Pendapatan Bapenda Naik 4,63 Persen, Pj Gubernur Bey Minta OPD Lain Turut Cari Potensi

2023, realisasi pendapatan meningkat kurang lebih 4,63 persen atau Rp 34,77 Triliun

dok. Republika
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin dan Kepala Bapenda Jabar, Dedi Taufik
Red: Arie Lukihardianti

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Target pendapatan yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) pada 2023 terealisasi dengan baik. Pemprov Jabar pun optimistis menjalani 2024, pendapatan harus tetap terjaga meski di tengah banyaknya tantangan.

Baca Juga


Berdasarkan data kinerja Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Jawa Barat, pada tahun 2022 mereka merealisasikan pendapatan daerah sebesar Rp 33,23 triliun. Tahun 2023, realisasinya mengalami peningkatan kurang lebih 4,63 persen atau Rp 34,77 triliun.

Angka itu didapatkan dari berbagai sektor. Yakni, Pendapatan Asli Daerah realisasinya sebesar Rp 24,37 tirliun. Jumlah itu berasal dari Pajak Daerah Rp 22,52 triliun, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Rp 541,13 miliar, Retribusi Daerah Rp 60,7 miliar dan lain-lain PAD yang sah Rp 1,25 triliun.

Dilihat lebih rinci, sektor Pajak Daerah, realisasi dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sudah melebihi target yang dicanangkan sebesar 102,17 persen atau Rp 9,20 triliun. Lalu pajak atas penggunaan bahan bakar Kendaraan Bermotor dan Alat Berat (PBBKB) realisasinya 104 persen atau Rp 3,54 triliun, Pengambilan pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan (PAP) realisasinya 100 persen yakni Rp 70,68 miliar.

Kemudian, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Pajak Rokok realisasinya mencapai lebih dari 90 persen meski dihadapkan pada faktor eksternal, seperti kondisi daya beli dan kekuatan produksi industri. Masing-masing dibukukan di angka Rp 6,01 triliun dan Rp 3,68 triliun.

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin mengapresiasi kinerja yang sudah direalisasikan oleh Bapenda. Menurut dia, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah andalah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Namun, melihat perkembangan ke depan, Bey melihat ada tantangan yang harus dihadapi. Di antaranya, visi nol emisi yang bisa mengubah arah pendapatan. Visi dari pemerintah pusat ini harus didukung. Dengan kata lain, ia meminta semua dinas turut berkontribusi secara maksimal mencari potensi untuk pendapatan daerah.

“PKB itu mengandalkan kepada bahan bakar fosil. Sementara kita menuju zero emmision. Makanya saya minta semua dinas jangan terlena. Penting mencari sumber pendapatan lain seperti pariwisata,” katanya.

Menurut dia, potensi pariwisata di Jawa Barat mulai dari pantai hingga gunung sudah tersedia. Ia mengajak semua pihak untuk mengembangkannya. Contohnya, kawasan Ciayumajakuning yang ia sebut potensinya masih bisa ditingkatkan, ditambah keberadaan BIJB Kertajati.

“Saya apresiasi kinerja Bapenda. Tapi, dinas-dinas lain, infrastuktur maupun pariwisata harus mulai bergerak. Makanya saya minta sekarang itu ke seluruh Kepala Dinas OPD itu saya minta, satu kerja baik, tapi kerja baik itu bukan kerja baik datang ke kantor, pulang jam pulang kantor,” ujar Bey akhir pekan ini.

Selain itu, Bey meminta semua terus melakukan inovasi dan memperhatikan potensi. Serta, berja sama dengan banyak pihak. "Jadi kalau kita mau maju ya siapa lagi kalau bukan dimulai dari gedung sate kebijakan itu. Saya beri kebebasan kepada mereka untuk bekerja dengan baik, saya tidak pernah menekan untuk ini itu,” kata Bey.

Sementara menurut Kepala Bapenda Jabar, Dedi Taufik, pihaknya mengapresiasi kinerja dari semua pegawai sepanjang tahun 2022. Semua hal yang positif ia sebut akan ditingkatkan. Sebaliknya, catatan minor menjadi bahan evaluasi.

“Tentu capaian ini perlu disyukuri dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Saya tentu harus mengapresiasi kerja keras semua teman-teman yang terlibat, juga tim Pembina Samsat. Agenda, strategi untuk tahun ini sudah kami susun dan diharapkan semua bisa fokus kembali dan jangan cepat puas,” kata Dedi Taufik.

Tahun ini, kata dia, tantangannya pasti ada lagi. Maka dari itu penting bagi pihaknya untuk selalu berkoordinasi dengan pimpinan, antar dinas hingga intansi terkait. "Karena, pendapatan daerah selalu berkolerasi dengan kondusivitas sosial, politik dan ekonomi. Itu yang harus tetap dijaga,” kata Dedi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler