Tiga Jalan Sunyi Menuju Kematian dan Menghadap Allah SWT Kelak

Kematian merupakan keniscayaan untuk setiap makhluk

ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Ziarah kubur (ilustrasi). Kematian merupakan keniscayaan untuk setiap makhluk
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kapan seorang hamba Allah SWT siap menghadapi kematian? Apa yang harus diperjuangkan seseorang agar dia benar-benar siap menempuh jalan ini?

Ketahuilah bahwa kematian adalah ungkapan yang digunakan untuk perjalanan dari dunia ini menuju Hadirat Ilahi, karena kepada Allah SWT tempat kembalinya yang terakhir.

Siapapun yang bepergian ke istana kerajaan memerlukan tiga hal untuk perjalanannya. Yakni pemutusan ikatan yang menghalanginya untuk maju, penyiapan ketentuan jalan, dan hadiah yang dapat diterima raja, untuk diberikan kepadanya dan untuk mencapai kesenangannya.

Demikian juga seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan menuju Hadirat Ilahi memerlukan tiga hal. Yakni, persiapan perbekalannya, pemutusan tali silaturahmi, dan pemberian bingkisan.

Rezeki musafir mengacu pada kesadaran mendalam akan Tuhan (taqwa). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

. . . . . . . . Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS Al-Baqarah Ayat 197)

Putusnya tali silaturahim berarti terputusnya hati dari kesenangan dunia. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi Muhammad SAW, “… ketidakpedulian terhadap tempat tinggal delusi."

Anugerah yang dipersembahkan kepada Raja adalah cinta yang asal mulanya ada pada pengetahuan yang benar (makrifat) dan iman (iman).

Pertama, ketentuan jalan

Baca Juga


Tidak ada bekal perjalanan menuju akhirat kecuali takwa. Takwa berarti menaati perintah Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarang-Nya sedemikian rupa sehingga memenuhi seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Jika selama ini seseorang selalu berbuat demikian, maka inilah suatu jenis kehebatan dan kekuatan batin yang tidak ada bandingannya. Namun jika seseorang mempunyai kekurangan dalam hal ini, maka dia tidak akan siap (untuk akhirat) kecuali dengan memperbaikinya.

Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis dan merefleksikan keadaan seseorang sejak pertama kali mencapai usia tanggung jawab hukum (baligh). Hamba tersebut kemudian harus menyibukkan diri dengan memperbaiki apa yang telah berlalu, dan berusaha memperbaiki hal-hal yang telah dilakukannya secara keliru.

Adapun perintah Allah SWT, hendaknya seorang hamba memulai dengan rukun Islam yang utama, seperti sholat, zakat, dan haji. Jika seseorang menemukan kekurangan dalam pelaksanaan salah satu tindakan ini, ia harus berusaha menghilangkan beban tanggung jawab dari dirinya sendiri dengan menebusnya. Seseorang harus terus melakukannya sampai dia yakin bahwa tidak ada kewajiban yang terlewatkan.

Adapun larangannya (ada dua jenis). Jenis yang pertama sepenuhnya berkaitan dengan hak-hak Allah SWT (dan bukan hak orang lain), seperti zina, meminum minuman beralkohol, mendengarkan alat musik, dan melakukan perbuatan terlarang (lainnya).

Tidak menaati larangan semacam ini dapat diatasi dengan bertobat dengan tulus, merasakan penyesalan yang mendalam atas dosa tersebut, memohon ampun dan ampun kepada Allah SWT, dan bertekad kuat dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Ketahuilah bahwa tobat yang tulus adalah obat bagi segala dosa, dan orang yang bertaubat ibarat orang yang tidak berbuat dosa sama sekali.

Larangan yang kedua berkaitan dengan hak-hak hamba yang lain, misalnya menganiaya seseorang dari segi harta atau nama baik. Melanggar larangan semacam ini dapat diperbaiki dengan mengembalikan haknya kepada orang yang tertindas. 

 

Hamba harus berusaha melakukan hal ini dalam semua urusannya dengan orang lain, dan harus meneliti hubungan pribadi dengan hati-hati untuk memastikan bahwa seseorang tidak berlaku tidak adil terhadap orang lain.

Seseorang harus berusaha untuk membebaskan dirinya dari hak-hak orang lain dengan cara mengembalikan harta miliknya, memberikan kompensasi atas apa yang telah dikonsumsinya, dan melakukan penebusan atas ghibah atau menjelek-jelekkan orang lain.

Perkataan yang merugikan seperti ini adalah kesalahan besar, dan seseorang tidak dapat terbebas darinya kecuali dengan (meminta maaf kepada) orang yang tertindas.

Seorang hamba harus memohon ampun kepada setiap orang yang pernah disakitinya dalam hidupnya melalui ghibah atau kata-kata menyakitkan lainnya.

Jika orang yang dizalimi menolak, hendaknya orang tersebut bersikap baik kepadanya sehingga hatinya pada akhirnya condong pada pengampunan.

Jika orang yang terzalimi itu meninggal dunia atau tidak bisa dijangkau, hendaknya hamba itu memperbanyak amal salehnya sampai dia telah melakukan amalan yang dia yakini cukup bagi orang yang terzalimi jika amal saleh itu diberikan kepadanya pada hari kiamat.

Ketahuilah, bekal yang cukup untuk perjalanan ini adalah dengan menaati perintah Allah SWT, menjauhi larangan-Nya, dan berusaha melakukan banyak amalan tambahan.

Perbuatan baik adalah sarana untuk meningkatkan derajat spiritual seseorang. Semakin banyak amal saleh yang dilakukan seseorang, maka semakin bertambah rasa aman dan keimanan seseorang.

Kesimpulannya, bekal perjalanan ini terdiri dari melakukan atau tidak melakukan perbuatan sesuai dengan perintah dan larangan Allah SWT.

Kedua, memutuskan ikatan penghalang

Seorang musafir bisa saja diikat oleh orang-orang yang memberinya utang. Seolah-olah merekalah yang memegang ujung pakaiannya dan mencegahnya dari bergerak menuju tujuannya.

Untuk melanjutkan perjalanannya, musafir harus membebaskan dirinya dari mereka dan memutuskan semua hubungan dengan mereka.

Demikian pula, keterikatan yang menghalangi seseorang untuk melakukan perjalanan menuju akhirat sangatlah banyak. Namun semua itu terkait dengan kecintaan terhadap dunia ini, kerinduan terhadapnya, dan kecenderungan hawa nafsu terhadapnya.

Seseorang yang tidak memiliki kekasih di dunia ini benar-benar siap menghadapi kematian. Barangsiapa yang mencintai seseorang di dunia, namun ternyata cintanya kepada Allah SWT lebih kuat dan mendalam di dalam hatinya, maka ia juga siap, meski kadarnya tidak seperti dulu.

Tanda seorang hamba benar-benar cinta kepada Allah SWT adalah ia tidak merasa benci terhadap kematian, kapan pun kematian itu datang. Keengganan terhadap kematian merupakan tanda bahwa dunia dan kedudukan seseorang di dalamnya lebih dicintai seseorang daripada bertemu Allah SWT di akhirat.

Barangsiapa yang tidak menyukai kematian karena ia belum memperbaiki kesalahan yang dilakukannya terhadap orang lain atau mengatasi kelemahan dalam dirinya, boleh dimaafkan atas ketidaksukaannya, namun hamba tersebut belum dapat dianggap siap untuk perjalanan selanjutnya.

Orang yang siap pasti sudah berusaha keras dalam hal ini, dan tidak akan meninggalkan tugas apapun yang tidak terlaksana yang akan mengalihkan perhatian dan menyibukkan hatinya.

Memutuskan hati dari kehidupan dunia tidak akan tercapai kecuali jika seseorang juga mempunyai akhlak yang seimbang dan hati yang sehat dan lurus. Hal ini terjadi dengan menyucikan hati dari sifat sombong, iri hati, benci, dan segala sifat negatif yang telah kami sebutkan dalam karya kami al-Muhlikaat (pada bagian ketiga Ihya Ulumuddin). Inilah penyakit hati yang harus disembuhkan, karena orang yang sakit bukanlah orang yang siap untuk bepergian.

Hal ini tidak mengharuskan seorang hamba untuk sepenuhnya terbebas dari kualitas-kualitas negatif ini, namun kualitas-kualitas negatif ini harus tetap lemah di dalam diri seseorang dan tidak diperkuat oleh tindakan atau kata-kata yang bertentangan dengan jalan kesadaran Tuhan.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Anak Adam tidak akan pernah aman dari tiga hal, iri hati, takut akan nasib buruk, dan berpendapat buruk terhadap orang lain. Aku akan memberitahumu cara untuk melarikan diri dari mereka. Jika kamu merasa iri terhadap seseorang, jangan berusaha untuk mendapatkan apa yang dimilikinya. Jika kamu melihat suatu pertanda buruk, lanjutkanlah tanpa mengubah perilaku kamu. Jika kamu berpikir buruk tentang seseorang, jangan mencoba membenarkan pikiranmu dengan mendiskusikannya dengan orang lain.”

Oleh karena itu, menghilangkan unsur-unsur ini sepenuhnya dari dalam diri seseorang bukanlah suatu kondisi yang diperlukan untuk diselamatkan. Cukuplah seseorang tidak mewujudkannya dengan bertindak sesuai dengannya.

Karakter yang seimbang itulah yang sesungguhnya hakiki, dan itulah yang dimaksud dengan ungkapan khuluq al-hasan. Seseorang tidak dapat mencapai karakter seperti itu kecuali melalui perjuangan, kerja keras, dan pengakuan atas bidang-bidang di mana ia telah menipu dirinya sendiri.

Semua hal negatif yang kami sebutkan di sini dihasilkan kecintaan terhadap dunia ini. Jika seorang hamba menyadari bahwa akhirat itu lebih baik dan kekal, tentu dia akan lebih memilihnya dibandingkan kehidupan dunia.

Kesadaran tersebut merupakan buah dari ilmu ini, dan ilmu tersebut merupakan cabang-cabang keimanan.

Ketiga, mempersembahkan hadiah Kepada Allah SWT

Haidah yang harus dipersiapkan oleh seorang musafir ke akhirat untuk dipersembahkan kepada Tuhan adalah iman yang menimbulkan rasa cinta kepada Allah SWT.

Iman yang kami maksud di sini adalah gnosis (makrifat) yang menguasai hamba seutuhnya dan menguasai hatinya seutuhnya, hingga seolah-olah hamba benar-benar melihat-Nya.

Iman kemudian menjadi sesuatu yang vital bagi hati, gigih dan konstan di dalamnya, sedemikian rupa sehingga tidak ada yang terlintas dalam pikiran hambanya kecuali Allah SWT, baik dalam pikiran yang mengakar maupun dalam pikiran yang sekilas.

Kesadaran dan fokus yang terus-menerus kepada Allah SWT adalah tingkatan iman yang tertinggi.

Tingkatan keimanan yang pertama dan paling rendah adalah seperti meyakini bahwa ada orang yang bernama Zaid berada di dalam rumah karena diberitahu oleh orang yang dipercaya.

Tingkatan kedua seperti mempercayai Zaid ada di dalam karena seseorang mendengar suaranya. Yang ketiga dan tingkat tertinggi adalah seperti benar-benar melihatnya.

Setiap tingkat menghasilkan kebahagiaan dan kegembiraan yang lebih besar bagi hamba, dibandingkan dengan tingkat yang lebih rendah darinya.

Perasaan ini tidak dapat dijelaskan secara tepat tetapi hanya dapat dialami dengan hati. Demikianlah tingkat keimanan yang berbeda-beda.

Adapun cabang-cabang keimanan itu banyak sekali, sedangkan akarnya ada tiga. Yakni beriman kepada Allah SWT, beriman kepada hari akhir, dan beriman kepada kebenaran Rasulullah SAW.

Iman yang utuh kepada Allah SWT mencakup keyakinan terhadap sifat-sifat-Nya sebagaimana dijelaskan dalam Alquran tanpa digabungkan dengan inovasi, ketidakpastian, kebimbangan atau keraguan.
Hendaknya seseorang mengimani bahwa Dia mempunyai ilmu Yang Mahasempurna dankemampuan yang mutlak, bahwa kehendak-Nya selalu terwujud dan mujarab (tanpa kecuali), dan hendaknya seseorang menegaskan dengan yakin apapun sifat-sifat mulia-Nya.

Hendaknya seseorang beriman sehubungan dengan Hari Akhir bahwa seseorang akan diberi balasan sesuai dengan perbuatannya, diberi pahala atas ketaatannya kepada Allah SWT, dan hukuman atas ketidaktaatannya.

Jika seseorang memahami dan mengimani hal ini, maka hal ini cukup bagi seorang hamba, dan tidak wajib baginya untuk mengetahui lebih jauh tentang hari kiamat selain ini.

Hendaknya seseorang meyakini bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang jujur dalam segala hal yang diajarkannya. Jika seseorang beriman, meskipun ia tidak mengetahui secara rinci ajarannya selain yang wajib, maka cukuplah bagi seorang hamba.

Baca juga: Ingin Segala Urusan Dipermudah Allah SWT? Baca Doa dari Alquran Berikut Ini

Inilah yang dimaksud dengan mempersiapkan kematian, dan Allah SWt memberikan kesuksesan kepada mereka yang berusaha mempersiapkan diri untuk perjalanan ke depan.

Ditulis oleh Imam Muhammad bin Muhammad Abu Hamid al-Ghazali atau yang dikenal sebagai Imam Al-Ghazali, diterjemahkan oleh Shazia Ahmad, dipublikasikan di laman About Islam pada 18 Januari 2024.


 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler