Dunia Sambut Kesepakatan Gencatan Senjata Hamas-Israel

Ini adalah kabar baik pertama dari Gaza untuk waktu yang lama

AP Photo/Hatem Ali
Warga Palestina menyaksikan kehancuran akibat bombardir Israel di Jalur Gaza, Palestina, di Deir al Balah, Rabu (22/11/2023).
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Dunia menyambut kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan yang dicapai antara Hamas dan Israel dengan bantuan mediasi Qatar. Dalam kesepakatan tersebut, turut tercakup pembebasan sandera oleh Hamas dan tahanan Palestina oleh Israel.

“Saya sangat bersyukur bahwa beberapa dari manusia-manusia berani ini akan bersatu kembali dengan keluarga mereka setelah kesepakatan ini dilaksanakan sepenuhnya,” ujar Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang tampaknya ditujukan kepada pembebasan warga Israel oleh Hamas, Selasa (21/11/2023) waktu Amerika.

Biden mengungkapkan, pada akhir Oktober lalu, dua warga AS yang disandera Hamas berhasil dibebaskan berkat upaya diplomasi intensif. “Kesepakatan hari ini (antara Hamas dan Israel) akan membawa pulang lebih banyak sandera Amerika, dan saya tidak akan berhenti sampai mereka semua dibebaskan,” ucapnya.

Pemerintah Rusia pun menyambut kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan Israel-Hamas. “Ini adalah kabar baik pertama dari Gaza dalam waktu yang sangat lama,” ujar Juru Bicara (Jubir) Kremlin Dmitry Peskov, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Peskov mengungkapkan, Rusia dan sebagian besar negara sudah berulang kali menyerukan gencatan senjata di Gaza. “Alasannya adalah jeda seperti itu dapat membantu menguraikan upaya masa depan untuk menemukan solusi berkelanjutan terhadap masalah ini,” ucapnya.

Pemerintah Cina pun merespons positif kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan antara Israel dan Hamas. “Kami menyambut baik perjanjian gencatan senjata sementara yang dicapai oleh pihak-pihak terkait,” ujar Jubir Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning dalam pengarahan pers rutin, Rabu (22/11/2023).

Mao mengungkapkan, kesepakatan gencatan senjata akan meringankan krisis kemanusiaan di Gaza. “Sejak pecahnya konflik Palestina-Israel saat ini, Cina selalu menyerukan gencatan senjata dan melakukan upaya tak henti-hentinya untuk meredakan situasi, melindungi warga sipil, serta memberikan bantuan kemanusiaan,” katanya.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen turut menyambut kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Dia secara khusus memuji adanya pengaturan tentang pembebasan sandera oleh Hamas. “Komisi Eropa akan melakukan yang terbaik untuk menggunakan jeda ini untuk gelombang kemanusiaan ke Gaza,” ucapnya.

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengutarakan respons senada perihal tercapainya kesepakatan gencatan senjata Hamas-Israel. “Perjanjian ini merupakan langkah penting dalam memberikan bantuan kepada keluarga para sandera dan mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza,” kata Cameron. 

“Saya mengimbau semua pihak untuk memastikan kesepakatan tersebut disampaikan secara utuh. Tentu saja, kami ingin melihat seluruh sandera segera dibebaskan dan keluarga-keluarga yang terkena dampak kengerian serangan teror 7 Oktober bersatu kembali,” tambah Cameron.

Negara-negara Arab juga menyampaikan tanggapan serupa soal kesepakatan gencatan senjata Hamas dan Israel. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi memuji peran Qatar dan AS dalam membantu menengahi kesepakatan tersebut. Kairo diketahui turut terlibat dalam memediasi perundingan Hamas dengan Israel. 

Baca Juga


Langkah awal hentikan pertempuran sepenuhnya....

Sementara itu Pemerintah Yordania Ayman Safadi berharap kesepakatan gencatan senjata Hamas-Israel dapat menjadi langkah awal untuk menghentikan sepenuhnya pertempuran di Gaza. “Kami berharap langkah ini akan mengakhiri perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan menghentikan eskalasi, yang menargetkan warga Palestina dan pengungsian paksa mereka,” kata Kementerian Luar Negeri Yordania dalam sebuah pernyataan.

“Jeda ini akan mengamankan bantuan kemanusiaan yang cukup untuk seluruh wilayah Jalur Gaza guna memenuhi kebutuhan penduduk, mencapai stabilitas, dan memastikan bahwa warga Gaza akan tetap berada di rumah mereka,” tambah Kementerian Luar Negeri Yordania.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani berharap kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan yang telah dicapai Hamas dan Israel dapat mengarah pada perundingan damai yang serius. “Kami berharap hal ini akan menghasilkan perjanjian yang komprehensif dan berkelanjutan yang akan mengakhiri perang dan pertumpahan darah, serta mengarah pada perundingan serius untuk proses perdamaian yang komprehensif dan adil sesuai dengan resolusi legitimasi internasional,” ucap Al-Thani, lewat akun X resminya, Rabu.

Al-Thani menyampaikan terima kasih kepada Mesir dan AS yang disebutnya turut berperan dalam proses pencapaian kesepakatan gencatan senjata Hamas-Israel. Sementara itu, dalam pernyataan terpisah pada Rabu pagi, Kementerian Luar Negeri Qatar, lewat akun X resminya mengungkapkan, jeda kemanusiaan Israel-Hamas akan berlangsung selama empat hari. “Waktu mulai jeda akan diumumkan dalam 24 jam ke depan dan berlangsung selama empat hari, dapat diperpanjang,” katanya.

Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan, dalam kesepakatan gencatan senjata diatur tentang pembebasan 50 warga Israel, terdiri dari perempuan dan anak-anak, yang saat ini ditahan Hamas Gaza. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sejumlah perempuan dan anak-anak Palestina yang mendekam di penjara-penjara Israel. Menurut Hamas, jumlah warga Palestina yang dibebaskan mencapai 150 orang.

Seorang juru bicara pemerintah Israel mengonfirmasi bahwa berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Hamas akan membebaskan setidaknya 50 sandera. Dia menyebut, untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan, gencatan senjata akan diperpanjang selama satu hari.

Kantor Perdana Menteri Israel telah menyampaikan bahwa gencatan senjata tidak berarti mengakhiri perang di Gaza. “Pemerintah Israel, tentara Israel dan pasukan keamanan akan melanjutkan perang untuk mengembalikan semua orang yang diculik, melenyapkan Hamas, dan memastikan bahwa tidak ada lagi ancaman terhadap Negara Israel dari Gaza,” katanya, dikutip laman Al Arabiya.

Pertempuran terbaru antara Hamas dan Israel pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Perang diawali dengan serangan roket dan operasi infiltrasi Hamas ke wilayah Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Hamas pun menculik setidaknya 240 orang, yang terdiri dari warga Israel dan warga asing, kemudian membawa mereka ke Gaza.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel memulai agresinya ke Gaza. Sebelum kesepakatan gencatan senjata tercapai, Israel tidak pernah mengendurkan atau memberikan jeda kemanusiaan dalam serangannya ke Gaza. Hingga Selasa kemarin, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel telah melampaui 14 ribu jiwa. Mereka termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan. Sementara korban luka mencapai sekitar 33 ribu orang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler