhu inkubator harus disesuaikan dengan berat badan dan usia kandungan bayi. Selain persoalan inkubator, bayi prematur pun memiliki berbagai masalah kompleks yang perlu ditangani secara khusus.

Permasalahan itu meliputi pusat pengaturan suhu di otak bayi prematur masih belum sempurna sehingga bayi mudah menjadi kedinginan. Bayi juga sering lupa bernapas atau berhenti napas, karena sebagian paru-parunya masih kuncup dan membutuhkan usaha besar untuk mengembangkan kembali.

Itu membuat bayi cepat lelah dan terlihat sesak napas. Kemampuan menelan dan mencerna juga belum sempurna, juga kemampuan untuk melawan bahaya dari luar seperti infeksi. Begitu pun kemampuan otot jantung untuk memompa darah memenuhi kebutuhan tubuhnya masih belum optimal. Tingkat ketergantungan secara psikologis juga sangat tinggi. 

Terkait ketentuan memandikan, dokter spesialis anak konsultan Rosalina Dewi Roeslani dari UKK Neonatologi IDAI mengatakan bayi prematur maupun BBLR mempunyai risiko mengalami hipotermia atau suhu tubuh di bawah 36,5 derajat Celsius. Hipotermia sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kesakitan hingga kematian.

"Bayi prematur yang baru lahir biasanya tidak dimandikan segera, tetapi dapat ditunda hingga beberapa hari kemudian saat keadaan umumnya telah stabil," ujar Rosalina dalam ulasannya.

Dia menjelaskan, bayi prematur lebih berisiko mengalami hipotermia karena lemak cokelat ditubuhnya belum ada atau sangat sedikit. Lemak cokelat terbentuk pada akhir kehamilan trimester ketiga dan berfungsi menghasilkan energi saat bayi kedinginan.

Faktor hipotermia lain pada bayi adalah....

 

 

 

Faktor risiko hipotermia lain pada bayi prematur adalah jaringan di bawah kulit yang masih tipis dan belum matang, sehingga kulit terlihat tipis, transparan, dan tidak dapat melindungi tubuh dari dingin secara optimal. Belum lagi, bayi prematur belum mempunyai kemampuan untuk menghangatkan tubuhnya dengan menggigil.

Posisi katak atau frog position menyebabkan bayi tidak bisa merangkul atau midline position saat kedinginan, juga cadangan gula yang tidak memadai di tubuhnya. Selama tali pusat belum lepas, menurut Rosiana sebaiknya bayi diseka dan tidak dicelupkan ke bak mandi. 

 

Saat bayi di rumah sakit, pembersihan tubuh bayi atau proses memandikan biasanya akan dilakukan oleh petugas kesehatan jika kondisinya sudah memungkinkan. Setelah dipulangkan, orang tua bisa memandikan bayinya dengan pedoman langkah-langkah yang juga dibagikan IDAI di situsnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler