Serangan Ahok Usai Deklarasi Dukung Ganjar Vs Narasi 'Kuda Putih' Jokowi

Beredar narasi di X, Ahok sebagai 'kuda putih' Jokowi di kubu Ganjar-Mahfud.

Republika/Prayogi
Politikus PDI Perjuangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyampaikan orasi politiknya dalam acara Ahokers Bareng Ganjar-Mahfud di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar-Mahfud TKRPP, Jakarta, Ahad (4/2/2024). Relawan Ahokers resmi mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Nawir Arsyad Akbar

Belakangan, pernyataan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ramai dibahas di media sosial karena mempertanyakan kinerja Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka. Usai resmi mundur dari jabatan komisaris Pertamina dan mendeklarasikan diri mendukung calon presiden (capres) Ganjar Pranowo, Ahok seperti melancarkan serangan ke lawan politik.

"Sekarang, saya mau tanya, di mana ada bukti Gibran bisa kerja selama jadi wali kota?" kata Ahok dalam potongan video di media sosial seperti dipantau di Jakarta, Selasa (6/1/2024).

Tidak hanya Gibran yang jadi 'sasaran tembak', Ahok pun mempertanyakan kinerja Jokowi, yang juga ayah Gibran, selama menjadi presiden. Padahal, publik mengetahui, selama ini Ahok dengan Jokowi saat keduanya memimpin DKI Jakarta.

"Terus, Ibu kira Pak Jokowi juga bisa kerja? Kita bisa berdebat itu. Saya lebih tahu. Makanya, saya enggak enak ngomong depan umum," kata Ahok.

Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Nusron Wahid, menegaskan, pihaknya enggan terpancing terpancing dengan ucapan Ahok. Dia memastikan TKN Prabowo-Gibran tetap mengedepankan sikap politik yang merangkul dan tanpa menjatuhkan pihak mana pun.

"Kami tidak ingin kegaduhan. Jadi, biarkan saja Ahok mau bicara apa," ujar Nusron, Rabu (7/2/2024).

Menurut Nusron, Ahok hanya berupaya membuat gaduh suasana di masyarakat dengan pernyataan tersebut. Nusron pun melihat hal tersebut sebagai hal yang terus dilakukan Ahok secara berulang.

"Ahok itu tidak usah ditanggapi, karena omongan Ahok selalu bikin gaduh saja dari dulu," kata Nusron.

Tidak hanya itu, Nusron juga menilai Ahok tidak belajar dari kesalahan masa lalunya yang pernah tersandung masalah hukum karena perkataan yang dia ucapkan. "Namun, ternyata sekarang jadi beban masyarakat atas masa lalunya. Sayangnya, Ahok tidak belajar, mungkin memang hobinya bikin keresahan masyarakat," tambah Nusron.

Sebelumnya, Wakil Ketua TKN, Habiburokhman mengatakan, penilai Ahok terhadap Jokowi tidak ilmiah. Karena, hasil survei menunjukkan bahwa hampir 80 persen rakyat puas dengan kinerja Jokowi.

"Masyarakat pasti yang lebih tahu. Kalau Pak Jokowi dibilang tidak bisa kerja, kan sepertinya tidak ilmiah apa yang disampaikan Ahok karena approval rate Pak Jokowi itu hampir tembus 80 persen. Itu salah satu rekor," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Habiburokhman lantas menyebut, Ahok justru yang tidak bisa bekerja. Dia mengetahui itu karena Ahok adalah mantan kader Partai Gerindra. Bahkan, Habiburokhman mengaku dulu ikut mendukung Ahok ketika maju pada Pilgub DKI 2012.

"Ya nggak bisa kerja juga ini orang. (Ahok) cuma bisa omon-omon (bicara)," kata Habiburokhman.

Pemilu 2024 dalam Angka - (Infografis Republika)

 

Saat menghadiri kampanye akbar Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta pada Sabtu (3/2/2024) lalu, Ahok menerangkan, keputusan mendukung pasangan calon nomor urut 3 diambil, karena ia menilainya sebagai kesempatan sekali seumur hidup yang layak diperjuangkan.

"Saya kira ini kesempatan saya seumur hidup ya. Bahwa kalau kita tidak memperjuangkan Mas Ganjar, kita akan menyesal seumur hidup nanti," ujar Ahok.

Ganjar disebutnya sebagai sosok calon presiden yang paling pantas menjadi presiden periode 2024-2029. Untuk itu, Ahok memilih mundur dari Pertamina agar bisa ikut memperjuangkan Ganjar dalam kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Jika tidak mundur dari posisinya sebagai pejabat Pertamina, ia tak bisa ikut kampanye. Pasalnya, konstitusi mensyaratkan semua pejabat BUMN wajib mundur jika mendukung pasangan calon tertentu dalam kontestasi.

"Kita selalu diajari untuk taat konstitusi. Konstitusi mengatur siapapun yang ikut kampanye dan anggota BUMN wajib mundur. Saya taat pada konstitusi, saya memutuskan keluar untuk memperjuangkan Mas Ganjar," ujar Ahok.

"Kalau menteri dan kepala daerah kan katanya nggak perlu mundur, meskipun Pak Mahfud MD memilih mundur. Karena mempertimbangan etika dan menghindari conflict of interest," sambung mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Narasi 'kuda putih'

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menilai dukungan Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok justru memberi efek kejut bagi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Hal ini disampaikan Hasto untuk menepis isu bahwa Ahok menjadi 'kuda putih' bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) di balik dukungannya terhadap pasangan calon nomor urut tiga, Ganjar Pranowo dan Mahfud Md.

"Tidak ada kuda putih, tapi itu mengejutkan, kemungkinan besar mengejutkan Pak Jokowi," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin.

Diketahui, narasi yang menyebut Ahok sebagai 'Kuda Putih' ini ramai di media sosial X. Banyak anggapan Presiden Jokowi sengaja menempatkan Ahok untuk mencegah paslon 03 bergabung dengan 01.

Menurut Hasto, Ahok merupakan salah satu orang yang yang terlibat dengan keberhasilan Presiden Jokowi. Pasalnya, Jokowi dan Ahok pernah bersama-sama memimpin Provinsi DKI Jakarta.

Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) itu melihat dukungan yang diberikan Ahok kepada Ganjar-Mahfud sepenuhnya merupakan gerakan moral dan etika. "Itu kalkulasinya bukan untung-rugi. (Justru) Pak Ahok rugi karena Pertamina keuntungannya besar. (Tapi) ini panggilan bangsa," katanya.

Dia berharap dukungan yang diberikan Ahok kepada Ganjar-Mahfud bisa diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia. Tak terkecuali, Presiden Jokowi yang merupakan orang dekat Ahok.

"Moga-moga Pak Jokowi ikut (dukung Ganjar-Mahfud)," kata Hasto.

Ganjar Pranowo juga menepis isu masuknya politisi PDIP Basuki Tjahaja Purnama, atau Ahok, sebagai 'kuda putih' Presiden Jokowi, karena Ahok adalah teman.

"Ya, semuanya akan bisa mempertimbangkan, memperhitungkan, berasumsi. Tapi, Ahok teman saya. Dia sudah lama bersama saya dan tentu saja dia punya nilai-nilai, nilai-nilai itu dia tunjukkan waktu jadi anggota DPR, waktu jadi wakil gubernur, kemudian menjadi gubernur sebentar, lalu kemudian dia tidak bisa menjadi gubernur," ujar Ganjar di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (6/2/2024).

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu, nilai yang dimiliki Ahok sudah teruji saat terjerat kasus penistaan agama yang membuatnya berada di balik jeruji. "Ingat semua kasusnya? Orang jualan ayat, kemudian dia masuk penjara, dan dia ikhlas itu, lalu dia menjadi seorang profesional dengan bayaran yang cukup, dan dia memilih keluar untuk membantu saya karena sebuah nilai, sehingga harapan kita, kalau orang nanti mau bergabung atau tidak bergabung kami punya nilai, dan nilai itu secara universal bisa dipertanggungjawabkan. Take it or leave it, itu saja," ujar Ganjar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler