Sepuluh Perintah Allah yang Dilanggar Bani Israil

Bani Israil kerap mengabaikan perintah Allah.

Keyway.ca
Keturunan Bani Israil tidak menerima perlakuan baik dari Mesir.
Rep: Fuji Eka Permana Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikisahkan bahwa Rabb 'Azza wa Jalla berbicara dengan Nabi Musa Alaihissalam, kemudian Allah SAW memerintahkan sepuluh kalimat kepada Nabi Musa.

Baca Juga


Menurut versi ahli kitab, Bani Israil mendengar kalam Allah, hanya saja mereka tidak paham hingga diberitahu Nabi Musa. Mereka berkata kepada Nabi Musa, "Sampaikan kepada kami (wahyu) dari Rabb Azza wa Jalla, karena kami takut mati."

Dilansir dari kitab Qashashul Anbiya yang ditulis Imaduddin Abu Fida' Isma'il bin Katsir Al-Guraisyi Ad-Dimasyqi atau Ibnu Katsir, Nabi Musa kemudian menyampaikan (wahyu) dari Allah SWT kepada kaumnya. Nabi Musa menyampaikan sepuluh instruksi berikut ini.

1. Perintah untuk beribadah hanya kepada Allah.

2. Larangan menyekutukan Allah.

3. Larangan bersumpah palsu atas nama Allah.

4 Perintah untuk menjaga hari Sabtu, yang artinya satu hari dalam sepekan harus dijadikan untuk beribadah secara penuh. Satu hari yang dimaksud adalah hari Jumat (bagi kita kaum Muslimin) sebagai pengganti hari Sabtu (bagi Bani Israil).

5. Hormatilah kedua orangtuamu agar usiamu panjang di bumi.

6. Jangan membunuh anak yang Allah karuniakan kepadamu.

7. Jangan berbuat zina.

8. Jangan mencuri.

9. Jangan bersaksi dengan kesaksian palsu kepada kawanmu. 

10. Jangan menginginkan rumah orang lain, jangan berhasrat kepada istri orang lain, budak lelaki dan budak wanita orang lain, tidak juga lembu, keledai, atau apapun milik orang lain. Maknanya adalah larangan bersikap dengki. 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Banyak ulama salaf dan lainnya menyatakan bahwa inti sepuluh kalimat tersebut tertera dalam firman Allah SWT pada Surat Al-An'am. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚوَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَۚ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ 

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu, (yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, dan janganlah membunuh anak-anakmu karena kemiskinan. (Tuhanmu berfirman,) ‘Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.’ Janganlah pula kamu mendekati perbuatan keji, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar.266) Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu mengerti. (QS Al-An‘am Ayat 151)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۚوَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِۚ  لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۚ وَاِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوْا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۚ وَبِعَهْدِ اللّٰهِ اَوْفُوْاۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَۙ

Janganlah kamu mendekati (menggunakan) harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, lakukanlah secara adil sekalipun dia kerabat(mu). Penuhilah pula janji Allah. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu mengambil pelajaran.” (QS Al-An‘am Ayat 152)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ ۚوَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 

Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) sehingga mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu bertakwa. (QS Al-An‘am Ayat 153)

Setelah menyebut sepuluh kalimat ini, mereka (ahli kitab) menyebutkan sejumlah wasiat dan hukum yang banyak sekali. Semuanya ada dan berlaku, namun setelah itu lenyap. Perintah-perintah ini diamalkan selang berapa lama, namun kemudian dilanggar. Mereka mengubah dan mengganti perintah-perintah itu, setelah itu mereka membuangnya, hingga perintah-perintah tersebut dihapus dan diganti, setelah sebelumnya disyariatkan secara utuh. 

Segala urusan sepenuhnya milik Allah, baik sebelum maupun sesudahnya, Allah memutuskan apapun seperti yang Ia kehendaki. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam. Dilansir dari buku Qashashul Anbiya (Kisah Para Nabi) yang ditulis Ibnu Katsir dan diterjemahkan Umar Mujtahid diterbitkan Ummul Qura, 2013

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler