Para Ayah Menyambut Haru Pembebasan Anak Mereka dari Penjara Israel

Pembebasan tahanan sangat menyentuh hati masyarakat Palestina.

AP Photo/Nasser Nasser
Mantan tahanan wanita Palestina Hanna Barghouti, yang dibebaskan oleh otoritas Israel, mengenakan ikat kepala Hamas saat dia diterima oleh para pendukungnya setibanya di kota Beitunia, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, BEITUNIA -- Lebih dari tiga lusin tahanan Palestina kembali ke rumah mereka dan disambut seperti pahlawan di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Jumat (24/11/2023). Pembebasan mereka dari penjara Israel merupakan bagian dari perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Prosesi pembebasan tahanan di sebuah pos pemeriksaan di luar Yerusalem memicu kerumunan besar warga Palestina. Mereka bersorak, bertepuk tangan, melambaikan tangan, dan berteriak gembira menyambut kerabat mereka yang dibebaskan itu.

Lima belas pemuda yang mengenakan pakaian penjara berwarna abu-abu dan tampak kurus karena kelelahan, disambut dengan sorak-sorai yang meriah di jalanan. Kerumunan itu meneriakkan "Allahuakbar" dan melambaikan bendera Palestina. Para pemuda yang dibebaskan itu kemudian naik ke bahu ayah mereka yang berlinang air mata. Percikan kembang api mengubah langit malam menjadi warna yang menyala-nyala dan musik pop Palestina yang patriotik berkumandang.

Beberapa dari mereka yang dibebaskan melambaikan bendera Palestina, sementara yang lainnya melambaikan bendera hijau Hamas.  Mereka menunjukkan tanda kemenangan saat melakukan crowd-surfing.

“Saya tidak bisa berkata-kata, saya tidak bisa berkata-kata,” kata Jamal Brahma (17 tahun) yang baru dibebaskan, dan tampak bingung untuk mengatakan sesuatu  kepada gerombolan jurnalis yang berdesakan dan ribuan warga Palestina yang meneriakkan yel-yel, banyak di antaranya mengenakan pakaian nasional.

Air mata membasahi di pipi ayah Jamal, Khalil Brahma saat dia menurunkan putranya dari bahunya dan menatap matanya untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan.  Pasukan Israel telah menangkap Jamal di rumahnya di Kota Jericho, Palestina pada musim semi lalu. Jamal ditahan tanpa tuduhan atau pengadilan.

“Saya hanya ingin menjadi ayahnya lagi,” kata Khalil.

Pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel terjadi hanya beberapa jam setelah puluhan sandera, termasuk 13 warga Israel, dibebaskan dari penawanan di Gaza dalam pertukaran awal sandera Israel dan tahanan Palestina selama gencatan senjata empat hari yang dimulai pada Jumat. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Hamas akan membebaskan sedikitnya 50 sandera, dan Israel akan membebaskan 150 tahanan Palestina, selama empat hari.  Israel mengatakan, gencatan senjata dapat diperpanjang satu hari ekstra untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan.

Meskipun suasana di Kota Beitunia dekat Penjara Ofer Israel di Tepi Barat sangat meriah, masyarakat tetap merasa gelisah. Pemerintah Israel telah memerintahkan polisi untuk melarang perayaan atas pembebasan para tahanan Palestina tersebut.  Pasukan keamanan Israel pernah menembakkan tabung gas air mata ke arah massa, menyebabkan para pemuda, perempuan tua, dan anak-anak kecil berlarian menjauh sambil menangis dan menjerit kesakitan.

“Tentara mencoba untuk mengambil momen ini dari kami tetapi mereka tidak bisa,” kata Mays Foqaha sambil memeluk temannya yang baru dibebaskan, Nour al-Taher dari Nablus, yang ditangkap selama  protes pada September di Masjid Al Aqsa di Yerusalem. 

“Ini adalah hari kemenangan kita," ujar Foqaha.

Tahanan Palestina yang dibebaskan pada Jumat termasuk 24 wanita, beberapa di antaranya telah dijatuhi hukuman penjara bertahun-tahun karena percobaan penikaman dan serangan lain terhadap pasukan keamanan Israel. Sementara yang lainnya dituduh melakukan penghasutan di media sosial.

Selain itu, terdapat juga 15 remaja laki-laki, sebagian besar dari mereka didakwa melakukan pelemparan batu dan “mendukung terorisme". Tuduhan ini menggarisbawahi tindakan keras Israel terhadap pemuda Palestina ketika kekerasan meningkat di wilayah pendudukan.

Bagi keluarga-keluarga di kedua pihak yang berkonflik, berita tentang pertukaran tersebut merupakan momen penuh harapan pertama dalam 49 hari perang. Pembebasan tahanan ini menimbulkan perasaan senang dan sedih yang bercampur aduk.

“Sebagai warga Palestina, hati saya hancur untuk saudara-saudara saya di Gaza, jadi saya tidak bisa merayakannya,” kata Abdulqader Khatib, seorang pekerja PBB.

Putra Khatib yang berusia 17 tahun, Iyas, ditempatkan di penahanan administratif tahun lalu. Iyas menjalani penahanan tanpa dakwaan atau pengadilan dan berdasarkan bukti rahasia. 

"Tetapi saya seorang ayah. Dan jauh di lubuk hati, saya sangat bahagia," kata Khatib.

Pada Jumat di Beitunia, seorang remaja kurus berusia 16 tahun, Aban Hammad, berdiri lemas. Dia tampak terguncang oleh keramaian, air mata, pelukan dan nyanyian pro-Hamas di sekelilingnya. Ini adalah pertama kalinya dia melihat dunia setelah setahun dipenjara karena melempar batu di Kota utara Qalqilya.

Hammad dibebaskan meski masa hukumannya masih tersisa delapan bulan. Dia berbalik ke arah ayahnya, dan memeluknya. 

“Dengar, aku hampir lebih besar darimu sekarang,” kata ayah Hammad.

Pembebasan tahanan sangat menyentuh hati masyarakat Palestina....

Baca Juga


Sejak 7 Oktober, ketika Hamas menyandera sekitar 240 warga Israel dan warga negara asing dalam serangan mengejutkan di Israel selatan, warga Palestina bertanya-tanya tentang nasib para tahanan mereka sendiri. Israel memiliki sejarah dalam menyetujui pertukaran yang tidak seimbang.  Pada 2011, Hamas meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Palestina dengan imbalan satu tentara Israel yang ditawan, Gilad Schalit.

Pembebasan tahanan sangat menyentuh hati masyarakat Palestina.  Hampir setiap warga Palestina mempunyai kerabat yang dipenjara atau pernah dipenjarakan.  Kelompok hak asasi manusia memperkirakan bahwa lebih dari 750.000 warga Palestina telah ditahan penjara-penjara Israel sejak Israel merebut Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur pada 1967.

Israel memandang tahanan Palestina sebagai teroris. Sedangkan warga Palestina menyebut mereka dengan kata Arab yang berarti tawanan perang. Palestina menghabiskan sebagian besar dana publik untuk mendukung para tahanan dan keluarga mereka.  Israel dan Amerika Serikat mengecam pemberian bantuan kepada keluarga tahanan sebagai insentif untuk melakukan kekerasan.

“Pertukaran tahanan seperti ini sering kali menjadi satu-satunya harapan keluarga agar putra atau ayah mereka dibebaskan sebelum tahun-tahun berlalu,” kata Amira Khader, petugas advokasi internasional di Addameer, sebuah kelompok yang mendukung tahanan Palestina. 

“Itulah tujuan hidup mereka, (pembebasan tahanan) ini seperti keajaiban dari Tuhan," kata Khader.

Sejak serangan Hamas, Israel telah meningkatkan tindakan keras di Tepi Barat selama berbulan-bulan terhadap warga Palestina yang dicurigai memiliki hubungan dengan Hamas dan kelompok pejuang lainnya.  Banyak tahanan yang dihukum oleh pengadilan militer, yang mengadili warga Palestina dengan tingkat hukuman lebih dari 99 persen. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan, warga Palestina sering kali tidak menjalani proses hukum dan dipaksa untuk mengakui kesalahan yang tidak mereka perbuat.

Direktur Klub Tahanan Palestina, Qadura Fares mengatakan, saat ini terdapat 7.200 warga Palestina di penjara Israel. Lebih dari 2.000 orang ditangkap sejak 7 Oktober. Menurut Klub Tahanan Palestina, Israel kini menahan 2.200 warga Palestina dalam penahanan administratif. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler