Diabetes Biang Segala Penyakit, Perlu Ganti Nasi Putih dengan Nasi Merah Buat Pencegahan?
Nasi merah kerap dianggap lebih bagus untuk dikonsumsi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu risiko diabetes yang umum diketahui adalah tingginya asupan gula, garam, maupun lemak. Tak jarang, ada anggapan bahwa karena nasi putih merupakan sumber karbohidrat yang terdiri atas gula dan pati, maka konsumsinya juga berisiko menimbulkan diabetes.
Namun, menurut Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Metabolik dan Endokrinologi Prof Dr dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD, FINASIM, bukan nasi putih yang perlu jadi kekhawatiran. Hal yang paling penting adalah pola makan seimbang.
Keseimbangan itu, yakni pada komposisi karbohidrat sebanyak 50 persen, protein 20 persen, dan 30 persen lemak. Prinsipnya seperti itu, bukan pada soal nasi.
"Masalah nasi putih atau merah, saya kira itu cuma variasi, sedikit berpengaruh, tapi yang peting jumlahnya, kalau nasi merah setumpuk sama saja dibanding nasi putih secuil," kata Prof Ketut di Jakarta, belum lama ini.
Jadi, konsumsi nasi putih terbilang aman jika dikonsumsi sesuai anjuran. Pedoman Prinsip Isi Piringku menganjurkan bahwa dalam satu piring setiap kali makan, setengah piring diisi dengan sayur dan buah, sedangkan setengah lainnya diisi makanan pokok dan lauk pauk.
"Makan seimbang istilahnya asupan kalori disesuaikan dengan berat badan kalau misalnya kita obesitas, kalau kita masih normal tapi mulai kurangi kalorinya nanti terlalu kurus jelek juga, kekurangan gizi," ujar Prof Ketut.
Prof Ketut menyebut diabetes adalah biang dari segala penyakit. Sebanyak 40 persen lebih pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya.
Sementara itu, sasaran berobat hanya di bawah 30 persen. Komplikasi dari diabetes bisa beragam, termasuk merusak pembuluh darah kecil yang berhubungan dengan mata, ginjal dan saraf. Selain itu, kerusakan pembuluh darah besar dapat berkaitan dengan kesehatanjantung.
Dampak diabetes adalah morbiditas sakit, keluhan kesehatan, hingga kualitas hidup yang tidak baik. Sebagian pasien menderita kelainan ginjal, kemudian harus mengalami kaki dipotong akibat luka yang tak kunjung sembuh, hingga kondisi strok yang membuat tidak bisa berjalan.
"Jadi kualitas hidup jelek. Berikutnya kematian tinggi, bergantung mulai usia sakit, bisa enam tahun lebih pendek daripada mereka yang nondiabates," ujarnya.
Untuk mencegah diabetes, sangat penting memiliki pengetahuan sedini mungkin. Jika pengidap diabetes sudah mengalami komplikasi ke ginjal maka perlu diintervensi dengan baik, sehingga tidak mudah jatuh ke gagal ginjal.
"Fungsi ginjal juga sangat erat kaitannya dengan jantung. Jadi memperbaiki ginjal juga menyelamatkan jantung," kata dia.