Hadiahkan Bacaan Surat Al Fatihah untuk Orang Meninggal, Ini Penjelasan Prof Quraish
Surat Al-Fatihah mempunyai sejumlah keutamaan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setiap malam Jumat, banyak didapati mayoritas umat Islam Indonesia akan mengirimkan Al Fatihah kepada orang tua atau keluarga yang sudah meninggal. Bahkan dari mereka ada yang rutin membacakan surat Al Fatihah setiap hari pada waktu-waktu tertentu setelah sholat wajib.
Apa yang menjadi dasar mengirim surat Al Fatihah kepada orang yang telah meninggal? Bukankah membaca surat Al Fatihah dan surah-surah lainnya adalah ibadah? Dan ibadah itu hanya diperlukan bagi mereka yang masih hidup?
Pakar tafsir Alquran, Prof Quraish Shihab menjelaskan dalam bukunya "Menjawab ? 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui", dia mengungkapkan sebuah cerita dari Imam Bukhari yang meriwayatkan dari peristiwa yang diceritakan dan dialami sahabat Nabi SAW, Abu Sa'id Al Khudhri.
Pada suatu hari sekelompok sahabat Nabi berkunkung ke sebuah perkampungan dan menemuka pemuka kampung sedang luka parah. Salah seorang sahabat Nabi SAW membacakan Al Fatihah.
Tokoh kampung tersebut pun sembuh dan memberikan upah kepada kolompok sahabat tersebut sebanyak 30 ekor kambing dan susu.
Peristiwa tersebut kemudian diceritakan kepada Rasulullah Saw dan beliau bersabda, "Dari mana dia mengetahui bahwa (surat Al Fatihah) itu merupakan doa penyembuhan? (Ia memang demikian). Bagilah kambing-kambing itu dan beri aku sebagian."
Prof Quraish mengatakan banyak keutamaan dari membaca Al Fatihah hingga dinyatakan dalam sebuah riwayat bahwa pahala membaca Al Fatihah tergantung kepada niat pembacanya.
Dan seseorang yang membaca surat Al Fatihah untuk orang yang telah meninggal biasanya mengajukan permohonan pengampunan dan ganjaran bagi yang didoakan.
Bahkan mendoakan orang yang telah meninggal ada dalam firman Allah SWT. Prof Quraish mengungkapkan firman Allah SWT tersebut ada dalan Surat Al Hasyr ayat 10:
وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: "Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahapenyantun lagi Mahapenyayang.” Dalam Surat Yunus ayat 10 diajarkan bagaimana mengakhiri doa yang baik:
دَعْوٰىهُمْ فِيْهَا سُبْحٰنَكَ اللّٰهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلٰمٌ وَاٰخِرُ دَعْوٰىهُمْ اَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Da‘wāhum fīhā subḥānakallāhumma wa taḥiyyatuhum fīhā salām(un), wa ākhiru da‘wāhum anil-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a).
Artinya: “Doa mereka di dalamnya adalah “Subhānakallāhumma” (‘Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami’) penghormatan mereka di dalamnya adalah (ucapan) salam, dan doa penutup mereka adalah “Alḥamdu lillāhi rabbil ‘ālamīn” (‘segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’).
Berdasarkan itu semua, Prof Quraish mengatakan bahwa membaca surat Al Fatihah adalah ibadah. Pun berdoa untuk orang yang telah meninggal juga ibadah.