Peneliti Ungkap Konsumsi Obat Depresi Picu Keguguran pada Ibu Hamil

Paparan benzodiazepin dapat menyebabkan kelainan perkembangan janin.

Pixabay
Ibu hamil (Ilustrasi). Obat antikecemasan dapat menimbulkan risiko keguguran pada ibu hamil.
Rep: Santi Sopia Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Risiko depresi dan kecemasan semakin dikaitkan dengan generasi saat ini. Namun, kali ini muncul penelitian terkait obat antikecemasan yang menimbulkan risiko pada perempuan hamil.

Baca Juga


Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa obat antikecemasan yang populer dapat menyebabkan lebih dari 1 juta wanita hamil berisiko mengalami keguguran. Para peneliti dari Taiwan mempelajari lebih dari 3 juta kehamilan pada 2 juta perempuan dan menemukan 4,4 persen atau 136.130, mengakibatkan keguguran.

Mereka menganalisis riwayat kesehatan semua perempuan yang diteliti. Peneliti menemukan bahwa mereka yang diberi resep obat yang disebut benzodiazepin san digunakan untuk mengatasi kecemasan, depresi, dan insomnia, rata-rata 70 persen lebih mungkin mengalami keguguran. Hal ini dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan obat tersebut. 

Benzodiazepin, juga disebut benzos, adalah golongan obat penenang. Obat-obatan yang paling terkenalnya termasuk Xanax, Valium, Ativan, dan Klonopin.

Para peneliti juga mencatat bahwa peningkatan risiko ini tetap terjadi bahkan ketika faktor-faktor lain yang ikut berperan, seperti usia dan kesehatan perempuan, ikut diperhitungkan.

Para ilmuwan mengatakan temuan mereka menyoroti perlunya para profesional kesehatan untuk cermat menyeimbangkan rasio risiko-manfaat ketika mempertimbangkan penggunaan benzodiazepin untuk mengobati gangguan kejiwaan dan tidur selama kehamilan. Diperkirakan sekitar 1,7 persen perempuan hamil (sekitar 1,2 juta) diberi resep obat ini selama trimester pertama kehamilan mereka, jumlah yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

"Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry ini mengamati keguguran pada perempuan yang terpapar benzos sebelum hamil, selama kehamilan, dan selama kedua periode tersebut," demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Ahad (31/12/2023).

Benzos yang diproses lebih lambat di dalam tubuh, seperti Valium, menunjukkan peningkatan risiko keguguran sebesar 67 persen. Sedangkan benzos kerja pendek, seperti Versed menunjukkan peningkatan risiko sebesar 66 persen.

Alprazolam menunjukkan hubungan....

 

Alprazolam, versi generik dari Xanax, menunjukkan hubungan risiko terendah, yaitu 39 persen. Ketika digunakan selama kehamilan, benzos dapat melewati penghalang antara ibu dan plasenta sehingga membuat janin terpapar obat tersebut.

Para peneliti berhipotesis bahwa peran benzodiazepin adalah dalam perkembangan dan pertumbuhan sel. Maka jadi masuk akal jika paparan benzodiazepin dapat menyebabkan kelainan perkembangan janin, yang pada akhirnya dapat menyebabkan keguguran.

Meskipun penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara benzos dan keguguran, para peneliti tidak dapat menentukan hubungan langsungnya. Para peneliti memperhitungkan kondisi mendasar yang mungkin memicu keguguran, namun tidak mempertimbangkan dampak dari kombinasi beberapa faktor, seperti merokok dan kecemasan.

Temuan ini penting mengingat tingginya jumlah wanita hamil yang diduga mengonsumsi obat tersebut. Sebuah studi tahun 2020 menemukan prevalensi benzos secara internasional selama kehamilan adalah 1,9 persen.

Sementara itu, penelitian lain pada tahun 2019 menemukan dua persen ibu hamil menerima setidaknya satu benzodiazepin selama kehamilan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menunjukkan kurang dari satu dari 100 wanita menggunakan obat benzodiazepin atau antipsikotik selama kehamilan.

Studi tentang dampak benzos pada kehamilan dan janin memberikan hasil yang beragam. Sebuah studi tahun 2022 terhadap lebih dari 1,5 juta anak menemukan paparan benzodiazepin selama kehamilan tidak dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan perkembangan saraf pada anak.

American College of Obstetricians and Gynecologists, sekelompok dokter OB-GYN yang memberikan rekomendasi medis bagi profesional kesehatan dan pasien, menyatakan bahwa penelitian menunjukkan sebagian besar antidepresan, termasuk benzos, tidak meningkatkan risiko cacat lahir.

Namun, studi tahun 2020 yang dilakukan oleh peneliti Stanford University menemukan wanita yang mengonsumsi benzos seminggu sebelum hamil, memiliki risiko 50 persen lebih tinggi mengalami kehamilan ektopik. Itu adalah kehamilan yang berkembang di luar rahim, dan berakibat fatal bagi janin serta ibu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler