Gawat, Paris Diprediksi Alami Gelombang Panas Ekstrem saat Olimpiade

Risiko gelombang panas itu akan melampaui rekor suhu pada 2003.

EPA-EFE
Warga Paris dan wisatawan bersantai di air mancur Piramida Museum Louvre di Paris, Prancis, 19 Juli 2022. Prancis menghadapi gelombang panas yang mempengaruhi seluruh negeri, bersamaan dengan kebakaran hutan, dengan suhu mencapai 40 derajat Celcius di seluruh wilayah.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi dari Npj Climate and Atmospheric Science memprediksi bahwa gelombang panas (heatwave) akan melanda Kota Paris, Prancis, saat penyelenggaraan Olimpiade 2024 pada 26 Juli-11 Agustus. Dikutip dari laporan AFP, Senin (5/2/2024), studi tersebut mengamati risiko gelombang panas selama dua pekan yang akan melampaui rekor suhu panas sepanjang masa yang pernah terjadi di Paris sejak 2003.

Baca Juga


“Dalam 20 tahun, iklim telah berubah dan tujuan dari studi ini adalah untuk memperingatkan para pembuat kebijakan bahwa sesuatu yang lebih buruk dari 2003 bisa terjadi dan hal itu mungkin saja terjadi,” kata penulis utama studi tersebut Pascal Yiou.

Sebuah studi terpisah di jurnal Lancet Planet Health pada Mei lalu menemukan bahwa Paris memiliki tingkat kematian terkait suhu panas tertinggi di antara 854 kota di Eropa, sebagian disebabkan oleh kurangnya ruang hijau dan padatnya populasi.

Dalam lima tahun terakhir, Paris telah mengalami serangkaian musim panas yang lebih terik dari biasanya. Puncaknya terjadi pada Juli 2019 ketika layanan cuaca Meteo-Prancis mencatat suhu 42,6 derajat Celcius di ibu kota.

Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade 2024 Paris mengatakan mereka sepenuhnya sadar akan risiko terkait iklim terhadap acara akbar mendatang.

“Gelombang panas dan peristiwa cuaca ekstrem adalah faktor-faktor yang kami pertimbangkan dan kami persiapkan semaksimal mungkin untuk mengambil tindakan yang diperlukan,” kata seorang juru bicara penyelenggara kepada AFP.

Tim operasional telah menjalankan simulasi untuk melihat konsekuensi dari pengalihan beberapa acara di luar ruangan lebih awal atau lebih lambat dari jadwal, demi menghindari cuaca panas di siang hari.

Cabang olahraga atletik, khususnya maraton, serta tenis atau voli pantai, semuanya dipandang rentan terhadap dampak buruk sinar matahari dan suhu tinggi.

Di sisi lain, penanggung jawab pembangunan arena Olimpiade Paris Nicolas Ferrand memastikan bahwa semua fasilitas dalam ruangan dibangun dengan pertimbangan cuaca ekstrem dan dampak dari pemanasan global.

Hal itu melihat Olimpiade 2020 Tokyo yang dianggap sebagai Olimpiade terpanas yang pernah digelar dengan suhu yang selalu di atas 30 Celcius ditambah dengan kelembapan 80 persen.

Penyelenggara Olimpiade Tokyo memindahkan kompetisi jalan cepat dan maraton ke utara Tokyo dengan harapan cuaca di sana lebih sejuk.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler