Mengapa Pendakian Tetap Dibuka Meski PVMBG Sebut Marapi Berstatus Waspada Sejak 2011?
Tidak adanya ‘aktivitas’ di gunung dengan status waspada bukan berarti situasi aman.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro, Febian Fachri
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan, sifat erupsi Gunung Marapi sangat sulit dideteksi, baik secara visual maupun kegempaan. Sebab itu pihaknya sejak 2011 memberikan status level II atau waspada di gunung aktif tersebut atau dalam kata lain berstatus waspada.
“Dengan sebegitu banyak peralatan memang sifat dari erupsi Gunung Marapi ini sangat sulit dideteksi ya,” ucap Hendra dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (4/12/2023).
Hendra memaparkan, berdasarkan data gempa vulkanik di Gunung Marapi, bisa dikatakan gempa vulkanik di sana tergolong sangat miskin gempa. Dia juga memperlihatkan kondisi kawah Gunung Marapi sekitar satu bulan sebelum terjadinya erupsi pada Ahad (3/12/2023) lalu yang memang tampak tidak ada aktivitas.
“Sangat-sangat miskin gempa di Gunung Marapi, walaupun alat kita cukup banyak. Nah ini kenapa alasan kita selalu pada level II, untuk antisipasi sebetulnya. Preventif agar menghindari kejadian yang tidak kita inginkan bersama,” jelas dia.
Dia menjelaskan, meski secara visual tidak menunjukkan tanda-tanda erupsi dan secara kegempaan hanya ada satu gempa per bulan, dilihat dari sejarahnya erupsi selalu terjadi di sana. Sebab itu, pihaknya menetapkan status gunung itu berada di status II atau waspada. Dengan upaya preventif, pihaknya membuat rekomendasi pembatasan aktivitas di radius 3 kilometer.
“Karena itu kita buat rekomendasi 3 kilometer itu berdasarkan statistik (jarak aman) adanya erupsi setiap dua atau sampai empat tahun. Hanya tanggal dan bulannya kita nggak pernah tahu,” tutur Hendra.
Dia juga menekankan, pihaknya hanya berkewenangan untuk memberikan saran dan rekomendasi untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan dibuka atau tutupnya kawasan gunung tersebut untuk pendakian. PVMBG, kata dia, mengembalikan kebijakan itu kepada pemangku kepentingan terkait.
“Rekomendasi teknis dari PVMBG ini kan boleh mendaki, tapi jaga jarak gitu ya. Karena kita tidak ingin ada kejadian yang tidak diinginkan untuk kasus bila ada erupsi yang mendadak, itu saja sebetulnya,” kata dia.
Menurut Hendra, karena selama dua hingga empat tahun bisa saja tidak terjadi erupsi di gunung semacam itu, maka semestinya semua pihak lebih meningkatkan kewaspadaan. Tidak adanya ‘aktivitas’ pada gunung dengan level II seperti itu bukan berarti situasi aman terkendali.
“Tolong kita sadari semua, saat tidak terjadi bukan berarti aman. Nah, itu justru kita harus meningkatkan lebih kewaspadaan. Tidak terjadi erupsi selama dua-tiga tahun berarti sudah menyebabkan akumulasi gas dekat dasar kawah. Sebetulnya itu, tapi kapan tanggal dan bulan ini sulit,” terang dia.
Pada Juli 2023 lalu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat, Ardi Andono, mengatakan pihaknya membuka lagi jalur pendakian Gunung Marapi yang terletak antara Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Agam. Sejak awal tahun tepatnya 7 Januari 2023 lalu, pendakian Gunung Marapi ditutup karena peningkatan aktivitas kawah gunung tersebut.
"Mulai hari ini kita membuka lagi secara resmi jelur pendakian Gunung Marapi setelah ditutup 7 bulan akibat erupsi," kata Ardi, Senin (24/7/2023).
Pembukaan lagi jalur pendakian Gunung Marapi bersamaan dengan launching sistem pendakian booking online untuk Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Marapi. Ardi Andono, menyebutkan sistem ini bertujuan untuk mempermudah pendataan pengunjung, akuntabilitas pengelolaan pendakian dan mempermudah pengunjung melakukan pendaftaran untuk mendaki Gunung Marapi.
Bagi pada pendaki Gunung Marapi, harus mendaftar melalui website bksdasumbar.org. Setelah mendaftar secara daring, para pendaki nanti akan dibantu oleh penyedia jasa pendakian di pintu masuk Gunung Marapi. Yakni di Nagari Batu Palano, Nagari Koto baru dan Nagari Aia Angek.
"Proses registrasi menjadi lebih simpel dan praktis. Para pendaki hanya perlu mengakses website resmi dan melakukan booking online sesuai jadwal yang tersedia," ucap Ardi.
Pada hari biasa, maksimal jumlah pendaki yang naik ke Gunung Marapi menurut Ardi hanya 100 orang. Sedangkan akhir pekan atau Sabtu dan Ahad dibuka paling banyak untuk 150 orang pendaki.
Kemarin, BKSDA Sumbar akhirnya menutup kembali jalur pendakian ke Gunung Marapi pasca erupsi gunung api aktif tersebut pada Ahad siang pukul 14.53 WIB. Letusan Marapi memakan korban jiwa 11 orang pendaki.
"Saat ini booking online ditutup dan semua petugas di pintu masuk sedang berusaha untuk menghubungi semua pendaki. Semoga semuanya aman dan selamat," kata Pelaksana Harian Kepala BKSDA Sumbar Eka Dhamayanti di Padang, Ahad.
Eka menjelaskan, saat ini status Gunung Marapi berada pada level II (waspada) dengan sejumlah rekomendasi. Pertama, masyarakat yang bermukim di sekitar gunung, pengunjung, atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki pada radius tiga kilometer dari kawah/puncak.
In Picture: Gunung Marapi di Kabupaten Agam Meletus
Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat, hingga Senin pukul 10.30 WIB, sebanyak 28 dari total 75 orang pendaki yang sudah dievakuasi oleh tim gabungan. Di mana, 54 pendaki mengakses pintu masuk Batu Palano di Kabupaten Agam, sedangkan 21 orang di pintu nasuk Koto Baru, Kabupaten Tanah Datar.
Dari 28 pendaki, sebanyak 19 orang yang sudah ditemukan dan dipulangkan tim gabungan. Sedangkan, sembilan pendaki tambahan juga telah dievakuasi. Tim gabungan membawa para pendaki ke fasilitas medis untuk perawatan lebih lanjut, di antaranya RSUD Dr Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi dan RSUD Padang Panjang karena mengalami luka-luka.
Sebelumnya, Pusdalops BNPB masih menerima informasi 26 pendaki yang belum berhasil dievakuasi. Nama ke-26 pendaki telah teridentifikasi, dengan rincian sebanyak 20 orang teridentifikasi melalui pendaftaran yang terlacak dari jejak digital. Sedangkan sisanya, mereka terdaftar saat di lokasi Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Marapi.
Hingga kini belum ada konfirmasi identitas 11 pendaki tersebut apakah masuk ke dalam 26 pendaki yang namanya sudah teridentifikasi melalui mekanisme pendaftaran TWA Gunung Marapi.
"Erupsi masih terjadi dan upaya pencarian masih kami lakukan bersama tim gabungan," kata Tim Pusdalops BPBD Kabupaten Agam Ade Setiawan Putra saat dihubungi.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi, memerintahkan seluruh dinas terkait untuk sigap merspons kejadian erupsi Gunung Marapi. Mahyeldi juga meminta masyarakat untuk tidak panik, tetap waspada, dan tidak menelan mentah-mentah informasi yang bersiliweran di media sosial terkait akibat erupsi tersebut.
“Kami mengimbau masyarakat Sumbar, khususnya yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Marapi untuk tetap waspada, tapi jangan panik berlebihan. Kejadian erupsi ini datang dari Allah, maka kepada Allah kita bertawakkal. Sembari itu, kita upayakan bersama-sama melakukan yang terbaik untuk menyikapi erupsi ini," kata Mahyeldi, Senin (4/12/2023).