Nubuat Rasulullah SAW tentang Konflik Internal Umat Muslim Terbukti

Rasulullah SAW ingatkan tentang ancaman perpecahan umat

Dok Republika
Nabi Muhammad (ilustrasi). Rasulullah SAW ingatkan tentang ancaman perpecahan umat
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Ketika masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab berbagai perselisihan yang terjadi di antara kaum Muslimin masih dapat dengan mudah diselesaikan. Ketegangan yang bersifat kesukuan masih dapat dimaklumi dan diterima dengan baik oleh banyak kalangan. 

Baca Juga


Tetapi setelah Umar bin Khattab wafat, berbagai fitnah muncul bergelombang menerpa umat Muslim. Perselisihan telah membuat persatuan umat Muslim goyah.  

Sebelum wafat, Rasulullah SAW telah memberikan isyarat tentang gelombang fitnah yang akan terjadi di tengah umat Islam setelah wafatnya Umar bin Khattab. Sebagaimana hadits berikut:  

حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا شَقِيقٌ سَمِعْتُ حُذَيْفَةَ يَقُولُ بَيْنَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ عُمَرَ إِذْ قَالَ أَيُّككُمْ يَحْفَظُ قَوْلَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتْنَةِ قَالَ فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَاللنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ لَيْسَ عَنْ هَذَا أَسْأَلُكَ وَلَكِنْ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ قَالَ لَيْسَ عَلَيْكَ مِنْهَا بَأْسٌ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا قَالَ عُمَرُ أَيُكْسَرُ الْبَابُ أَمْ يُفْتَحُ قَالَ بَلْ يُكْسَرُ قَالَ عُمَرُ إِذًا لَا يُغْلَقَ أَبَدًا قُلْتُ أَجَلْ قُلْنَا لِحُذَيْفَةَ أَكَانَ عُمَرُ يَعْلَمُ الْبَابَ قَالَ نَعَمْ كَمَا يَعْلَمُ أَنَّ دُونَ غَدٍ لَيْللَةً وَذَلِكَ أَنِّي حَدَّثْتُهُ حَدِيثًا لَيْسَ بِالْأَغَالِيطِ فَهِبْنَا أَنْ نَسْأَلَهُ مَنْ الْبَابُ فَأَمَرْنَا مَسْرُوقًا فَسَأَلَهُ فَقَالَ مَنْ الْبَابُ قَالَ عُمَرُ  

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh bin Ghiyats telah menceritakan kepada kami ayahku telah menceritakan kepada kami Al A'masy telah menceritakan kepada kami Syaqiq Aku mendengar Khudzaifah menuturkan: ketika kami duduk-duduk bersama Umar, tiba-tiba ia bertanya, 'Siapa diantara kalian yang menghafal sabda Nabi SAW tentang fitnah? ' maka Khudzaifah menjawab, 'Fitnah seseorang di keluarganya, hartanya dan anaknya serta tetangganya bisa terhapus oleh sholat, sedekah, dan amar maruf nahi mungkar.'  

Umar berkata, 'Bukan tentang ini yang aku tanyakan kepadamu akan tetapi tentang (fitnah) yang bergelombang seperti gelombang lautan.' Khudzaifah berkata, 'kamu tidak terkena dampaknya dari fitnah itu ya amirul mukminin, sebab antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu tertutup.' Umar bertanya, 'Apakah pintunya dipecahkan atau dibuka? ' Khudzaifah menjawab, 'Bahkan dipecahkan.' Maka Umar berkata, 'kalau begitu tidak ditutup selama-lamanya.' aku menjawab, 'Betul.' Saya bertanya kepada Khudzaifah, 'Apakah Umar mengetahui pintu itu? ' Khudzaifah menjawab, 'Ya, sebagaimana ia mengetahui bahwa setelah esok ada malam, yang demikian itu karena aku menceritakan Hadits kepadanya dengan tanpa kekeliruan, maka kami khawatir untuk menanyakan kepada Umar siapa pintu sebenarnya.' lalu kami perintahkan kepada Masruq untuk bertanya kepada Khudzaifah: (siapakah pintu itu), Khudzaifah menjawab: 'Umar.’ (Sahih Bukhari nomor 6567). 

Fitnah itu terwujud dengan terjadinya perpecahan umat. Perselisihan hebat terjadi di antara umat Muslim lebih-lebih berkaitan dengan siapa yang berhak menjadi pemimpin.  

“Demikianlah ternyata apa yang diisyaratkan Nabi Muhammad SAW itu benar-benar terjadi. Persis setelah terbunuhnya Umar pada tahun 23 H, terjadilah berbagai macam fitnah di tengah masyarakat, di mana penyebab tersebarnya fitnah-fitnah itu adalah terbunuhnya Umar.” (an-Nihayah Fitan wa Ahwal Akhir Az Zaman karya Ibnu Katsir yang juga diterjemahkan Ansori Umar S dan Imron Hasan dalam Huru Hara Hari Kiamat yang diterbitkan Pustaka Al Kautsar pada 2002, halaman 7). 

 

Saipudin Shidiq dalam bukunya berjudul Studi Awal Perbandingan Mazhab Dalam Fikih menjelaskan kepemimpinan pada masa saja khalifah pertama pengganti Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab dinilai relatif berjalan dengan mulus tanpa perpecahan. 

Persoalan baru muncul ketika pada pemerintahan ketiga yaitu Utsman bin Affan. Utsman tak mampu menolak ambisi keluarganya yang kaya dan berpengaruh dalam masyarakat Arab ketika itu. Beberapa gubernur yang diangkat oleh Umar bin Khattab diganti oleh orang-orang dari keluarga Utsman. 

Seperti Amr bin Ash sebagai gubernur Mesir ketika diganti oleh keluarga Utsman yang bernama Abdullah bin Sa'ad Ibnu Surrah. Utsman bin Affan juga mengangkat Muawiyah (putra Abu Sufyan dan Hindun) sebagai gubernur di Suriah dan Walid seorang putra saudara seibu dari Utsman bin Affan diangkat sebagai gubernur di Kufah.  

“Sejarah mencatat di masa Utsman dengan sistem nepotismenya menjadi awal mula kemunculan persoalan politik yang cukup serius. Sebagai konsekuensi dan reaksi terhadap situasi politik pada Utsman tersebut harus dibayar mahal. Kurang lebih lima ratus pemberontak dari Mesir menuju Madinah yang berakhir dengan terbunuhnya Utsman bin Affan,” (Studi Awal Perbandingan Mazhab Dalam Fikih, karya Saipudin Shidiq, penerbit Prenada Media, 2021, hlaman 265)

Setelah Utsman bin Affan wafat yang telah menjabat selama 12 tahun kemudian Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai khalifah. Baru saja menjabat, Ali bin Abi Thalib mendapat tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula menjadi khalifah terutama Talhah dan Zubair.

Versi lain mengatakan bahwa ketiga tokoh yaitu Aisyah, Talhah, dan Zubair menuntut balas atas kematian khalifah Utsman bin Affan padahal ketiga tokoh tersebut bukan keluarga Umayyah. 

Baca juga: Heboh Wolbachia, Ini Tafsir dan Rahasia Nyamuk yang Diabadikan Alquran Surat Al-Baqarah

“Di sebuah tempat bernama Khuraibah peperangan itu berkecamuk. Pasukan yang disokong oleh Aisyah dengan berkendaraan unta mengalami kekalahan telak. Talhah dan Zubair terbunuh, sedang Aisyah ditawan dan diperlakukan dengan baik dan kemudian dikirim ke Madinah dengan penuh penghormatan.” (Studi Awal Perbandingan Mazhab Dalam Fikih, karya Saipudin Shidiq, penerbit Prenada Media, 2021, halaman 266)

 

Baru saja perang yang disebut Jamal itu usai, terdengar kabar oleh Ali bahwa terjadi pemberontakan oleh Muawiyah di Suriah. Muawiyah yang tidak mengakui kekhalifahan Ali itu menuduh Ali bin Abi Thalib telah ikut campur terhadap pembunuhan Utsman bin Affan. Perselisihan dan peperangan di antara kaum Muslim terus terjadi dalam masa-masa selanjutnya.  

Infografis Pesan Terakhir Rasulullah di Jabal Rahmah - (Dok Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler