Surat Langka Napoleon Bonaparte Berisi Perintah Invasi Mesir
Pesan tersebut mencakup instruksi khusus untuk merakit kapal dan senjata.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat yang ditulis oleh Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour pada 1917 bukanlah satu-satunya surat yang mendefinisikan ciri era baru di Timur Tengah dan menyebabkan penderitaan rakyat. Pada 1917 Inggris memberikan tanah Palestina yang bukan miliknya kepada orang-orang Yahudi.
Ada banyak pesan sepanjang sejarah yang berfungsi sebagai instrumen hukum untuk penjajahan dan pemusnahan suatu bangsa. Beberapa di antaranya mewakili penyebab langsung dan tidak langsung pecahnya perang yang membawa bencana.
Dilansir di Arabic Post, salah satunya adalah surat langka yang ditemukan oleh peneliti Mesir Hossam Al-Hariri, tertanggal 4 Mei 1798. Surat tersebut ditandatangani oleh komandan Prancis Napoleon Bonaparte kepada Jenderal Dessaix. Isinya, Bonaparte memerintahkan dia untuk berlayar ke Malta untuk mempersiapkan invasi ke Mesir.
Pesan tersebut mencakup instruksi khusus untuk merakit kapal dan senjata. Ini sebagai persiapan serangan Prancis melawan Mesir dengan rencana perjalanan melewati pantai Napoli melalui selat di sebelah Mercusuar Messina. Lalu, berlabuh di pulau Syracuse atau di tempat yang dekat dengannya di mana Bonaparte akan menemui mereka.
Bahkan, Napoleon Bonaparte menyarankan Dessaix untuk mempersenjatai pelayarannya dengan empat kapal angkatan laut yang terdiri dari 24 meriam. Jika Inggris melewati selat tersebut, dia memberitahukan kepadanya tentang perlunya menyiapkan dua atau tiga ratus peluncur peluru.
Napoleon juga memberitahu Desaix tentang keberangkatannya ke Toulon melalui "Ile de Saint-Pierre" dekat Sardinia, dan memperingatkannya tentang perintah yang sangat spesifik dan rahasia. Dia berjanji akan menemuinya dalam waktu empat hari.
Invasi ini berlanjut hingga 1801...
Invasi ini berlanjut hingga 1801 dengan tujuan membela kepentingan Prancis dan mencegah Inggris mencapai India. Kampanye ini berlangsung selama tiga tahun, dan berakhir pada tahun 1801 dengan kekalahan Prancis dan penarikan pasukan mereka.
Kampanye Prancis melawan Mesir merupakan operasi militer pertama yang dilancarkan Barat terhadap negara di Timur Tengah sejak Perang Salib yang dimulai pertama kali pada 27 November 1095 dengan jumlah sekitar delapan pertempuran dari 1095 M hingga 1291 M.
Adapun invasi Prancis melawan Mesir menyebabkan terhapusnya ambisi Prancis untuk menguasai Mesir dan Timur Tengah, serta tersingkirnya armada angkatan lautnya.
Napoleon juga mencoba menghidupkan kembali perdagangan luar negeri dengan menelusuri Terusan Suez. Gagasan tersebut ditinggalkan karena para ahli percaya ketinggian air antara kedua laut tersebut berbeda.
Namun, hal itu menarik perhatian dunia terhadap pentingnya posisi strategis Mesir dalam perdagangan internasional. Termasuk pentingnya posisi Prancis di Timur Tengah, yang mendorong Inggris mencoba mendudukinya pada 1807, namun upaya mereka gagal.