Zara Tarik Iklan yang Dianggap Singgung Palestina, Takut Ancaman Boikot?
Zara menghadapi ancaman boikot karena iklannya dianggap menyinggung Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merek fashion Zara menarik kampanye iklan produk terbarunya yang menampilkan manekin atau patung dibungkus kain warna putih. Beberapa patung yang digunakan sebagai aksesoris juga digambarkan tidak punya anggota tubuh lengkap.
Kampanye iklan tersebut memicu seruan dari beberapa aktivis pro Palestina untuk memboikot peritel asal Spanyol itu. Pasalnya penggambaran iklan itu seolah menyerupai potret di Gaza Palestina, di mana banyak mayat dibungkus kain kafan putih akibat serangan brutal Israel.
Inditex (ITX.MC), pemilik Zara, mengatakan penarikan iklan ini semata-mata merupakan bagian dari prosedur normal untuk pembaruan konten. Perusahaan tidak mengomentari seruan boikot, namun mengatakan bahwa koleksi "Atelier" dibuat pada bulan Juli dan foto-fotonya diambil pada September. Konflik antara Israel dan Hamas dimulai setelah 7 Oktober, pascasejarah yang panjang.
Akun Instagram Zara mendapat puluhan ribu komentar, dengan banyak di antaranya yang menyertakan bendera Palestina. Tagar "#BoycottZara" juga menjadi trending di platform X.
Dalam salah satu foto iklan Zara, ada seorang model berpakaian hitam digambarkan membawa manekin berbalut kain berwarna putih. Ada pula foto lain yang menampilkan patung dada tergeletak di lantai, dan foto lainnya menampilkan manekin tanpa lengan.
Zara mengatakan peluncuran koleksi yang dilakukan 7 Desember itu terinspirasi oleh penjahitan pria dari abad yang lalu. Foto-foto tersebut menunjukkan sebuah studio seniman dengan tangga, bahan pengepakan, peti kayu, serta asisten yang mengenakan pakaian terusan.
Reaksi tersebut menyoroti meningkatnya sensitivitas yang dihadapi merek-merek internasional ketika serangan di Gaza semakin intensif dan seruan untuk memboikot perusahaan kian meningkat. "Foto-foto kampanye iklan kontroversi yang ditampilkan di beranda toko daring pada Senin (11/12/2023) pagi, tidak lagi terlihat di situs web atau aplikasinya pada pukul 12.30 GMT. Tautan di situs Inggris ke Zara Atelier mengarah ke halaman yang menampilkan koleksi tahun lalu," demikian seperti dilansir Reuters, Selasa (12/12/2023).
Koleksi enam jaket ini merupakan salah satu yang termahal di Zara, dengan harga mulai dari 229 dolar AS untuk blazer wol abu-abu dengan lengan rajutan tebal, hingga 799 dolar AS untuk jaket kulit. Ini bukan pertama kalinya kampanye iklan membuat label fashion memicu kontroversi.
Pada tahun lalu, Zara mendapat kecaman dari beberapa warga Palestina dan Israel setelah pemilik waralaba lokal di Israel mengadakan acara kampanye untuk politisi ultranasionalis. Dikutip dari laporan Time, para aktivis pernah menyerukan boikot serupa pada 2022. Hal ini terjadi setelah pemilik waralaba toko Zara di Israel mengadakan acara kampanye untuk politisi sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir di rumahnya.
Pada 2021, kepala desainer merek tersebut, Vanessa Perilman juga diketahui pernah mengirimkan pesan Instagram kepada model Palestina Qaher Harhash. Kala itu, banyak warganet di media sosial yang menyerukan agar desainer tersebut menghadapi tindakan disipliner.
Saat itu, Zara turut mengecam komentar Perilman. “Zara tidak menerima segala bentuk kurangnya rasa hormat terhadap budaya, agama, negara, ras, atau kepercayaan apa pun. Zara adalah perusahaan yang beragam dan kami tidak akan pernah menoleransi diskriminasi dalam bentuk apa pun,” kata perusahaan itu.
Zara mengeklaim perusahaannya mengutuk komentar-komentar yang tidak mencerminkan nilai-nilai inti perusahaan yaitu saling menghormati satu sama lain. Brand tersebut menyesali kegaduhan dan pelanggaran yang ditimbulkan.
"Sebagai perusahaan yang beragam dan multikultural, kami berkomitmen untuk memastikan lingkungan yang adil dan inklusif sebagai bagian dari nilai-nilai perusahaan kami," ujar Zara saat itu.