Dear Boss, Karyawan yang Enggak Bahagia Besar Dampaknya Lho

Pekerja berharap perusahaan memerhatikan juga perkembangan mereka.

Reuters
Pekerja perusahaan (Ilustrasi).
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penelitian terbaru dari Gallup mengungkapkan, karyawan yang tidak puas berkontribusi terhadap hilangnya produktivitas yang setara nilai 1,9 triliun dolar AS per tahun (sekitar Rp 29.500 triliun).

Baca Juga


Angka yang mengejutkan ini menggarisbawahi dampak finansial dari ketidakbahagiaan di tempat kerja. Angka itu sekaligus menyoroti konsekuensi dari perasaan tak punya keterikatan para karyawan terhadap perusahaan mereka, terutama setelah pandemi, demikian dilansir Arab Times, baru-baru ini.

Ukuran keterlibatan Gallup, yang diperoleh dari survei di Amerika Serikat itu, terus meningkat selama dekade terakhir, tapi mencapai puncaknya pada 2020. Gangguan yang disebabkan oleh pandemi ini dan tahun-tahun berikutnya menyebabkan penurunan kepuasan di tempat kerja, dengan semakin banyak karyawan yang mengungkapkan ketidakpastian mengenai peran mereka. Gejala itu berkorelasi langsung dengan berkurangnya keterlibatan mereka.

Dampak dari rasa tak punya keterikatan pada karyawan ini sangat signifikan bagi perusahaan. Karena tenaga kerja yang merasa punya keterikatan dengan perusahaan sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktivitas, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap penjualan dan keuntungan yang lebih tinggi bagi perusahaan. Selain itu, membina hubungan yang lebih baik dengan karyawan akan meningkatkan tingkat retensi pekerja. 

Kepala Saintis Praktik Tempat Kerja Gallup Jim Harter menekankan, hubungan penting antara memotivasi karyawan dan mencapai berbagai hasil yang penting bagi organisasi. Harter memperingatkan pentingnya melibatkan pekerja lebih dari sekadar "melakukan hal-hal baik untuk orang lain"; "Karyawan ingin merasa bahwa pekerjaan mereka terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dengan diri mereka sendiri," kata Harter.

Penelitian ini memberikan gambaran suram mengenai angkatan kerja Amerika, dengan mengungkapkan bahwa hanya sepertiga responden yang aktif terlibat dalam pekerjaan mereka. Sekitar setengah dari responden mengaku memberikan sedikit usaha, sebuah fenomena yang disebut sebagai "berhenti secara diam-diam" (quiet quitting).

Untuk menghitung biaya penurunan produktivitas, Gallup memperkirakan dampak nilai dolar dari karyawan yang tidak terlibat dan kemudian mengekstrapolasi dampaknya ke seluruh populasi pekerja.

Dampak ekonomi global secara keseluruhan diperkirakan mencapai 8,8 triliun dolar AS. Untuk mengatasi masalah ini, Harter merekomendasikan pemantauan pekanan individu dan panduan mengenai kolaborasi yang efektif di antara rekan kerja. Penerapan strategi tersebut menghasilkan peningkatan kejelasan peran yang signifikan, meningkat dari kurang dari 50 persen menjadi sekitar 80 persen.

Harter menyoroti pentingnya strategi ini, terutama bagi pekerja muda yang cenderung berpindah pekerjaan demi mencapai keseimbangan kehidupan kerja yang lebih memuaskan. "Pasti ada harapan di antara angkatan kerja baru untuk memiliki lebih banyak tipe manajer-pelatih yang benar-benar memikirkan perkembangan mereka," kata Harter.

"Mereka menuntut pekerjaan untuk meningkatkan kehidupan mereka, bukan hanya untuk menjadi sesuatu yang terpisah."

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler