Sepekan ke Depan Ada Potensi Cuaca Ekstrem di DIY, Ini Penjelasan BMKG

Masyarakat diminta waspada bencana akibat dampak cuaca ekstrem.

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
(ILUSTRASI) Kondisi cuaca.
Rep: Silvy Dian Setiawan  Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Yogyakarta (YIA) memprediksikan cuaca ekstrem berpotensi terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama sepekan ke depan. Cuaca ekstrem ini berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang disertai kilat/petir ataupun angin kencang.

Baca Juga


Masyarakat diminta waspada terhadap potensi cuaca ekstrem tersebut. Begitu juga kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi yang diakibatkan kondisi cuaca ekstrem.

“Khusus untuk daerah bertopografi curam atau bergunung atau tebing atau rawan longsor dan banjir, agar tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem. Seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, Jumat (5/1/2024).

Warjono mengatakan, mencermati perkembangan potensi cuaca saat ini hingga pertengahan Januari 2024, pihaknya terus melakukan pembaruan pemantauan kondisi cuaca guna mengantisipasi peningkatan cuaca ekstrem. Berdasarkan analisis terkini, diidentifikasi hingga sepekan ke depan terdapat kondisi dinamika atmosfer yang memicu adanya potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah.

Berdasarkan pantauan BMKG, monsun Asia Musim Dingin, yang diasosiasikan sebagai musim angin baratan, mulai menunjukkan dampaknya terhadap potensi peningkatan massa udara basah di sekitar wilayah Indonesia. Dengan begitu, pertumbuhan awan hujan di periode Januari ini diprediksi cukup intens.

Selain itu, aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) saat ini juga sudah mulai memasuki kuadran 3 (Indian Ocean) wilayah Indonesia, yang dapat berkontribusi terhadap penambahan uap air di wilayah Indonesia, sehingga memicu peningkatan potensi hujan sedang-lebat di beberapa wilayah.

“Kondisi tersebut diperkuat dengan adanya aktivitas gelombang Rossby di wilayah Indonesia, terutama wilayah Jawa bagian utara, yang secara tidak langsung ikut menambah pasokan uap air di Jawa bagian selatan, termasuk wilayah DIY,” ujar Warjono.

Faktor dinamika lain yang turut memperkuat potensi tersebut adalah terbentuknya pola siklonik di Jawa bagian selatan termasuk DIY, sehingga memicu pumpunan massa udara di wilayah DIY. 

Berdasarkan hasil analisis terkini dari profil vertikal kelembapan udara di wilayah DIY pada ketinggian 1,5–5,5 kilometer (level 850-500 mb), dilaporkan berkisar antara 70–95 persen (basah). Hal tersebut menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah DIY lebih dominan terjadi pada siang-sore hari.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler