Insomnia Bisa Tingkatkan Risiko Kanker, Bagaimana Cara Supaya Bisa Lelap?

Tidur dan kanker bisa saling terhubung dengan banyak cara.

Republika/Wihdan
Insomnia (Ilustrasi). Insomnia yang berlangsung dalam jangka panjang bisa meningkatkan sejumlah risiko kanker.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada lebih dari 10 persen orang dewasa di dunia yang bergelut dengan gangguan kesulitan tidur atau insomnia dalam keseharian mereka. Selain dapat memengaruhi suasana hati hingga produktivitas, insomnia ternyata juga bisa berdampak pada risiko seseorang terhadap beberapa macam kanker.

Berdasarkan beragam studi, tidur dan kanker bisa saling terhubung dengan banyak cara. Kesulitan tidur cukup umum dialami oleh pasien kanker yang sedang menjalani terapi dan juga para penyintas kanker.

Di sisi lain, insomnia yang berlangsung dalam jangka panjang atau kronis juga bisa meningkatkan sejumlah risiko kanker pada populasi umum. Jenis-jenis kanker yang risikonya dapat dipengaruhi oleh kualitas tidur adalah kanker payudara, kolorektal, endometrium, kerongkongan, kantong empedu, kepala dan leher, serta ginjal.

Sebuah studi dalam jurnal PLoS One mengungkapkan bahwa kasus kanker payudara, kolorektal, endometrium, kerongkongan, kantong empedu, kepala dan leher, serta ginjal mengalami peningkatan saat ini. Setelah diteliti lebih lanjut, tim peneliti menemukan bahwa peningkatan kasus-kasus kanker ini berkaitan dengan penurunan kualitas serta durasi tidur pada populasi umum.

Menurut para ahli, gangguan tidur yang terjadi dalam jangka panjang bisa mengganggu jam biologis tubuh. Gangguan pada jam biologis tubuh inilah yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko kanker.

Baca Juga


Tips buat yang lagi susah tidur. - (Republika)


Sebuah studi dalam jurnal Sleep Medicine Reviews, misalnya, menemukan bahwa pekerja shift sering kali mengalami gangguan jam biologis atau sirkadian tubuh. Kelompok ini juga memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kanker.

Studi berbeda dalam jurnal Cancer juga menemukan hal serupa. Studi ini menemukan bahwa jam tidur yang tak teratur, khususnya dengan durasi tidur kurang dari enam jam per malam, dapat meningkatkan risiko kemunculan polip di usus besar yang dapat berkembang menjadi kanker.

Di sisi lain, tidur juga berperan penting dalam regenerasi sel T dalam tubuh. Seperti diketahui, sel T berperan penting dalam memelihara imunitas tubuh. Gangguan tidur seperti insomnia bisa menyebabkan kekacauan pada fungsi normal sel T, yang dapat berujung pada peningkatan risiko kematian dini dan penyebaran sel kanker yang meluas.

Selain kanker, insomnia dan kurang tidur juga kerap dikaitkan dengan beragam risiko penyakit neurodegeneratif. Beberapa di antaranya adalah gangguan kognitif, demensia, dan penyakit Parkinson.

Oleh karena itu, Sleep Foundation menganjurkan semua orang untuk memperbaiki kualitas dan durasi tidur di malam hari. Berikut ini adalah beberapa kebiasaan yang dapat membantu memperbaiki tidur di malam hari, seperti dilansir Times Now News pada Senin (18/12/23):

1. Bangun dan tidur di jam yang sama setiap hari, termasuk di hari libur.
2. Lakukan aktivitas yang merelaksasi sebelum tidur.
3. Hindari konsumsi alkohol, rokok, kafein, atau makan besar di malam hari, terutama mendekati jam tidur.
4. Kurangi paparan gawai sebelum tidur dan hindari penggunaan gawai di tempat tidur.
5. Dapatkan sinar matahari pagi setiap hari.
6. Upayakan selalu aktif bergerak setiap hari.
7. Gunakan tirai blackout yang dapat meredam beragam cahaya dari luar masuk ke dalam kamar tidur.
8. Gunakan earplug atau gunakan mesin white noise untuk meredam kebisingan di kamar tidur.
9. Atur suhu kamar tidur agar terasa nyaman.
10. Gunakan kasur, bantal, seprai, dan selimut yang nyaman.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler