Keyakinan Turun-temurun Yahudi yang Dibantah Alquran
Yahudi percaya Uzair adalah putra Allah SWT
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Salah satu karakter Yahudi adalah mengubah-ubah keyakinan tauhid yang telah digariskan para nabi dan rasul.
Di antara keyakinan tersebut adalah percaya tentang sosok Uzair. Siapakah Uzair? Orang Yahudi menganggap Uzair adalah anak tuhan sebagaimana orang Nasrani menganggap Isa.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Orang-orang Yahudi berkata, "Uzair itu putra Allah" dan orang-orang Nasrani berkata, "Al Masih itu putra Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?''(QS At-Taubah [9]: 30).
Namun, ada juga sekelompok ulama yang menganggapnya sebagai seorang nabi. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW, disebutkan jumlah nabi itu sebanyak 124 ribu orang dan jumlah rasul sebanyak 313 orang.
Lihat penjelasan nabi dan rasul ini dalam Aqidah al-Awwam karya Syekh Ahmad Marzuqy dan Nur azh-Zhalam syarh Aqidah al-Awwam karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawy al-Bantany. Adapun kisah lengkap Uzair disebutkan dalam Alquran surat Al-Baqarah [2]: 259.
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَٰذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ ۖ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Baca juga: Tak Cuma Houthi, Iran Juga Bereaksi Keras Sikapi Gugus Tugas Multinasional di Laut Merah
"Atau, apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Ia berkata, 'Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?' Maka, Allah mematikan orang itu selama 100 tahun kemudian menghidupkannya kembali.
Allah bertanya...
Allah bertanya, 'Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?' Ia menjawab, 'Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.' Allah berfirman, 'Sebenarnya kamu telah tinggal di sini 100 tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang).
Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka, tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata, "Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.''
Al-Hafizh Abu Fida Imaduddin Ismail bin Asy-Syekh Abi Hafsh Syihabuddin Umar atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Katsir dalam tafsirnya di Qishash al-'Anbiyaa` menyatakan, para ulama berselisih pendapat tentang orang tersebut, apakah Uzair, Khidir, atau Armiya bin Khalqiya. Namun, banyak pula yang menyatakan bahwa Uzair bukan nabi. Wallahu A'lam.
Baca juga: Alquran Sebutkan Dua Negeri yang Agung, Di Manakah Lokasinya? Ini Penjelasan Ulama
Ibnu Katsir menambahkan, pendapat yang masyhur menyatakan, Uzair adalah seorang nabi yang diutus Allah SWT kepada Bani Israil. Ia hidup pada masa antara Daud dan Sulaiman juga antara Zakariya dan Yahya.
Ketika itu, di tengah-tengah Bani Israil tak ada seorang pun yang hafal Taurat, lalu Allah memberi ilham padanya untuk menghafal Taurat dan mengajarkannya pada Bani Israil.
Mengenai nama lengkapnya, para ulama berselisih pendapat. Abu al-Qasim bin Asakir menyatakan, "Ia adalah Uzair bin Jarwah." Ada pula yang menyatakan, Ia adalah putranya Suraiq bin Iddiy bin Ayyub bin Darzana bin Uriy bin Taqiy bin Usbu bin Fanhash bin Al-Azir bin Harun bin Imran. Sebagian lainnya menyatakan, ia adalah Uzair bin Sarukha. Disebutkan dalam sebuah Atsar bahwa kuburnya berada di Damaskus.